YERUSALEM, KOMPAS.TV - Sebuah jabat tangan hangat terjadi antara negarawan yang semula diragukan bertemu, dilakukan di bawah tatapan sumringah Presiden AS Jimmy Carter, yang menandakan Kesepakatan Camp David pada September 1978 dan perjanjian perdamaian pada tahun berikutnya.
Cahaya matahari menyinari pepohonan di Camp David, Maryland, ketika Presiden Mesir Anwar Sadat dan Perdana Menteri Israel Menachem Begin memantapkan kesepakatan bersejarah yang telah memberikan lebih dari 40 tahun perdamaian antara Israel dan Mesir. Perdamaian ini menjadi sumber stabilitas penting di kawasan yang penuh gejolak.
Perdamaian itu tetap kokoh melalui dua pemberontakan Palestina dan serangkaian perang antara Israel dan Hamas.
Namun, dengan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu bersumpah akan mengirim pasukan Israel ke Rafah, sebuah kota di Gaza yang berbatasan dengan Mesir, pemerintah Mesir mengancam akan membatalkan perjanjian tersebut.
Berikut adalah tinjauan tentang sejarah perjanjian dan apa yang bisa terjadi jika dibatalkan.
Baca Juga: Mesir Ancam Israel jika Serang Rafah, Bakal Hentikan Kesepakatan Damai dengan Zionis
Sejarah Perjanjian Perdamaian Mesir - Israel
Tahun 1977, Begin, yang baru menjabat perdana menteri Israel, menentang penyerahan sebagian dari tanah yang ditaklukkan Israel satu dekade sebelumnya dalam Perang Timur Tengah 1967. Termasuk di antara tanah tersebut adalah Semenanjung Sinai milik Mesir.
Mesir dan Israel telah berperang dalam empat perang besar, yang paling terakhir pada tahun 1973. Jadi dunia terkejut ketika Anwar Sadat dari Mesir memutuskan untuk berkomunikasi dengan Israel, melanggar kesepakatan dengan pemimpin Arab lainnya.
Percakapan tersebut mencapai puncaknya dalam Kesepakatan Camp David pada September 1978 dan perjanjian perdamaian pada tahun berikutnya.
Dalam perjanjian perdamaian, Israel setuju untuk mundur dari Sinai yang akan dibiarkan tanpa kekuatan militer. Kapal-kapal Israel diberikan akses melalui Terusan Suez, jalur perdagangan kunci. Kedua negara mendirikan hubungan diplomatik penuh dalam perjanjian perdamaian pertama Israel dengan negara Arab.
"Kesepakatan Camp David dipimpin oleh tiga pria berani yang mengambil sikap tegas karena mereka tahu efek jangka panjangnya untuk perdamaian dan keamanan, baik saat itu maupun untuk masa depan. Kita membutuhkan kepemimpinan yang sama hari ini, dan saat ini kurang dalam pemerintahan Israel," kata Paige Alexander, kepala eksekutif Carter Center.
Baca Juga: Hamas Kutuk Serangan Israel ke Rafah yang Tewaskan Ratusan Warga Palestina: Pembantaian Mengerikan
Posisi Mesir Saat Ini
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.