Kompas TV internasional kompas dunia

Rusia: Pembicaraan Masa Depan Gaza Tanpa Adanya Gencatan Senjata adalah Sia-sia

Kompas.tv - 24 Januari 2024, 15:31 WIB
rusia-pembicaraan-masa-depan-gaza-tanpa-adanya-gencatan-senjata-adalah-sia-sia
Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov, hari Jumat (3/11/2023), memberi peringatan keras, pemindahan paksa penduduk Palestina dari tanah mereka di Gaza keluar dari Gaza adalah ancaman nyata bagi pembentukan negara Palestina. (Sumber: Anadolu)
Penulis : Rizky L Pratama | Editor : Desy Afrianti

NEW YORK, KOMPAS.TV - Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov, menyebut  bahwa pembicaraan mengenai masa depan Jalur Gaza tanpa adanya gencatan senjata segera adalah hal yang "sia-sia." 

Hal tersebut disampaikan Lavrov saat berbicara di sesi Debat Terbuka (Open Debate) Dewan Keamanan PBB mengenai situasi di Gaza, di New York, Selasa (23/1/2024).

Lavrov pun mengkritik Amerika Serikat yang bertanggung jawab atas hal tersebut karena menentang semua upaya untuk menghentikan pertumpahan darah di Gaza tersebut.

Ia bahkan menuduh AS memberikan “kekuasaan penuh” kepada Israel untuk secara kolektif menghukum rakyat Palestina.

Lavrov kemudian juga mengungkapkan keprihatinannya terhadap pernyataan pemimpin Israel yang meragukan solusi dua negara untuk penyelesaian konflik Palestina-Israel. 

Dia mencatat bahwa eskalasi konflik di Gaza telah "menyebar" di seluruh wilayah karena kehadiran militer AS dan sekutunya, yang menciptakan risiko keamanan internasional yang tidak dapat diterima

Rusia pun menyerukan pembebasan semua tahanan di Gaza tanpa memandang kewarganegaraan dan asalnya. 

"Tidak seperti rekan-rekan Barat yang menganut standar ganda, kami tidak membagi ekstremis menjadi baik dan buruk, menjadi teman dan musuh. Kami mendesak pembebasan semua orang yang ditahan di Gaza, apapun kewarganegaraan dan asal mereka,” kata Lavrov dikutip dari Anadolu.

Lebih lanjut, Lavrov mengatakan bahwa syarat pertama dan utama untuk penyelesaian konflik Palestina-Israel dan pembentukan negara Palestina adalah persatuan bangsa Palestina.

Baca Juga: Israel Ingin Hilangkan Palestina dari Peta Dunia, Indonesia Desak DK PBB Lakukan 3 Hal Ini

Ia meyakini bahwa rakyat Palestina harus memutuskan sendiri seperti apa negara mereka di masa depan, serta siapa yang akan menjadi memimpin negara mereka dan bagaimana cara mengaturnya.

“Setelah fase akut dari krisis saat ini telah teratasi, yang harus difasilitasi oleh seruan solidaritas Dewan Keamanan PBB untuk gencatan senjata, kami mengusulkan untuk mengadakan konsultasi di tingkat menteri untuk mengkonsolidasikan posisi para pemain utama di kawasan dan, dalam hal ini, dasar, kembangkan langkah-langkah praktis untuk mendorong pemulihan persatuan Palestina,” katanya.

“Setelah fase akut dari krisis saat ini telah teratasi, yang harus difasilitasi oleh seruan solidaritas Dewan Keamanan PBB untuk gencatan senjata, kami mengusulkan untuk mengadakan konsultasi di tingkat menteri untuk mengkonsolidasikan posisi para pemain utama di kawasan dan, dalam hal ini, dasar, kembangkan langkah-langkah praktis untuk mendorong pemulihan persatuan Palestina,” ucapnya.

Lavrov juga meminta anggota Dewan Keamanan PBB untuk tidak terpedaya oleh jaminan AS bahwa Washington memiliki "segalanya di bawah kontrol" dan untuk tidak menunda pendirian negara Palestina. 

Dia menekankan pentingnya Dewan Keamanan PBB untuk tidak hanya menegaskan bahwa tidak ada alternatif untuk kerangka hukum internasional yang ada dalam masalah ini, tetapi juga merinci cara dan batas waktu untuk implementasinya.

“Penting bagi Dewan Keamanan PBB untuk tidak hanya menegaskan kembali bahwa tidak ada alternatif lain selain kerangka hukum internasional yang ada mengenai masalah kritis ini, namun juga menguraikan cara-cara dan tenggat waktu spesifik untuk implementasinya," ujarnya.

"Ini adalah kewajiban moral komunitas internasional, dan kami menyerukan agar hal itu dipenuhi,” kata Lavrov.

Seperti yang diketahui, Israel melancarkan serangan besar-besaran di Jalur Gaza sejak serangan lintas batas oleh kelompok perlawanan Palestina Hamas pada 7 Oktober, yang diklaim oleh Tel Aviv telah menewaskan 1.200 orang.

Menurut otoritas kesehatan Palestina, setidaknya 25.490 warga Palestina tewas sejak serangan tersebut dimulai di mana sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak, serta 63.354 orang lainnya mengalami luka-luka. 

Baca Juga: Remaja Warga AS Keturunan Palestina Dibunuh Israel di Tepi Barat, Washington Tuntut Penyelidikan



Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x