Kompas TV internasional kompas dunia

WHO: Laboratorium Nasional Sudan Berisi Virus Mematikan Diduduki Pihak Bertikai, Situasi Berbahaya

Kompas.tv - 26 April 2023, 06:40 WIB
who-laboratorium-nasional-sudan-berisi-virus-mematikan-diduduki-pihak-bertikai-situasi-berbahaya
Seorang peneliti di Laboratorium Nasional Sudan. Pihak yang bertikai di Sudan menduduki laboratorium umum nasional yang menyimpan sampel virus dan penyakit penyakit termasuk polio dan campak, menciptakan situasi yang sangat, sangat berbahaya, demikian peringatan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) hari Selasa (25/4/2023). (Sumber: National Public Health Laboratory - Sudan)
Penulis : Edwin Shri Bimo | Editor : Hariyanto Kurniawan

Badan Pengungsi PBB (UNHCR) mengatakan, ribuan orang melarikan diri dari kekerasan dan mereka bersiap menghadapi kemungkinan 270.000 orang melarikan diri dari Sudan ke Chad dan Sudan Selatan.

UNHCR mengatakan mereka belum punya perkiraan untuk jumlah yang menuju negara-negara sekitarnya.

Laura Lo Castro, perwakilan UNHCR di Chad, mengatakan sekitar 20.000 pengungsi telah tiba di sana sejak pertempuran dimulai 10 hari yang lalu.

Dalam konferensi pers melalui video-link di Jenewa, ia mengatakan UNHCR memperkirakan hingga 100.000 orang akan mengungsi dalam "skenario terburuk".

Rekan kerjanya di Sudan Selatan, Marie-Helene Verney, mengatakan sekitar 4.000 dari lebih dari 800.000 pengungsi Sudan Selatan yang tinggal di Sudan telah kembali ke rumah sejak pertempuran dimulai.

Baca Juga: Kerusuhan di Sudan, Negara-negara Ini Evakuasi Warganya

Ruang mayat penuh, jenazah tergeletak di ruang rawat inap dan UGD, dan jalan-jalan dipenuhi jenazah di Sudan karena tidak ada yang berani keluar untuk memakamkan korban pertempuran. (Sumber: Medicins Sans Frontier/Ali Shukur)

Ke depan, ia mengatakan kepada wartawan bahwa skenario paling mungkin adalah 125.000 pengungsi Sudan Selatan kembali ke Sudan Selatan.

Hingga 45.000 warga Sudan juga mungkin melarikan diri sebagai pengungsi ke Sudan Selatan, katanya.

Juru bicara lembaga kemanusiaan PBB Jens Laerke mengatakan, pertempuran menyebabkan kekurangan makanan, air, obat-obatan, dan bahan bakar yang akut, serta komunikasi dan listrik yang terbatas.

"Masyarakat Sudan, yang sudah sangat terdampak oleh kebutuhan kemanusiaan, sedang menatap jurang."

Sekitar 15,8 juta orang di Sudan - sepertiga dari populasi - sudah membutuhkan bantuan kemanusiaan sebelum kekerasan terbaru pecah.

Namun, operasi kemanusiaan juga sangat terpengaruh oleh pertempuran, peringat Laerke, yang mencatat antara lain laporan tentang penjarahan persediaan dan gudang bantuan kemanusiaan.

Lima pekerja kemanusiaan telah tewas sejak pertempuran dimulai.

 




Sumber : Straits Times


BERITA LAINNYA



Close Ads x