Kompas TV internasional kompas dunia

Hizbullah Lebanon Serang Pangkalan Kendali Lalu Lintas Udara Israel, Tel Aviv Ancam Perang Baru

Kompas.tv - 8 Januari 2024, 13:17 WIB
hizbullah-lebanon-serang-pangkalan-kendali-lalu-lintas-udara-israel-tel-aviv-ancam-perang-baru
Warga Lebanon di Beirut hari Minggu, (7/1/2024) melewati poster pemimpin Hamas Saleh Arouri yang dibunuh Israel. Militer Israel mengumumkan kelompok Hizbullah di Lebanon menyerang pangkalan kendali lalu lintas udara di utara Israel hari Minggu (7/1/2024) dan mengancam munculnya perang lain dengan kelompok paramiliter yang didukung oleh Iran ini. (Sumber: AP Photo)
Penulis : Edwin Shri Bimo | Editor : Iman Firdaus

Netanyahu bersikeras perang tidak akan berakhir hingga tujuan menghancurkan Hamas tercapai, sandera Israel dikembalikan dan Gaza dipastikan tidak menjadi ancaman bagi Israel tercapai.

Pejabat pemerintahan Joe Biden mendesak Israel untuk mengurangi serangan udara dan darat mereka yang menghancurkan dan beralih ke serangan yang lebih ditargetkan terhadap pemimpin Hamas.

Lebih dari 22.800 warga Palestina tewas dan lebih dari 58.000 terluka sejak perang dimulai, menurut Kementerian Kesehatan di Gaza yang dikelola oleh Hamas. Angka kematian tidak membedakan antara pejuang dan warga sipil. Pejabat kesehatan mengatakan sekitar dua pertiga dari mereka yang tewas adalah perempuan dan anak-anak.

Israel menyalahkan Hamas atas korban sipil karena kelompok ini beroperasi di area pemukiman padat penduduk.

Serangan Israel Tewaskan Dua Wartawan 

Serangan udara di dekat kota selatan Rafah menewaskan dua wartawan pada hari Minggu, termasuk Hamza Dahdouh, anak tertua dari Wael Dahdouh, koresponden utama Al Jazeera di Gaza, menurut saluran berbahasa Arab yang dimiliki oleh Qatar dan pejabat medis setempat. Al Jazeera menyiarkan rekaman Dahdouh menangis dan memegang tangan anaknya. Militer Israel tidak memberikan komentar segera.

Baca Juga: Menhan Israel Paparkan Visi Militer untuk Hari Esok dalam Perang Gaza Jelang Kunjungan Blinken

Tank Israel dekat perbatasan Gaza hari Minggu, (7/1/2024) dengan latar belakang reruntuhan Gaza yang diratakan oleh serangan Israel. (Sumber: AP Photo)

Al Jazeera sangat mengutuk pembunuhan tersebut dan "serangan brutal lainnya terhadap jurnalis dan keluarga mereka" oleh pasukan Israel. Dahdouh juga kehilangan istri, dua anak, dan cucu dalam serangan udara pada 26 Oktober, dan terluka dalam serangan Israel bulan lalu yang menewaskan rekan kerjanya.

"Dunia buta terhadap apa yang terjadi di Jalur Gaza," katanya, menahan tangis.

Serangan udara lainnya menghantam sebuah rumah antara Khan Younis dan kota selatan Rafah, menewaskan setidaknya tujuh orang yang jenazahnya dibawa ke Rumah Sakit Eropa di Gaza, menurut jurnalis Associated Press di fasilitas tersebut. Seorang pria membawa seorang bayi dengan tergesa-gesa, dan kemudian membawa anak yang dibungkus selimut ke kamar mayat.

"Semua yang terjadi di sini berada di luar batas hukum, di luar batas akal sehat. Otak kami tidak sepenuhnya dapat memahami semua ini yang terjadi pada kami," kata kerabat yang berduka, Inas Abu al-Najja, suaranya yang gemetar. Para pria bekerja di reruntuhan dengan cangkul dan tangan kosong.

Pada hari Minggu, pejabat di Rumah Sakit Nasser di kota selatan Khan Younis menerima jenazah 18 orang, termasuk 12 anak-anak, yang tewas dalam serangan Israel larut Sabtu di sebuah rumah di kamp Khan Younis yang dibangun puluhan tahun lalu untuk menampung pengungsi dari perang 1948 terkait pembentukan Israel.

Pasukan Israel mendorong lebih dalam ke kota tengah Deir al-Balah, di mana penduduk di beberapa lingkungan diingatkan bahwa mereka harus mengungsi.

Organisasi medis internasional, Doctors Without Borders atau dikenal dengan akronim Prancis MSF, mengatakan mereka sedang mengevakuasi staf medis mereka dari Rumah Sakit Al Aqsa Martyrs di Deir al-Balah.


 

Sebuah peluru menembus dinding unit perawatan intensif rumah sakit pada Jumat, dan "serangan drone dan tembakan sniper hanya beberapa ratus meter dari rumah sakit" dalam beberapa hari terakhir, kata Carolina Lopez, koordinator darurat kelompok itu di sana. Dia mengatakan rumah sakit tersebut menerima antara 150 hingga 200 orang terluka setiap harinya dalam beberapa minggu terakhir.

International Rescue Committee dan Medical Aid for Palestinians mengatakan mereka juga terpaksa mundur dari rumah sakit tersebut. "Jumlah korban luka yang dibawa masuk ke sini beberapa hari terakhir ini mengerikan," kata ahli bedah Nick Maynard dengan tim medis IRC.




Sumber : Associated Press


BERITA LAINNYA



Close Ads x