Kompas TV internasional kompas dunia

Perayaan 13 Tahun Angklung Diakui UNESCO Digelar di Gedung PBB Jenewa

Kompas.tv - 17 November 2023, 22:05 WIB
perayaan-13-tahun-angklung-diakui-unesco-digelar-di-gedung-pbb-jenewa
Kelompok angklung Le Sangkuriang yang berbasis di Swiss, menampilkan pertunjukan angklung dalam acara bazar tahunan United Nations Women’s Guild di gedung utama PBB di Jenewa, Swiss, Selasa (14/11/2023). Pertunjukan ini sekaligus memperingati 13 tahun pengakuan angklung sebagai warisan dunia tak benda dan kemanusiaan oleh UNESCO. (Sumber: Dharma Wanita Persatuan PTRI Jenewa)
Penulis : Tussie Ayu | Editor : Edy A. Putra

JENEWA, KOMPAS.TV - Gedung Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) di Jenewa seketika terasa semarak dengan suara angklung yang memenuhi ruangannya, Selasa (14/11/2023). Lebih dari 25 anggota grup Le Sangkuriang tampil membawakan berbagai lagu mulai dari "You Raise Me Up", "Heal the World" dan lagu tradisional seperti "Jali-jali."

Pagelaran angklung kali ini menjadi bagian dari acara bazar tahunan United Nations Women’s Guild (UNWG), yang kali ini dirangkai sebagai perayaan tiga belas tahun angklung diakui oleh UNESCO sebagai Warisan Dunia Tak Benda dan Kemanusiaan.

Pengakuan UNESCO tersebut menjadikan angklung sebagai warisan budaya tak benda yang istimewa, bukan hanya milik Indonesia tetapi seluruh dunia. Le Sangkuriang sendiri merupakan perkumpulan yang berdiri di Jenewa sejak Juni 2008, dengan anggota yang terdiri dari masyarakat Indonesia, pecinta Indonesia dan para istri diplomat Indonesia yang sedang ditempatkan di Perutusan Tetap RI (PTRI) untuk PBB atau anggota Dharma Wanita Persatuan PTRI Jenewa.  

Kelompok ini dengan tekun memperkenalkan angklung sebagai bagian dari kekayaan budaya Indonesia. Selain tampil di Gedung PBB, mereka juga menyapa dunia melalui berbagai panggung internasional seperti WHO, WIPO, dan berbagai festival musik di Jenewa, Swiss, dan Perancis.

Di samping mengadakan pertunjukan, Le Sangkuriang juga aktif mempromosikan angklung di berbagai sekolah, termasuk sekolah internasional di Jenewa. Harapannya, masyarakat internasional dapat lebih mengenal dan mengapresiasi budaya angklung.

Baca Juga: Iriana Jokowi Ikut Main Angklung yang Pecahkan Rekor Dunia

Donna Febrian, istri duta besar dan ketua Dharma Wanita Persatuan PTRI Jenewa, yang juga pembina Le Sangkuriang, menyatakan rasa bangganya terhadap prestasi grup ini. Ia menjelaskan, Le Sangkuriang telah membantu pemerintah Indonesia dalam memperkenalkan budaya Indonesia, khususnya alat musik tradisional di Jenewa dan sekitarnya.

Lebih lanjut, Donna berharap agar Le Sangkuriang dapat terus memperluas kegiatannya dalam mempromosikan budaya Indonesia tidak hanya di Jenewa tetapi juga di seluruh Swiss. Ia juga berharap agar kerja sama antara PTRI Jenewa dan Le Sangkuriang dapat lebih ditingkatkan di masa yang akan datang.

Sementara itu, Sam Udjo, seniman angklung dari Saung Angklung Udjo, Jawa Barat, yang sebelumnya memberikan pelatihan intensif kepada Le Sangkuriang saat mereka baru didirikan pada tahun 2008, menyampaikan kebahagiannya melihat kelompok ini tetap eksis dan peduli dengan angklung.

Sam menyatakan angklung adalah alat musik yang unik karena setiap angklung menghasilkan satu nada atau kord, sehingga beberapa pemain harus berkolaborasi untuk memainkan melodi. 

“Angklung mempromosikan nilai-nilai kerja sama, saling menghormati, dan harmoni sosial,” ujar Sam dalam siaran pers yang diterima Kompas TV dari Dharma Wanita Persatuan PTRI Jenewa.

Cessy Karina, konduktor Le Sangkuriang, menyatakan melalui pertunjukan ini, mereka tidak hanya ingin menghadirkan penonton ke dalam budaya Indonesia, tetapi juga menginspirasi mereka sebagai warga dunia. 

“Angklung, dengan prinsip kolaborasi dan persatuan yang melekat padanya, menjadi pengingat kuat akan pentingnya memupuk perdamaian dan pemahaman antarnegara,” ujar Cessy.

Baca Juga: Momen Indonesia Pecahkan Rekor Pergelaran Angklung Terbesar di Dunia, 15.240 Peserta!

Cessy juga berharap angklung dapat menjadi kebanggaan orang Indonesia dan menjadi alat pengikat rasa persaudaraan yang lebih erat di antara para anggota Le Sangkuriang. Ia juga berharap untuk dapat mengembangkan kelompok ini dengan berkolaborasi dengan grup tradisional Indonesia lainnya seperti grup gamelan atau grup tari Indonesia.

Donna Febrian, Ketua DWP PTRI Jenewa (kanan) bercakap-cakap dengan para tamu yang hadir dalam pagelaran angklung di gedung utama PBB Jenewa. Beberapa tamu yang hadir di antaranya adalah Wency, istri Dubes Tiongkok untuk PBB di Jenewa (kiri) dan Kyoung A-Kim (tengah), istri Dubes Korea Selatan untuk PBB dan Organisasi International lainnya di Jenewa, Swiss. (Sumber: Dharma Wanita Persatuan PTRI Jenewa)

Pertunjukan angklung ini sangat diapresiasi oleh pengunjung dari berbagai negara. Salah satu tamu yang hadir adalah Kyoung-a Kim, istri Dubes Korea Selatan untuk PBB dan Organisasi Internasional lainnya di Jenewa. Ia mengungkapkan kekagumannya akan pertunjukan angklung yang dipersembahkan Le Sangkuriang.

“Sungguh cantik dan suatu pengalaman yang menarik bagi saya untuk dapat menyaksikan langsung pertunjukan tersebut di kota Jenewa, Swiss,” kata Kyoung-a Kim. 


 



Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x