Kompas TV internasional kompas dunia

Erdogan Jadi Imam Salat di Hagia Sophia pada Malam Sebelum Pemilihan Presiden

Kompas.tv - 14 Mei 2023, 02:05 WIB
erdogan-jadi-imam-salat-di-hagia-sophia-pada-malam-sebelum-pemilihan-presiden
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menjadi imam salat pada hari Sabtu (13/5/2023) di Masjid Hagia Sophia Istanbul menjelang pemilihan presiden hari Minggu (14/5/2023). Erdogan akan meniru ritual yang dilakukan oleh Sultan Utsmaniyah sebelum memimpin pasukan pergi berperang saat Erdogan bersiap menghadapi pemilu presiden. (Sumber: France24)
Penulis : Edwin Shri Bimo | Editor : Hariyanto Kurniawan

ISTANBUL, KOMPAS.TV - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menjadi imam salat pada hari Sabtu (13/5/2023) di Masjid Hagia Sophia Istanbul menjelang pemilihan presiden hari Minggu (14/5/2023), menjadi pertarungan untuk kelangsungan karier politiknya melawan rival sekuler yang kuat.

Erdogan akan meniru ritual yang dilakukan oleh Sultan Utsmaniyah sebelum memimpin pasukan pergi berperang saat Erdogan bersiap menghadapi pemilu presiden hari Minggu (14/5/2023), seperti laporan France24, Sabtu (13/5/2023).

Erdogan belum pernah menghadapi oposisi yang lebih semangat dan bersatu seperti yang dipimpin oleh mantan pegawai negeri sipil yang pensiun, Kemal Kilicdaroglu, yang didukung aliansi enam partai.

Pemimpin Turki ini mahir memecah belah pesaingnya dan membentuk aliansi mengejutkan sambil memenangkan satu pemilihan nasional ke pemilihan yang lain dalam 21 tahun terakhir.

Namun, partai berbasis Islamnya terguncang oleh kemarahan atas kekacauan ekonomi Turki dan penindasan terhadap kebebasan sipil selama dua dekade pemerintahannya.

Enam partai oposisi menyampingkan perbedaan politik dan budaya mereka dan bersatu untuk satu tujuan tunggal, yaitu menggulingkan Erdogan.

Mereka secara resmi didukung oleh partai pro-Kurdi utama Turki - kelompok yang memiliki setidaknya 10 persen suara.

Baca Juga: Profil Kemal Kilicdaroglu, Politikus Oposisi Turki yang Berpeluang Putus Dominasi Politik Erdogan

Peta pemilu presiden dan parlemen di Turki, yang akan digelar hari Minggu (14/5/2023). Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menjadi imam salat pada hari Sabtu (13/5/2023) di Masjid Hagia Sophia Istanbul menjelang pemilihan presiden hari Minggu (14/5/2023). Erdogan akan meniru ritual yang dilakukan oleh Sultan Utsmaniyah sebelum memimpin pasukan pergi berperang saat Erdogan bersiap menghadapi pemilu presiden. (Sumber: France24)

Sebuah Pertanyaan Bodoh

Hitung-hitungan dan gotak-gatik politik tidak berpihak pada Erdogan, dengan sebagian besar jajak pendapat menunjukkan ia ketinggalan beberapa poin dibandingkan dengan rival sekulernya.

Kilicdaroglu sekarang berusaha keras melampaui ambang batas 50 persen dan menghindari putaran kedua pada 28 Mei yang dapat memberi kesempatan pada Erdogan untuk memulihkan diri dan mengubah arah perdebatan.

"Apakah Anda siap membawa demokrasi ke negara ini? Untuk membawa perdamaian ke negara ini? Saya berjanji, saya juga siap," kata Kilicdaroglu dalam sebuah rapat di Ankara.

Pada Jumat malam, Erdogan berada dalam posisi yang tidak nyaman saat ditanya apa yang akan dilakukannya jika kalah.

Pemimpin berpengalaman itu meradang dan berjanji akan menghormati suara rakyat. "Ini adalah pertanyaan yang sangat bodoh," katanya.

"Kami berkuasa di Turki melalui cara-cara demokratis, dengan persetujuan rakyat. Jika rakyat kami berubah pikiran, kami akan melakukan apa yang demokrasi perlukan."

Perjalanan kampanye pencalonannya akan membawanya ke tempat kejadian pada Sabtu, yaitu salah satu keputusan yang paling kontroversial dalam pemerintahannya akhir-akhir ini.

Baca Juga: Turki Laksanakan Pemilu Presiden dan Parlemen Hari Minggu, Ini Lawan Paling Berat Erdogan

Para pedagang bunga berjualan di bawah papan iklan kandidat presiden Turki dari partai CHP dan Aliansi Bangsa, Kemal Kilicdaroglu, di Istanbul, Turki, Kamis 11 Mei 2023. (Sumber: AP Photo/Khalil Hamra)

Kemarahan Barat karena Hagia Sophia kembali Difungsikan Menjadi Masjid

Hagia Sophia awalnya dibangun sebagai katedral Bizantium, pada saat itu merupakan yang terbesar di dunia, sebelum diubah menjadi masjid oleh Kesultanan Utsmaniyah.

Tahun 1923, Hagia Sophia diubah menjadi museum ketika Mustafa Kemal Ataturk menciptakan Turki pasca-Utsmani yang sekuler.

Keputusan Erdogan untuk mengubahnya kembali menjadi masjid pada tahun 2020 mengukuhkan status pahlawannya di antara para pendukungnya yang religius dan menyebabkan meningkatnya ketidaknyamanan Barat terhadap pemerintahannya.

"Seluruh dunia Barat marah, tetapi saya melakukannya," kata Erdogan dalam pidato di Istanbul hari Sabtu.

Erdogan menekankan tema-tema keagamaan dan menggunakan perang budaya untuk mencoba membangkitkan semangat basis konservatif dan nasionalisnya.

Dia menyebut oposisi sebagai kelompok "pro-LGBT" yang menerima perintah dari militan Kurdi yang dilarang dan didanai oleh Barat.

Pesan keras ini tampaknya ditujukan untuk mengalihkan pikiran pemilih dari krisis ekonomi paling parah yang pernah dialami Turki selama pemerintahannya.

Angka inflasi tahunan resmi mencapai 85 persen tahun lalu. Para ekonom berpikir bahwa angka sebenarnya bisa jauh lebih tinggi dan menyalahkan krisis ini pada teori keuangan tidak konvensional Erdogan.

Kilicdaroglu berjanji untuk menghapus kebijakan-kebijakan itu segera setelah menjabat.

Baca Juga: Rival Erdogan Tuduh Rusia Ganggu Pemilihan Presiden Turki, Putin Membantah

Para pendukung kandidat presiden Turki dari Aliansi Rakyat, Recep Tayyip Erdogan, menghadiri sebuah kampanye di Istanbul, Turki, Jumat 12 Mei 2023. (Sumber: AP Photo/Khalil Hamra)

Kami Tidak Bahagia

Namun, keseriusan pilihan yang dihadapi oleh 64 juta pemilih di Turki ini disertai dengan ketegangan yang tinggi dan kekhawatiran yang masih tersisa tentang apa yang akan dilakukan Erdogan jika ia kalah dalam pemilihan yang ketat.

Kilicdaroglu mengenakan rompi antipeluru dalam dua rapat kampanye pada Jumat setelah menerima ancaman terhadap nyawanya yang dianggap serius oleh partainya.

Dia memberikan pidato malam yang luar biasa singkat di Ankara yang pada awalnya mendapat sorotan dari kampanyenya.

Pasangan Kilicdaroglu, Ekrem Imamoglu, sosok populer yang mengalahkan sekutu Erdogan dalam pemilihan kontroversial Wali Kota Istanbul pada tahun 2019, sebelumnya dilempari batu ketika melakukan tur di daerah konservatif Turki.

Pejabat Turki memulai penyelidikan resmi dan melakukan beberapa penangkapan.

Namun, beberapa pejabat senior di partai pemerintahan Erdogan menuduh Wali Kota Istanbul memprovokasi insiden tersebut.

Pemungutan suara akan mencakup wilayah tenggara yang hancur berantakan setelah gempa bulan Februari yang merenggut lebih dari 50.000 nyawa.

Tingkat kemarahan di wilayah yang tradisionalnya mendukung Erdogan ini juga dapat memengaruhi hasil Minggu nanti.

"Kami tidak senang harus memberikan suara di tengah puing-puing, tetapi kami ingin mengganti pemerintahan," kata Diber Simsek, seorang warga kota Antakya yang mengalami kerusakan besar akibat bencana tersebut.

 



Sumber : France24


BERITA LAINNYA



Close Ads x