Kompas TV internasional kompas dunia

Netanyahu Kembali Menolak Syarat Gencatan Senjata Hamas, Bersumpah Tempur Hingga Menang Mutlak

Kompas.tv - 8 Februari 2024, 06:46 WIB
netanyahu-kembali-menolak-syarat-gencatan-senjata-hamas-bersumpah-tempur-hingga-menang-mutlak
PM Israel, Benyamin Netanyahu, hari Rabu (7/2/2024), menolak syarat gencatan senjata dan perjanjian pembebasan tawanan yang diajukan oleh Hamas, menyebutnya "khayalan." (Sumber: Aydinlik Turkiye)
Penulis : Edwin Shri Bimo | Editor : Iman Firdaus

TEL AVIV, KOMPAS.TV - Perdana Menteri Israel, Benyamin Netanyahu, hari Rabu (7/2/2024) waktu Tel Aviv, menolak syarat gencatan senjata dan perjanjian pembebasan tawanan yang diajukan oleh Hamas, yang dia sebut "khayalan." Sikap ini mempersulit upaya mencapai kesepakatan antara kedua belah pihak.

Netanyahu bersumpah untuk melanjutkan perang Israel melawan Hamas, yang memasuki bulan kelima, hingga mencapai "kemenangan mutlak."

Pernyataan itu diucapkan Netanyahu setelah pertemuan dengan Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, yang sedang melakukan kunjungan di wilayah tersebut untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata, seperti dilaporkan oleh Associated Press, Kamis (8/2/2024).

"Menyerah pada tuntutan khayalan Hamas yang kita dengar sekarang tidak hanya tak akan membebaskan tawanan, namun hanya akan mendatangkan pembantaian lainnya," ujar Netanyahu dalam konferensi pers malam yang disiarkan secara nasional.

"Kita sedang bergerak menuju kemenangan mutlak," tambah Netanyahu, menyatakan operasi ini akan berlangsung bulanan, bukan bertahun-tahun. "Tidak ada solusi lain."

Netanyahu menolak segala bentuk perjanjian yang membuat Hamas tetap dalam kendali penuh atau sebagian di Gaza. Ia juga menyatakan Israel adalah "kekuatan tunggal" yang mampu menjamin keamanan dalam jangka panjang.

Sebelumnya, Blinken menyatakan masih "banyak pekerjaan" yang harus dilakukan untuk menyamakan pandangan antara Israel dan Hamas terkait syarat-syarat perjanjian. Blinken diharapkan akan mengadakan konferensi pers sendiri hari Rabu sore waktu Tel Aviv.

Hamas menguraikan rencana terperinci dalam tiga fase selama 4,5 bulan sebagai tanggapan terhadap proposal yang disusun oleh Amerika Serikat, Israel, Qatar, dan Mesir.

Rencana tersebut menentukan bahwa semua tawanan akan dibebaskan sebagai tukaran ratusan warga Palestina yang dipenjara oleh Israel, termasuk militan senior, dan mengakhiri perang.

Baca Juga: Hamas Ajukan Usulan Tandingan dalam Perundingan Gencatan Senjata dengan Israel, Ini Rinciannya

Mohammad Nazzal, anggota senior biro politik Hamas. Kelompok perlawanan Palestina di Gaza, Hamas, hari Rabu, (7/2/2024), dilaporkan mengirimkan usulan tandingan dalam perundingan dengan Israel, diantaranya ada 5 negara penjamin kesepakatan damai. (Sumber: Twitter)

Israel menetapkan penghancuran kemampuan pemerintahan dan militer Hamas sebagai salah satu tujuan perangnya, dan proposal Hamas pada dasarnya akan membiarkannya berkuasa di Gaza dan memungkinkannya membangun kembali kemampuan militernya.

Presiden AS, Joe Biden, menyatakan tuntutan Hamas "agak berlebihan," tetapi negosiasi akan terus dilakukan.

Gelombang pertempuran paling mematikan dalam sejarah konflik Israel-Palestina telah membunuh lebih dari 27.000 warga sipil Palestina yang mayoritas adalah anak-anak dan perempuan, meratakan seluruh wilayah, mengusir sebagian besar penduduk Gaza dari rumah mereka, dan mendorong seperempat populasi ke situasi kelaparan.



Sumber : Associated Press


BERITA LAINNYA



Close Ads x