Kompas TV internasional kompas dunia

Israel Tarik Ribuan Pasukan dari Gaza Utara, Bakal Gempur Tempat Ratusan Ribu Warga Mengungsi

Kompas.tv - 1 Januari 2024, 20:44 WIB
israel-tarik-ribuan-pasukan-dari-gaza-utara-bakal-gempur-tempat-ratusan-ribu-warga-mengungsi
Tentara Israel menyusun amunisi tank di Israel Selatan, Senin, (1/1/2024). Ribuan tentara Israel dipindahkan keluar dari Gaza Utara mulai Senin, (1/1/2024), dalam penarikan pasukan yang signifikan pertama sejak perang. (Sumber: AP Photo)
Penulis : Edwin Shri Bimo | Editor : Desy Afrianti

TEL AVIV, KOMPAS.TV - Ribuan tentara Israel dipindahkan keluar dari Gaza Utara mulai Senin, (1/1/2024), dalam penarikan pasukan yang signifikan pertama sejak perang, sementara pasukan terus menekan kota utama di bagian selatan Gaza, lokasi ratusan ribu warga sipil Palestina berlindung dari pengeboman besar-besaran Israel di Utara.

Pemindahan pasukan ini bisa menjadi isyarat pertempuran sedang dikurangi intensitasnya di beberapa wilayah Gaza, terutama di bagian utara di mana militer mengatakan mereka hampir mengambil alih kendali operasional.

Israel berada di bawah tekanan dari sekutu utamanya, Amerika Serikat, untuk mulai beralih ke pertempuran dengan intensitas lebih rendah.

Kabar penarikan ini datang menjelang kunjungan Menlu AS Antony Blinken ke Israel dan setelah pemerintahan Biden mengabaikan Kongres untuk kedua kalinya bulan ini guna menyetujui penjualan senjata darurat kepada Israel, seperti yang dilaporkan Associated Press pada hari Senin (1/1/2024).

Namun, pertempuran sengit terus berlanjut di wilayah lain Gaza, terutama di kota selatan Khan Yunis dan daerah pusat wilayah tersebut. Israel berjanji akan terus maju hingga mencapai tujuan perangnya, termasuk membubarkan Hamas, yang telah memerintah Gaza selama 16 tahun.

Dalam pernyataan pada hari Senin, (1/1/2024), militer Israel mengatakan lima brigade, atau beberapa ribu pasukan, akan ditarik keluar dari Gaza dalam beberapa minggu mendatang untuk latihan dan istirahat.

Dalam konferensi pers hari Minggu, (31/12/2023), juru bicara militer Israel Laksamana Muda Daniel Hagari, tidak mengatakan apakah keputusan tersebut berarti Israel memulai fase baru dari perang, “tujuan perang ini membutuhkan pertempuran berkepanjangan, dan kami bersiap menghadapinya,” katanya.

Baca Juga: Menteri Zionis Ekstrem Israel Mengulang Seruan Agar Warga Palestina Pergi Tinggalkan Gaza

Peta Gaza. Tentara Israel menyusun amunisi tank di Israel Selatan, Senin, (1/1/2024). Ribuan tentara Israel dipindahkan keluar dari Gaza Utara mulai Senin, (1/1/2024), dalam penarikan pasukan yang signifikan pertama sejak perang. Israel berada di bawah tekanan dari sekutu utamanya, Amerika Serikat, untuk mulai beralih ke pertempuran dengan intensitas lebih rendah. (Sumber: AP Graphics)

Pertempuran Sengit di Gaza Selatan

Di Khan Yunis, di mana Israel diyakini menggelar ribuan pasukan, warga melaporkan serangan udara dan pengeboman di bagian barat dan pusat kota. Militer Israel dan kelompok Jihad Islam melaporkan bentrokan di area tersebut.

Pertempuran juga dilaporkan di kamp pengungsi perkotaan di Gaza tengah, di mana Israel memperluas serangan minggu lalu.

"Ini rutinitas kami: pemboman, pembantaian, dan syuhada," kata Saeed Moustafa, seorang warga Palestina dari kamp Nuseirat. Dia mengatakan bisa mendengar ledakan sporadis dan tembakan di Nuseirat dan di kamp Bureij dan Maghazi yang terdekat.

"Saat kita bicara, ada ledakan besar tidak jauh dari rumah saya," kata dia dalam panggilan telepon pada hari Senin pagi.

Militer Israel mengatakan serangan udara membunuh Adel Mismah, seorang komandan wilayah pasukan elit Hamas Nukhba, di kota tengah Deir al-Balah.

Hamas melepaskan salvo besar roket ke Israel, termasuk ke pusat bisnisnya, Tel Aviv, saat lonceng tengah malam Tahun Baru bergema.

Baca Juga: Netanyahu Klaim Moralitas Israel Tak Tertandingi, Bantah Tuduhan Afsel di Mahkamah Internasional

Puing akibat serangan Israel di Gaza City, 11 Oktober 2023. Ribuan tentara Israel dipindahkan keluar dari Gaza Utara mulai Senin, (1/1/2024), dalam penarikan pasukan yang signifikan pertama sejak perang. Israel berada di bawah tekanan Amerika Serikat untuk mulai beralih ke pertempuran dengan intensitas lebih rendah. (Sumber: AP Photo)

Operasi Militer yang Berbeda

Israel mengatakan perang ini akan berlangsung selama berbulan-bulan. Mereka berkilah perlu waktu untuk membersihkan Gaza dari senjata dan infrastruktur Hamas serta mencegah Hamas dapat melakukan serangan lebih lanjut.

Israel menolak seruan gencatan senjata jangka panjang, dengan mengatakan hal itu akan dianggap sebagai kemenangan bagi Hamas.

Shlomo Brom, seorang jenderal bintang satu yang pensiun dan pernah bertanggung jawab atas perencanaan strategis di militer Israel, mengatakan perubahan pasukan mungkin sebagai hasil dari tekanan AS.

Dia mengatakan ini menunjukkan pergeseran dalam cara Israel melakukan perang di beberapa wilayah, "Perang ini tidak berhenti," kata Brom. "Ini adalah awal dari mode operasi yang berbeda."

Warga Israel pada umumnya mendukung tujuan perang, meskipun biaya dalam nyawa prajurit semakin meningkat.

Pada akhir pekan, militer Israel mengumumkan jumlah prajurit yang tewas sejak operasi darat dimulai hingga hari Senin, total 172 prajurit, 18 di antaranya tewas akibat tembakan dari pasukan sendiri, sementara 11 lainnya meninggal akibat kesalahan senjata atau kelengkapan atau kecelakaan.




Sumber : Associated Press


BERITA LAINNYA



Close Ads x