Kompas TV internasional kompas dunia

Pasukan Perbatasan Iran dan Taliban Baku Tembak Senjata Berat gara-gara Perselisihan Hak Suplai Air

Kompas.tv - 28 Mei 2023, 04:05 WIB
pasukan-perbatasan-iran-dan-taliban-baku-tembak-senjata-berat-gara-gara-perselisihan-hak-suplai-air
Pasukan perbatasan Taliban Afghanistan dan Iran baku tembak dengan senjata berat hari Sabtu (27/5/2023) di perbatasan kedua negara, menewaskan dan melukai pasukan serta secara tajam meningkatkan ketegangan antara kedua negara akibat perselisihan atas hak air. (Sumber: Associated Press)
Penulis : Edwin Shri Bimo | Editor : Hariyanto Kurniawan

DUBAI, KOMPAS.TV - Pasukan perbatasan Taliban Afghanistan dan Iran baku tembak dengan senjata berat pada hari Sabtu (27/5/2023) di perbatasan kedua negara. Baku tembak itu menewaskan dan melukai pasukan serta secara tajam meningkatkan ketegangan antara kedua negara akibat perselisihan atas hak air.

Diberitakan Kantor Berita Iran, IRNA, melalui Associated Press, Minggu (28/5/2023), Kepala Kepolisian Iran Jenderal Qassem Rezaei menuduh Taliban membuka tembakan terlebih dahulu pada hari Sabtu pagi di perbatasan Provinsi Sistan dan Baluchestan Iran dengan provinsi Afghanistan, Nimroz. IRNA menyatakan Iran mengalami "korban berat dan kerusakan serius."

Dari sudut pandang Taliban, Juru Bicara Kementerian Dalam Negeri Afghanistan Abdul Nafi Takor, menuduh Iran melakukan tembakan pertama.

Takor mengatakan baku tembak tersebut menewaskan dua orang, masing-masing dari kedua negara, dan melukai beberapa orang lainnya. Ia menjelaskan situasinya kini sudah di bawah kendali.

IRNA, mengutip kepolisian Iran, menyatakan satu penjaga perbatasan tewas. Namun, angka tersebut mungkin lebih tinggi. Surat kabar berbahasa Inggris yang bersifat semi resmi, Tehran Times, mengatakan bentrokan tersebut menewaskan tiga penjaga perbatasan Iran.

IRNA menyebutkan perlintasan perbatasan Milak dengan Afghanistan, yang merupakan jalur perdagangan utama, ditutup sampai batas waktu yang belum ditentukan akibat baku tembak tersebut.

"Islamic Emirate of Afghanistan menganggap dialog sebagai cara yang masuk akal untuk menyelesaikan masalah apa pun," kata juru bicara Kementerian Pertahanan Afghanistan, Enayatullah Khawarazmi, dalam sebuah pernyataan. "Mencari alasan untuk perang dan tindakan negatif tidaklah menguntungkan bagi semua pihak."

Baca Juga: Taliban Tegaskan Tak Merasa Perlu Buru-Buru Setujui Kesepakatan Lithium US$10 Miliar dengan China

Pasukan perbatasan Taliban Afghanistan dan Iran baku tembak dengan senjata berat hari Sabtu (27/5/2023) di perbatasan kedua negara, menewaskan dan melukai pasukan serta secara tajam meningkatkan ketegangan antara kedua negara akibat perselisihan atas hak air. (Sumber: Khaleej Times)

Kelompok advokasi HalVash, yang memantau masalah yang memengaruhi masyarakat Baluch di Provinsi Sistan dan Baluchestan yang mayoritas Sunni, mengutip penduduk di daerah tersebut yang mengatakan pertempuran terjadi di dekat distrik Kang di Nimroz. Mereka mengatakan sebagian warga melarikan diri dari kekerasan.

Video-video yang diposting secara online, yang diduga berasal dari daerah tersebut, memperlihatkan suara tembakan senapan mesin dari kejauhan.

HalVash kemudian memposting gambar yang tampaknya merupakan sisa-sisa granat, dengan menyebutkan bahwa "senjata berat dan mortir digunakan." Video lain dari HalVash yang kemudian diposting menunjukkan pasukan Iran menembak mortir.

"Pasukan perbatasan Republik Islam Iran akan memberikan respons tegas terhadap setiap pelanggaran perbatasan dan agresi, dan pihak berwenang saat ini di Afghanistan harus bertanggung jawab atas tindakan mereka yang tidak terukur dan bertentangan dengan prinsip-prinsip internasional," kutipan IRNA dari Kepala Kepolisian Iran, Jenderal Ahmadreza Radan.

Pertempuran ini terjadi ketika Presiden Iran, Ebrahim Raisi, pada awal bulan ini memperingatkan Taliban untuk tidak melanggar hak air Iran di Sungai Helmand. Pernyataan Raisi tersebut merupakan peringatan terkuat yang pernah ada terkait keprihatinan yang berkepanjangan tentang air di Iran.

Kekeringan menjadi masalah di Iran selama 30 tahun, tetapi semakin memburuk selama dekade terakhir, menurut Organisasi Pangan dan Pertanian PBB. Organisasi Meteorologi Iran menyatakan sekitar 97% wilayah negara saat ini mengalami tingkat kekeringan.

Taliban merebut Afghanistan pada bulan Agustus 2021 saat pasukan Amerika Serikat dan NATO sedang dalam minggu-minggu terakhir penarikan mereka dari negara tersebut setelah 20 tahun perang.

Baca Juga: Dewan Keamanan PBB Desak Taliban Batalkan Pembatasan bagi Perempuan dan Anak

Pasukan perbatasan Taliban Afghanistan dan Iran baku tembak dengan senjata berat hari Sabtu (27/5/2023) di perbatasan kedua negara, menewaskan dan melukai pasukan serta secara tajam meningkatkan ketegangan antara kedua negara akibat perselisihan atas hak air. (Sumber: Middle East Monitor)

Sejak itu, Afghanistan menjadi negara yang paling represif di dunia bagi perempuan dan gadis, yang menyebabkan mereka kehilangan hampir semua hak dasar, menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa. Kelaparan masih merajalela.

Meskipun tidak secara langsung mengakui pemerintahan Taliban, Iran tetap menjalin hubungan dengan penguasa baru Afghanistan. Tehran juga mendesak Taliban memperbolehkan perempuan dan gadis pergi ke sekolah.

Sebelumnya, pada hari Sabtu, Menteri Luar Negeri Taliban, Amir Khan Muttaqi, bertemu dengan utusan Iran untuk Afghanistan untuk membahas hak air Sungai Helmand, sesuai dengan cuitan dari pejabat Kementerian Luar Negeri Afghanistan, Zia Ahmad.

IRNA mengakui pertemuan tersebut, dengan menyatakan bahwa "masalah-masalah antara kedua negara akan lebih baik diselesaikan melalui dialog."

Namun, ketegangan lainnya telah meningkat. Sebuah video yang diposting secara online dalam beberapa hari terakhir diduga memperlihatkan ketegangan antara pasukan Iran dan Taliban ketika pekerja konstruksi Iran mencoba memperkuat perbatasan antara kedua negara.

Dalam beberapa hari terakhir, akun-akun pro-Taliban di media sosial juga telah membagikan video dengan lagu yang memanggil Menteri Pertahanan sementara, Mullah Mohammad Yaqoob, untuk berdiri melawan Iran. Mullah Yaqoob adalah putra dari Mullah Mohammad Omar, pendiri Taliban yang telah meninggal dan pemimpin tertinggi pertama.

"Kami adalah pemerintah, kami memiliki kekuatan," bunyi lagu tersebut. "Pemimpin kami, Mullah Yaqoob, akan melawan Iran atau kami bukan pemerintah republik ini. Kami bukan budak, pemimpin kami, Mullah Yaqoob, akan melawan Iran."

 




Sumber : Associated Press


BERITA LAINNYA



Close Ads x