Kompas TV internasional kompas dunia

AS Kirim Kapal Selam Bersenjata Nuklir ke Korea Selatan, Unjuk Kekuatan ke Korea Utara

Kompas.tv - 19 Juli 2023, 04:45 WIB
as-kirim-kapal-selam-bersenjata-nuklir-ke-korea-selatan-unjuk-kekuatan-ke-korea-utara
USS Kentucky, sebuah kapal selam kelas Ohio, tiba di pelabuhan Busan, Korea Selatan, hari Selasa siang, (18/7/2023) demikian pernyataan Kementerian Pertahanan Korea Selatan. Ini merupakan kunjungan pertama kapal selam berkekuatan nuklir AS ke Korea Selatan sejak tahun 1980-an. (Sumber: US Navy)
Penulis : Edwin Shri Bimo | Editor : Vyara Lestari

SEOUL, KOMPAS.TV - Amerika Serikat (AS) mengerahkan kapal selam bersenjata nuklir ke Korea Selatan hari Selasa (18/7/2023) untuk pertama kalinya dalam empat dekade terakhir. 

Kunjungan periodik oleh kapal selam rudal balistik berkekuatan nuklir AS ke Korea Selatan menjadi salah satu dari beberapa kesepakatan yang dicapai oleh kedua presiden negara itu pada bulan April sebagai tanggapan terhadap ancaman nuklir yang semakin meluas dari Korea Utara.

Selain itu, Korea Selatan dan AS juga sepakat membentuk Kelompok Konsultasi Nuklir bilateral dan memperluas latihan militer, seperti yang dilaporkan oleh Associated Press pada hari Selasa, (18/7/2023).

USS Kentucky, sebuah kapal selam kelas Ohio, tiba di pelabuhan Busan, Korea Selatan, hari Selasa siang, (18/7/2023), demikian pernyataan Kementerian Pertahanan Korea Selatan. Ini merupakan kunjungan pertama kapal selam berkekuatan nuklir AS ke Korea Selatan sejak tahun 1980-an.

Menteri Pertahanan Korea Selatan Lee Jong-Sup menyebut kunjungan kapal selam ini sebagai unjuk kekuatan dari tekad AS dalam melaksanakan komitmen "penanggulangan yang diperluas," yaitu janji AS untuk menggunakan seluruh kemampuan militernya, termasuk senjata nuklir, untuk melindungi sekutunya.

Ia mengatakan kunjungan kapal selam ini "menunjukkan kemampuan dan posisi yang mendominasi dari kedua negara terhadap Korea Utara."

Selama Perang Dingin pada akhir tahun 1970-an, kapal selam rudal balistik berkekuatan nuklir AS sering kali mengunjungi Korea Selatan, kadang-kadang dua atau tiga kali dalam sebulan, menurut Federasi Ilmuwan Amerika. Pada saat itu, AS memiliki ratusan hulu ledak nuklir yang ditempatkan di Korea Selatan. Namun, tahun 1991, AS menarik kembali semua senjata nuklirnya dari Semenanjung Korea.

Baca Juga: Ancaman Korea Utara ke AS Serius, Tembakkan Rudal Balistik Hwasong-18 yang Sempat Terbang 74 Menit

USS Kentucky, sebuah kapal selam kelas Ohio, tiba di pelabuhan Busan, Korea Selatan, hari Selasa siang, (18/7/2023) demikian pernyataan Kementerian Pertahanan Korea Selatan. Ini merupakan kunjungan pertama kapal selam berkekuatan nuklir AS ke Korea Selatan sejak tahun 1980-an. (Sumber: US Navy)

Ambisi nuklir Korea Utara menjadi lebih mendesak setelah negara itu mengancam akan menggunakan senjata nuklir dalam konflik dengan para rivalnya dan melakukan sekitar 100 uji coba rudal sejak awal tahun lalu.

Pekan lalu, Korea Utara melakukan uji coba kedua dari rudal balistik antarbenua yang lebih mobile dan kuat yang dirancang untuk menyerang daratan Amerika Serikat.

Setelah mengamati peluncuran itu, pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un, berjanji untuk lebih memperkuat kemampuan perang nuklir negaranya.

Pada hari yang sama, pejabat-pejabat Korea Selatan dan AS mengadakan pertemuan pertama dari Kelompok Konsultasi Nuklir di Seoul untuk membahas cara-cara untuk memperkuat penanggulangan terhadap ancaman nuklir dari Korea Utara.

"Setiap serangan nuklir dari Korea Utara terhadap Amerika Serikat atau sekutunya tidak dapat diterima dan akan mengakibatkan berakhirnya rezim tersebut," demikian bunyi pernyataan bersama kedua negara setelah pertemuan tersebut.

Presiden Joe Biden juga mengeluarkan peringatan serupa setelah pertemuan puncaknya dengan Presiden Korea Selatan, Yoon Suk Yeol, di Washington pada bulan April.

"Kedua belah pihak menegaskan bahwa Kelompok Konsultasi Nuklir akan memainkan peran integral dalam mendiskusikan dan memajukan pendekatan bilateral, termasuk panduan, untuk perencanaan strategis dan respons terhadap agresi dari Korea Utara," demikian pernyataan tersebut.

Baca Juga: Penampakan Kapal Selam Bertenaga Nuklir Milik AS Tiba di Korea Selatan


Badan konsultasi ini bertugas untuk saling berbagi informasi tentang rencana operasi senjata nuklir dan strategis serta operasi bersama.

AS akan tetap mengendalikan operasional senjata nuklirnya. Para pejabat AS mengatakan pembentukan kelompok ini dan langkah-langkah lain yang diumumkan bulan April bertujuan mengurangi kekhawatiran Korea Selatan terhadap provokasi dari Korea Utara sambil mencegah Seoul mengembangkan program nuklirnya sendiri.

Sebelumnya pada hari Selasa, Yoon mengatakan dalam sebuah rapat kabinet bahwa pembentukan kelompok konsultasi ini "akan menjadi titik awal penting untuk membentuk penanggulangan terhadap Korea Utara yang kuat dan efektif antara Korea Selatan dan AS," dan bahwa aliansi mereka telah "ditingkatkan dengan paradigma baru berbasis nuklir."

Pertemuan ini dipimpin bersama oleh Koordinator Keamanan Nasional AS untuk Wilayah Indo-Pasifik, Kurt Campbell, dan Direktur Keamanan Nasional Korea Selatan, Kim Tae-hyo.

Korea Utara mengutuk perjanjian antara Biden dan Yoon pada bulan April, dengan menyatakan perjanjian tersebut membuktikan adanya sikap bermusuhan yang ekstrem dari sekutu-sekutu tersebut terhadap Korea Utara. Negara itu mengancam akan lebih meningkatkan doktrin penggunaan nuklirnya sebagai bentuk protes.

Dalam pernyataan yang dikeluarkan pada hari Senin, adik perempuan Kim yang berkuasa dan penasihat senior, Kim Yo Jong, memperingatkan bahwa langkah AS untuk memperkuat komitmen penanggulangan terhadap Korea Selatan akan membuat Korea Utara "semakin menjauh dari meja perundingan yang diinginkan oleh (AS)" dan akan meningkatkan kapabilitas militer negaranya.

"(Korea Utara) siap untuk dengan tegas melawan segala tindakan yang melanggar kedaulatan dan integritas wilayahnya," kata Kim Yo Jong. "AS sebaiknya menghentikan tindakan bodoh mereka yang memprovokasi (Korea Utara) bahkan dengan membahayakan keamanannya."

 




Sumber : Associated Press


BERITA LAINNYA



Close Ads x