Kompas TV internasional kompas dunia

Bukber di Gedung Putih Ditolak Komunitas Muslim AS, Imbas Dukungan Biden ke Israel di Perang Gaza

Kompas.tv - 4 April 2024, 13:18 WIB
bukber-di-gedung-putih-ditolak-komunitas-muslim-as-imbas-dukungan-biden-ke-israel-di-perang-gaza
Ilustrasi Gedung Putih. (Sumber: AP Photo/Manuel Balce Ceneta)
Penulis : Haryo Jati | Editor : Vyara Lestari

WASHINGTON, KOMPAS.TV - Sejumlah pemimpin komunitas Muslim Amerika Serikat (AS) menolak saat diajak ikut buka puasa bersama (bukber) oleh Gedung Putih, pekan ini.

Banyak undangan menolaknya karena kecewa dengan dukungan Presiden Joe Biden ke Israel dalam perang Gaza.

Banyak dari mereka yang menegaskan tak akan menghadiri bukber dengan Biden pada Selasa (2/4/2024) malam, di saat banyak warga Palestina di Gaza dikepung.

Baca Juga: Trump Gunakan Kematian Perempuan Muda AS oleh Imigran untuk Serang Biden, Keluarganya Mengamuk

“Bagaimana kita bisa berbicara mengenai kelaparan di atas roti dan juga steak,” ujar dokter Amerika-Palestina, Dr Thaer Ahmad, yang sempat berada di Gaza pada Januari, dikutip dari The New York Times.

Momen tersebut melambangkan betapa problematisnya perang di Gaza bagi Biden, yang semakin kritis terhadap Israel.

Ironisnya, Biden masih menolak seruan dari dalam partainya untuk menetapkan persyaratan penjualan senjata ke Israel.

Gedung Putih pun mengambil tindakan cepat karena jelas bahwa acara Ramadan akan menjadi kontroversial.

Mereka kemudian hanya mengadakan jamuan makan sederhana hanya untuk anggota staf, dan pertemuan terpisah untuk pemimpin komunitas Muslim seperti Dr. Ahmad.

Pertemuan yang berlangsung lebih dari satu jam itu, dihadiri Biden, Wakil Presiden Kamala Harris, Penasihat Keamanan Nasional Jake Sullivan, dan sejumlah pejabat senior lainnya.

Tiga dokter yang sebelumnya sempat merawat pasien di Gaza juga ada di antara mereka yang berbicara dengan Biden.

Berdasarkan laporan Kementerian Kesehatan Gaza, lebih dari 32.000 orang telah tewas dalam perang.

Dr Ahmad mengatakan kepada Biden bahwa serangan darat tanpa henti ke Rafah akan menjadi hujan darah dan pembantaian.

Ia juga menyerahkan surat dari gadis berusia 8 tahun di Gaza yang kehilangan seluruh keluarga dalam perang kepada Biden.

“Kami di Rafah sangat menderita karena kami hidup di tenda yang kecil, dan tank bisa masuk ke tenda dan melindas kami,” tulis gadis itu dalam suratnya.

Setelah berbicara sekitar enam menit, Dr Ahmad mengatakan kepada Biden bahwa ia akan pergi.

“Saya katakan, ‘dengan rasa hormat kepada komunitas saya, juga kepada banyak orang yang berduka, serta yang tengah merasakan sakitnya, saya harus pergi dari pertemuan ini’,” tuturnya.

Baca Juga: Bos Hamas Ismail Haniyeh Tuduh Israel Hindari Negosiasi Tukar Tahanan demi Perpanjang Perang Gaza

Ia pun mengatakan bahwa Biden merespons dengan menegaskan dirinya mengerti.

“Bagian dari diri saya ingin mengungkapkan rasa frustrasi yang dimiliki komunitas, rasa marah dan kebencian,” ujar Dr Ahmad.

“Tapi bagian dari diri saya ingin bangkit dan pergi dari para pembuat keputusan, dan memberikan mereka ide bagaimana rasanya melihat seseorang pergi dari mereka,” lanjutnya.


 

 




Sumber : The New York Times


BERITA LAINNYA



Close Ads x