Kompas TV internasional kompas dunia

WHO: 50 Persen Lebih Penduduk Dunia Berisiko Tinggi Terkena Wabah Campak pada 2024

Kompas.tv - 22 Februari 2024, 05:40 WIB
who-50-persen-lebih-penduduk-dunia-berisiko-tinggi-terkena-wabah-campak-pada-2024
Ilustrasi. Gejala campak pada seorang anak Nigeria. Foto ini dirilis pada 7 Februari 2002. (Sumber: Mike Blyth via Wikimedia)
Penulis : Rizky L Pratama | Editor : Edy A. Putra

JENEWA, KOMPAS.TV - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan, lebih dari 50 persen penduduk dunia berisiko tinggi terkena wabah campak hingga akhir tahun 2024.

WHO mengungkapkan, kasus penyakit yang sangat menular ini telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir di sebagian besar wilayah dunia.

Hal ini disebabkan karena tidak adanya vaksinasi campak untuk mencegah penyakit itu muncul, selama masa pandemi Covid-19.

Saat ini, cakupan vaksinasi global untuk campak hanya mencapai 83 persen, masih kurang dari 95 persen, angka yang dibutuhkan untuk memberantas penyakit ini.

Menurut WHO, pada 2024, sekitar 142 juta anak rentan terinfeksi campak, sebagian besar berada di negara-negara berpenghasilan rendah atau menengah.

“Yang kami khawatirkan adalah tahun ini terdapat kesenjangan yang besar dalam program imunisasi dan jika kita tidak segera mengisi kesenjangan tersebut dengan vaksin, penyakit campak akan melompati kesenjangan tersebut,” kata Natasha Crowcroft, penasihat teknis senior pada program imunisasi campak dan rubella di WHO, dalam konferensi pers di Jenewa, Rabu (21/2/2024), dikutip dari The Telegraph.

Berdasarkan data WHO, kasus terkonfirmasi campak melonjak menjadi 300.000 pada 2023, meningkat 79 persen dari 2022.

Jumlah itu hanya sebagian kecil dari sembilan juta infeksi yang diperkirakan terjadi setiap tahunnya.

Wabah campak baru-baru ini dilaporkan di Amerika, Australia, Afrika, Asia Tengah, dan Eropa, dengan jumlah infeksi 44 kali lebih tinggi dalam dua bulan pertama tahun 2024, dibandingkan dengan periode yang sama pada 2023.

Di Indonesia, Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi menyampaikan, belum ada laporan terkait lonjakan kasus campak.

Baca Juga: Dinas Kesehatan Temukan Dugaan 16 Kasus Campak

"Sampai saat ini belum ada laporan peningkatan kasus campak. Datanya bisa dilihat di website surveilans campak," kata Nadia pada 26 Januari 2024, dikutip dari Kompas.com.

Surveilans campak adalah situs pemantauan yang menyajikan data termutakhir semua kasus campak di Indonesia.

Meskipun belum ada peningkatan kasus campak di Indonesia, Nadia mengimbau masyarakat segera melakukan vaksinasi untuk pencegahan.

"Tentunya harus dilengkapi dengan vaksinasi sebagai upaya pencegahan campak," ujarnya.

Campak dapat menyerang semua kelompok umur, namun komplikasi lebih akut terjadi pada anak di bawah lima tahun dan warga di atas 30 tahun. 

Jika tertular saat hamil, penyakit ini dapat menyebabkan lahir mati, keguguran, atau kelahiran prematur. 

Gejala campak biasanya dimulai 10 hingga 14 hari setelah terpapar virus, dan meliputi ruam yang menonjol, mawar merah, batuk, mata merah dan berair, serta bintik putih kecil di dalam pipi. 

Komplikasinya seperti kebutaan, ensefalitis, diare parah, dan masalah pernapasan termasuk pneumonia. 

Setidaknya 130.000 orang diduga meninggal karena campak pada tahun 2022, menurut pemodelan WHO, dan jumlah kematian diperkirakan akan jauh lebih tinggi pada 2024 seiring dengan meningkatnya infeksi. 

“Pada tahun 2024, kematian akibat campak tidak dapat diterima. Kita mempunyai vaksin aman yang sangat efektif yang dapat mencegah kematian akibat campak di mana pun,” ucap Crowcroft.

Baca Juga: WHO Peringatkan Warga Dunia akan Datangnya Penyakit Tak Dikenal: Hanya soal Waktu


 




Sumber : The Telegraph


BERITA LAINNYA



Close Ads x