Kompas TV internasional kompas dunia

Efek Kudeta Niger, Presiden Prancis Emmanuel Macron Tarik Duta Besar dan Tentaranya

Kompas.tv - 25 September 2023, 12:15 WIB
efek-kudeta-niger-presiden-prancis-emmanuel-macron-tarik-duta-besar-dan-tentaranya
Jenderal Abdourahmane Tchiani, pemimpin kudeta militer Niger menuduh Prancis mengumpulkan pasukan untuk intervensi militer di negara tersebut setelah kudeta pada bulan Juli. Presiden Prancis Emmanuel Macron hari Minggu mengatakan ia hanya akan bertindak atas permintaan pemimpin Niger yang digulingkan, Mohamed Bazoum. (Sumber: France24)
Penulis : Haryo Jati | Editor : Desy Afrianti

PARIS, KOMPAS.TV - Presiden Prancis Emmanuel Macron akhirnya memutuskan menarik duta besar dan tentaranya dari Niger menyusul kudeta di negara tersebut.

Penarikan tentara Prancis juga menandai akhir dari kerja sama antara Prancis dan Niger.

Kudeta di Niger terjadi Juli lalu, setelah Presiden Mohamed Bazoum dilengserkan oleh pasukan pengawalnya sendiri.

Dukungan pun kemudian diberikan militer Niger terhadap kudeta tersebut.

Baca Juga: Mengapa 120.000 Orang akan Pindah dari Nagorno-Karabakh Azerbaijan ke Armenia? Ini Penjelasannya

“Prancis memutuskan menarik duta besarnya. Pada beberapa jam ke depan, duta besar kami dan sejumlah diplomat akan kembali ke Prancis,” kata Macron dilansir dari BBC, Senin (25/9/2023).

Ia menambahkan bahwa kerja sama militer antara negaranya dengan Niger telah berakhir, dan tentara Prancis akan pergi dari negara itu dalam hitungan bulan.

Junta militer Niger pun menyambut baik keputusan dari Macron tersebut.

“Minggu ini kami merayakan langkah baru menuju kedaulatan Niger,” bunyi pernyataan junta.

Ada sekitar 1.500 tentara Prancis yang ditempatkan di negara Afrika Barat tersebut.

Keputusan itu menyusul berbulan-bulan demonstrasi dan sikap bermusuhan terhadap kehadiran Prancis di negara itu.

Demonstrasi rutin menentang Prancis juga terjadi di Ibu Kota Niamey.

Bagi Prancis keputusan tersebut sebenarnya menjadi pukulan telak dalam operasi menghadapi militan Islam di wilayah Sahel.

Namun Macron menegaskan Prancis tidak akan disandera oleh para pelaku kudeta.

Macron mengungkapkan ia masih menganggap Presiden Mohamed Bazoum yang tengah ditahan pelaku kudeta sebagai satu-satunya otoritas sah negara itu.

Baca Juga: Lavrov: Rusia Siap Berunding soal Ukraina, tapi Tanpa Gencatan Senjata karena Pernah Dikibuli Kiev

Ia juga telah memberitahu Bazoum mengenai keputusannya, dan menggambarkan sang presiden yang digulingkan itu sebagai sandera.

“Ia menjadi target kudeta karena melakukan reformasi yang berani, dan karena sebagian besar terjadi perselisihan antar etnis, serta banyak kepengecutan politik,” ujarnya.

Niger sendiri merupakan salah satu dari beberapa negara koloni Prancis di Afrika Barat, yang telah mengalami kudeta.

Sebelumnya ada Burkina Faso, Guinea, Mali dan Chad, sedangkan yang teranyar adalah Gabon pada Agustus lalu.



Sumber : BBC


BERITA LAINNYA



Close Ads x