Kompas TV internasional kompas dunia

Melintasnya Komet Secara Mendadak Baru-Baru Ini Pamerkan Celah Fatal Deteksi Ancaman Luar Angkasa

Kompas.tv - 30 Januari 2023, 10:36 WIB
melintasnya-komet-secara-mendadak-baru-baru-ini-pamerkan-celah-fatal-deteksi-ancaman-luar-angkasa
Sebuah asteroid seukuran truk melintas sangat dekat dengan Bumi, berjarak hanya 3.600 kilometer dari permukaan bumi hari Kamis, (27/1/2023) waktu Amerika Serikat atau hari Jumat, (28/1/2023) waktu Indonesia (Sumber: France24)
Penulis : Edwin Shri Bimo | Editor : Iman Firdaus

WASHINGTON, KOMPAS.TV - Penemuan asteroid sebesar truk hanya beberapa hari sebelum melewati Bumi hari Kamis lalu, (26/1/2023),  menyoroti celah fatal kemampuan dunia memprediksi hal-hal yang benar-benar dapat menyebabkan kiamat, kata para astronom seperti laporan Straits Times, Senin, (30/1/2023).

NASA selama bertahun-tahun memprioritaskan pendeteksian asteroid yang jauh lebih besar dan lebih mengancam secara eksistensial daripada asteroid 2023 BU, batuan luar angkasa kecil yang melesat sejauh 3.540 km dari permukaan bumi, yang ngerinya, lintasan komet itu lebih dekat daripada beberapa satelit. Jika menuju Bumi, itu akan hancur di atmosfer, dengan hanya fragmen kecil yang mungkin mencapai daratan.

Tapi asteroid  2023 BU berada di kelompok ukuran yang lebih kecil, asteroid berdiameter 5 hingga 50 meter, yang juga termasuk yang sebesar kolam renang Olimpiade. Objek seukuran itu sulit dideteksi sampai mereka berkeliaran lebih dekat ke Bumi, mempersulit upaya apa pun untuk bersiap menghadapi objek yang dapat berdampak pada area berpenduduk.

Probabilitas benturan Bumi oleh batuan antariksa, yang disebut meteor ketika memasuki atmosfer, dengan rentang ukuran tersebut cukup rendah, berskala sesuai dengan ukuran asteroid: batuan setinggi lima meter diperkirakan menargetkan Bumi setahun sekali, dan batu setinggi 50 meter sekali setiap seribu tahun, menurut NASA.

Tetapi dengan kemampuan saat ini, para astronom tidak dapat melihat kapan batu tersebut menargetkan Bumi hingga beberapa hari sebelumnya.

"Kami tidak tahu di mana sebagian besar asteroid yang dapat menyebabkan kerusakan lokal hingga regional," kata Terik Daly, seorang ilmuwan planet di Laboratorium Fisika Terapan Johns Hopkins.

Meteor kira-kira berukuran 20 meter yang meledak pada tahun 2013 di atas Chelyabinsk, Rusia adalah peristiwa sekali dalam satu abad, menurut Jet Propulsion

Sebuah asteroid seukuran truk melintas sangat dekat dengan Bumi, berjarak hanya 3.600 kilometer dari permukaan bumi hari Kamis, (27/1/2023) waktu Amerika Serikat atau hari Jumat, (28/1/2023) waktu Indonesia (Sumber: New York Times)

Laboratory NASA. Itu menciptakan gelombang kejut yang menghancurkan puluhan ribu jendela dan menyebabkan kerusakan senilai 33 juta Dollar AS atau sekitar 494 miliar rupiah, dan tidak ada yang melihatnya datang sebelum memasuki atmosfer bumi.

Beberapa astronom menganggap hanya mengandalkan probabilitas statistik dan perkiraan populasi asteroid sebagai risiko yang tidak perlu, padahal kemampuan NASA untuk mendeteksinya dapat diperbaiki.

“Berapa banyak bencana alam yang sebenarnya bisa kita lakukan dan cegah dengan satu miliar dolar? Tidak banyak,” kata Daly, yang pekerjaannya berfokus pada mempertahankan Bumi dari asteroid berbahaya.

Baca Juga: Asteroid Seukuran Truk Melintas Sangat Dekat dengan Bumi, Lebih Dekat dari Satelit Geostasioner

Tabrakan galaksi terjadi di asteroid dimorphos yang tidak berbahaya 11,3 juta kilometer jauhnya, dengan pesawat ruang angkasa bernama Dart yang menabrak batu ruang angkasa dengan kecepatan 22.500 km per jam tahun 2022. (Sumber: Steve Gribben/Johns Hopkins APL/NASA via AP)

Menghindari hari yang sangat buruk

Salah satu peningkatan besar pada gudang deteksi NASA adalah NEO Surveyor, teleskop senilai 1,2 miliar Dollar AS yang sedang dikembangkan dan akan diluncurkan sejauh hampir satu juta mil dari Bumi dan mengawasi bidang asteroid yang luas. 

NEO Surveyor menjanjikan keuntungan yang signifikan dibandingkan teleskop berbasis darat saat ini yang terhalang oleh cahaya siang hari dan atmosfer bumi.

Teleskop baru itu akan membantu NASA memenuhi tujuan yang ditetapkan Kongres Amerika Serikat tahun 2005: mendeteksi 90 persen dari total perkiraan jumlah asteroid yang lebih besar dari 140m, atau yang cukup besar untuk menghancurkan apa pun dari suatu wilayah hingga seluruh benua.

"Dengan Surveyor, kami benar-benar fokus untuk menemukan satu asteroid yang dapat menyebabkan hari yang sangat buruk bagi banyak orang," kata Amy Mainzer, peneliti utama NEO Surveyor. "Tapi kami juga ditugasi untuk mendapatkan statistik yang bagus tentang objek yang lebih kecil, hingga seukuran objek Chelyabinsk."

NASA tertinggal bertahun-tahun dari tujuan yang diberikan kongres AS, yang perintahnya harus diselesaikan pada tahun 2020. Badan tersebut mengusulkan tahun lalu untuk memotong anggaran teleskop tahun 2023 sebesar tiga perempat dan penundaan peluncuran dua tahun hingga 2028 "untuk mendukung misi dengan prioritas lebih tinggi" di tempat lain dalam portofolio sains NASA.

Deteksi asteroid semakin penting tahun lalu setelah NASA menabrakkan pesawat ruang angkasa berukuran lemari es ke sebuah asteroid untuk menguji kemampuannya membelokkan arah maupun menjatuhkan batu luar angkasa yang berpotensi berbahaya dari jalur tabrakan dengan Bumi.

Demonstrasi yang berhasil, yang disebut Tes Pengalihan Asteroid Ganda (Dart), untuk pertama kalinya menegaskan metode pertahanan planet.

“NEO Surveyor adalah yang paling penting, terutama sekarang kami tahu dari Dart bahwa kami benar-benar dapat melakukan sesuatu untuk itu,” kata Daly.

"Jadi astaga, kita harus menemukan asteroid ini."



Sumber : Kompas TV/Straits Times


BERITA LAINNYA



Close Ads x