Kompas TV internasional kompas dunia

Kekejaman di Gaza: 160 Jasad Korban Pengeboman Israel Ditarik dari Reruntuhan Dalam 24 Jam Terakhir

Kompas.tv - 29 November 2023, 09:37 WIB
kekejaman-di-gaza-160-jasad-korban-pengeboman-israel-ditarik-dari-reruntuhan-dalam-24-jam-terakhir
Kisah pilu terus bergulir di Gaza, di mana tim penyelamat berhasil mengeluarkan 160 jenazah dalam 24 jam terakhir dari bawah reruntuhan dan jalan-jalan yang dipenuhi puing di Jalur Gaza hari Selasa, (28/11/2023). Tim pencari harus menggunakan tangan kosong untuk menyisir reruntuhan akibat ketiadaan peralatan. (Sumber: AP Photo/Abed Khaled)
Penulis : Edwin Shri Bimo | Editor : Gading Persada
Kisah pilu terus bergulir di Gaza, di mana tim penyelamat berhasil mengeluarkan 160 jenazah dalam 24 jam terakhir dari bawah reruntuhan dan jalan-jalan yang dipenuhi puing di Jalur Gaza hari Selasa, (28/11/2023). Tim pencari harus menggunakan tangan kosong untuk menyisir reruntuhan akibat ketiadaan peralatan. (Sumber: AP Photo/Abed Khaled)

GAZA, KOMPAS.TV – Kisah pilu terus bergulir di Gaza. Terkini tim penyelamat berhasil mengeluarkan 160 jenazah dalam 24 jam terakhir dari bawah reruntuhan dan jalan-jalan yang dipenuhi puing di Jalur Gaza, Selasa (28/11/2023) kemarin.

Total korban tewas dibunuh Israel telah mencapai angka yang mencengangkan, melebihi 15.000 orang sejak dimulainya agresi Israel pada 7 Oktober lalu, termasuk di dalamnya lebih dari 6.150 anak-anak dan lebih dari 4.000 perempuan, seperti yang dilaporkan oleh agensi berita resmi Palestina, WAFA, Selasa (28/11).

Laporan dari koresponden WAFA di Gaza mengungkapkan tim penyelamat sampai saat ini masih bergantung pada metode manual dan primitif untuk mengeluarkan jenazah dari bawah reruntuhan, akibat keterbatasan mesin dan peralatan untuk membersihkan puing.

Data awal menunjukkan sekitar 6.500 orang masih hilang di bawah reruntuhan, atau nasib mereka belum diketahui, termasuk lebih dari 4.700 anak-anak dan perempuan.

Sejak dimulainya gencatan senjata kemanusiaan sementara pada Jumat lalu, tim penyelamat, kru ambulans, dan warga berusaha keras untuk mengeluarkan sebanyak mungkin jenazah dengan segala kemampuan yang mereka miliki.

Lima hari terakhir mengungkapkan kehororan dari bencana kemanusiaan yang menimpa Jalur Gaza. Serangan udara, darat, dan laut Israel merusak 300.000 unit perumahan, termasuk 50.000 unit yang hancur total.

Meskipun gencatan senjata, penduduk yang tergusur di selatan Jalur Gaza masih dicegah untuk kembali ke kota dan desa mereka di Utara.

Baca Juga: Gencatan Senjata di Gaza Diperpanjang: Tekanan ke Israel Makin Keras Agar Warga Sipil Dilindungi

Kisah pilu terus bergulir di Gaza, di mana tim penyelamat berhasil mengeluarkan 160 jenazah dalam 24 jam terakhir dari bawah reruntuhan dan jalan-jalan yang dipenuhi puing di Jalur Gaza hari Selasa, (28/11/2023).  (Sumber: Ali Mohmoud/Associated Press)

Pasukan pendudukan menembaki warga di Jalan Salah al-Din yang mencoba mencapai utara untuk memeriksa rumah mereka dan mencari anggota keluarga yang hilang, mengakibatkan tiga orang tewas dan beberapa lainnya terluka. 

Hari Selasa (28/11), keluarga Palestina yang terlantar di Gaza memanfaatkan jeda pertempuran untuk mencari barang-barang mereka yang ditinggalkan, dengan sebagian menyisir puing-puing dengan tangan kosong di tempat-tempat di mana rumah mereka dulu berdiri.

Meskipun gencatan senjata sementara telah menghentikan serangan udara Israel, keluarga tanpa tempat tinggal di Johor al-Deek di pusat Gaza mengatakan mereka kesulitan untuk tetap hangat.

“Musim dingin sudah tiba, dan saya tidak punya apa-apa untuk mereka kenakan,” kata Hanan Tayeh tentang anak-anaknya saat ia mencari barang-barang yang tertimbun di bawah rumahnya yang hancur. “Ini dingin, kami tidak punya tempat tinggal.”

Ada sekitar 1,8 juta orang yang terlantar di Gaza, sekitar tiga perempat dari populasi wilayah yang terkepung ini, menurut badan kemanusiaan PBB.

Dalam dua minggu terakhir, cuaca di wilayah ini berubah, dengan hujan dan angin dingin melanda. Beberapa daerah terdampak banjir, “Tidak ada rumah, seolah-olah dihapus dari peta,” kata Yaser Felfel.

“Saya punya enam anak, kami delapan orang, kemana kami harus pergi?”


 



Sumber : WAFA / Associated Press


BERITA LAINNYA



Close Ads x