Kompas TV internasional kompas dunia

Ini Alasan Mengapa Amerika Serikat dan Belahan Bumi Bagian Utara Dihajar Gelombang Dingin Membekukan

Kompas.tv - 27 Desember 2022, 08:00 WIB
ini-alasan-mengapa-amerika-serikat-dan-belahan-bumi-bagian-utara-dihajar-gelombang-dingin-membekukan
Jutaan orang mencari perlindungan dari gelombang beku hari Minggu (25/12/2022) pagi, agar selamat dari badai dan gelombang beku di seluruh Amerika Serikat. Inilah kemungkinan penyebab dari intensitas luar biasa badai salju dan gelombang dingin di Amerika Utara, Kanada dan Jepang, dan apakah perubahan iklim punya peranan. (Sumber: AP Photo)
Penulis : Edwin Shri Bimo | Editor : Hariyanto Kurniawan

SINGAPURA, KOMPAS.TV - Puluhan orang tewas selama masa liburan Natal saat badai salju dan gelombang cuaca dingin yang membekukan melanda sebagian besar Amerika Serikat, Kanada, dan Jepang, mematikan listrik dan menyebabkan kekacauan perjalanan.

Walau badai musim dingin sudah lazim di belahan bumi bagian utara, yang membuat khawatir para pakar metorologi, ahli cuaca, dan pejabat setempat adalah keganasan dan jumlah luar biasa besar salju yang dipicu oleh badai terbaru, terutama di Amerika Serikat, di mana ledakan suhu dingin dari Arktik memengaruhi sebagian besar negara sampai ke perbatasan dengan Meksiko.

The Straits Times, Senin (26/12/2022), melihat beberapa kemungkinan penyebab dari intensitas luar biasa badai salju dan gelombang dingin di Amerika Utara, Kanada dan Jepang, dan apakah perubahan iklim punya peran pada peristiwa tersebut.

Baca Juga: Serangan Gelombang Beku Parah di Seluruh AS Tewaskan Sedikitnya 24 Nyawa, Diyakini Terus Bertambah

Badai dan gelombang dingin dahsyat sangat parah di Amerika Utara dimana petugas darurat dan tim penyelamat terjebak dan justru harus diselamatkan tim khusus.  (Sumber: Straits Times)

Apa yang Terjadi di Amerika Serikat dan Kanada?

Secara sederhana, udara dingin yang intens dari Kutub Utara bergerak ke selatan karena melemahnya pola sirkulasi atmosfer.

Biasanya, cuaca beku Arktik dikunci oleh pusaran kutub, pita besar udara dingin yang berputar-putar di sekitar garis lintang jauh di utara, mirip gasing yang berputar berlawanan arah jarum jam. Ini membentuk batas antara udara yang lebih dingin di Kutub Utara dan udara yang lebih hangat di selatan.

Namun terkadang pusaran itu bisa terganggu. Hal ini disertai dengan perubahan aliran angin berkecepatan tinggi dari barat ke timur, yang mengembangkan pola bergelombang seperti ular saat mengelilingi dunia.

Terkadang pusaran itu terpecah menjadi beberapa fragmen yang bergerak ke selatan, dan bisa meregang, seperti karet gelang.

Inilah yang tampaknya terjadi selama seminggu terakhir, memungkinkan udara beku bergerak keluar dari Kutub Utara melintasi Kanada dan masuk ke AS.

Namun hal ini juga bisa terjadi di sebagian Asia dan Eropa.

Massa udara dingin yang besar dikombinasikan dengan sistem tekanan rendah yang meningkat dengan cepat yang disebut "bom siklon" memicu angin menderu dan badai salju yang hebat di Great Lakes dan ke tenggara Kanada.

Baca Juga: Mengerikan! Virus Zombie Ditemukan Setelah Membeku Selama 50.000 Tahun

Badai dan gelombang dingin dahsyat sangat parah di Amerika Utara, di mana petugas darurat dan tim penyelamat terjebak dan justru harus diselamatkan tim khusus. (Sumber: Straits Times)

Apakah Ada Hubungannya dengan Perubahan Iklim?

Para ilmuwan masih memperdebatkan berbagai teori apakah badai salju hebat sekaligus hantaman gelombang dingin terkait dengan perubahan iklim.

Salah satu pendapat ilmiah yang mendapat dukungan adalah bahwa Arktik yang menghangat dengan laju yang cepat berakibat mengganggu pola cuaca. Arktik memanas sekitar empat kali lebih cepat daripada kebanyakan tempat lain di dunia, yang berarti perbedaan suhu antara Kutub Utara dan daerah tropis lebih kecil dari sebelumnya.

Beberapa ilmuwan mengatakan pemanasan yang cepat menyebabkan gangguan pada pusaran kutub, melalui perubahan aliran angin kutub. Yang lain mengatakan pemodelan komputer menunjukkan faktor variabel alami yang mendorong gangguan.



Sumber : Straits Times


BERITA LAINNYA



Close Ads x