Kompas TV internasional kompas dunia

Palestina: Israel Perintahkan Semua Orang Kosongkan RS Al Shifa dan Pergi ke Selatan

Kompas.tv - 19 November 2023, 01:05 WIB
palestina-israel-perintahkan-semua-orang-kosongkan-rs-al-shifa-dan-pergi-ke-selatan
Pasien, staf, dan pengungsi diperintahkan pasukan Israel untuk meninggalkan rumah sakit terbesar di Gaza hari Sabtu, (18/11/2023) kata pejabat kesehatan Palestina, meninggalkan hanya pasukan Israel dan sejumlah kecil dokter untuk merawat mereka yang terlalu sakit untuk bergerak. (Sumber: AP Photo)
Penulis : Edwin Shri Bimo | Editor : Vyara Lestari

KHAN YOUNIS, KOMPAS.TV - Pasien, staf, dan pengungsi diperintahkan pasukan Israel untuk meninggalkan rumah sakit terbesar di Gaza hari Sabtu, (18/11/2023) kata pejabat kesehatan Palestina, meninggalkan hanya pasukan Israel dan sejumlah kecil dokter untuk merawat mereka yang terlalu sakit untuk bergerak.

Sumber di Gaza melaporkan 150 pasien kritis tetap tinggal karena sulitnya membawa mereka keluar, dan lima dokter yang merawat hingga mereka dievakuasi.

Proses evakuasi di mata banyak dokter dianggap sulit. Mereka terpaksa mengibarkan bendera putih dan berjalan di jalan-jalan yang hancur, mendorong pasien di kursi roda dan tempat tidur pasien, serta membantu yang terluka berjalan di jalan-jalan yang hancur.

Pemindahan massal di Kota Gaza terjadi pada hari yang sama ketika layanan internet dan telepon pulih di Jalur Gaza, mengakhiri blackout telekomunikasi yang memaksa Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk menghentikan pengiriman bantuan kemanusiaan kritis karena tidak dapat mengoordinasikan konvoi-konvoinya, seperti dilaporkan Associated Press, Sabtu (18/11/2023).

Kementerian Luar Negeri dan Warga Negara, Sabtu (18/11/2023), mengutuk pengungsian paksa Rumah Sakit Al-Shifa di Gaza oleh Israel, seperti yang dilaporkan Kantor Berita Palestina WAFA.

“Pengungsian Rumah Sakit Al-Shifa merupakan kengototan Israel untuk menyelesaikan episode eksekusi dan genosida terhadap setiap keberadaan Palestina di Kota Gaza dan Wilayah Utara,” demikian pernyataan Kementerian tersebut melalui cuitan di Twitter.

“Tindakan ini memperdalam bencana kemanusiaan dan lingkungan yang dihadapi Jalur Gaza. Ini juga merupakan terjemahan harfiah dari panggilan para fanatik ekstremis Israel yang menyerukan dan menuntut pembakaran Gaza, sebagaimana yang pernah mereka serukan dan lakukan dalam pembakaran Huwara sebelumnya,” tambahnya.

Baca Juga: Kekejaman Israel Berlanjut, Serang RS Perawatan Lansia Al Wafa di Gaza dan Bunuh Direkturnya

Warga shalat jenazah anak kecil korban yang terbunuh serangan Israel di Khan Younis. Pasien, staf, dan pengungsi diperintahkan pasukan Israel untuk meninggalkan rumah sakit terbesar di Gaza hari Sabtu, (18/11/2023) kata pejabat kesehatan Palestina, meninggalkan hanya pasukan Israel dan sejumlah kecil dokter untuk merawat mereka yang terlalu sakit untuk bergerak. (Sumber: AP Photo)

Puluhan orang tewas di kamp pengungsi Jabaliya yang padat penduduk pada hari Sabtu ketika yang disebut oleh saksi mata sebagai serangan udara Israel menghantam tempat perlindungan PBB yang penuh sesak di zona pertempuran utara Gaza.

Serangan itu menyebabkan kerusakan besar di sekolah Fakhoura kamp tersebut, dengan puluhan orang terlihat tergeletak tanpa gerakan, kata Ahmed Radwan dan Yassin Sharif.

"Pemandangan itu mengerikan. Jenazah perempuan dan anak-anak tergeletak di tanah. Yang lain berteriak minta pertolongan," kata Radwan melalui telepon.

Militer Israel, yang telah memperingatkan warga Jabaliya dan yang lainnya dalam unggahan media sosial berbahasa Arab untuk pergi, tidak memberikan komentar langsung. Pernyataan resminya jarang memberikan rincian tentang serangan individu, hanya mengatakan bahwa mereka menargetkan Hamas sambil berupaya meminimalkan kerusakan pada warga sipil.

"Menerima gambar dan rekaman mengerikan tentang puluhan orang yang tewas dan terluka di sekolah UNRWA lain yang menampung ribuan pengungsi di utara Jalur Gaza. Serangan-serangan ini tidak boleh menjadi hal biasa, mereka harus berhenti. Gencatan senjata kemanusiaan tidak bisa menunggu lebih lama," kata Philippe Lazzarini, komisioner jenderal agensi PBB untuk pengungsi Palestina, atau UNRWA, di Twitter.

Serangan juga terus berlanjut di selatan Gaza. Serangan udara Israel menghantam gedung perumahan di pinggiran kota Khan Yunis, menewaskan setidaknya 26 warga Palestina, menurut seorang dokter di rumah sakit tempat jenazah dibawa.

Militer Israel telah mencari jejak pusat komando Hamas di Rumah Sakit Shifa yang diklaim berada di bawah bangunan tersebut, klaim yang dibantah oleh Hamas dan staf rumah sakit, sementara mendesak ribuan orang yang masih berada di sana untuk pergi.

Baca Juga: Biden Terus Bela Serangan Israel ke RS Al Shifa, Tuding Ada Markas Hamas padahal Pencarian Nihil

Shalat jenazah korban pengeboman Israel di Gaza. Pasien, staf, dan pengungsi diperintahkan pasukan Israel untuk meninggalkan rumah sakit terbesar di Gaza hari Sabtu, (18/11/2023) kata pejabat kesehatan Palestina, meninggalkan hanya pasukan Israel dan sejumlah kecil dokter untuk merawat mereka yang terlalu sakit untuk bergerak. (Sumber: AP Photo)

Pada hari Sabtu, militer Israel mengeklaim mereka diminta direktur rumah sakit untuk membantu mereka yang ingin pergi dengan rute aman.

Militer mengeklaim tidak memberikan perintah evakuasi, dan menyatakan personel medis diizinkan tetap di rumah sakit untuk mendukung pasien yang tidak dapat dipindahkan.

Tetapi Medhat Abbas, juru bicara Kementerian Kesehatan di Gaza, mengatakan militer memerintahkan fasilitas itu dikosongkan, memberikan rumah sakit waktu satu jam untuk mengeluarkan semua orang.

Setelah tampaknya evakuasi sebagian besar telah selesai, Dr. Ahmed Mokhallalati, seorang dokter di RS Al Shifa, mengatakan di media sosial bahwa sekitar 120 pasien tidak dapat pergi, termasuk beberapa yang berada di unit perawatan intensif dan bayi prematur, dan ia bersama lima dokter lainnya tetap tinggal untuk merawat mereka.

Belum jelas ke mana mereka yang meninggalkan rumah sakit tersebut pergi, sementara 25 rumah sakit di Gaza tidak berfungsi karena kekurangan bahan bakar, kerusakan, dan masalah lain, dan 11 lainnya hanya beroperasi sebagian, menurut Organisasi Kesehatan Dunia WHO

Israel mengatakan rumah sakit di utara Gaza adalah target utama serangan daratnya yang ditujukan untuk menghancurkan Hamas, dengan klaim bahwa rumah sakit digunakan sebagai pusat komando dan gudang senjata, klaim yang kedua belah pihak, baik Hamas maupun staf medis, sudah membantah keras.

Pasukan Israel mengepung atau menyerbu masuk ke beberapa rumah sakit hingga berhenti beroperasi, sementara yang lain berhenti berfungsi karena persediaan yang semakin menipis dan listrik yang hilang.


 

 




Sumber : Associated Press / WAFA


BERITA LAINNYA



Close Ads x