Kompas TV internasional kompas dunia

Pengaruh Inggris di India Mati Bersama Elizabeth II dan Arus Zaman: Tiada Tempat bagi Monarki

Kompas.tv - 14 September 2022, 07:30 WIB
pengaruh-inggris-di-india-mati-bersama-elizabeth-ii-dan-arus-zaman-tiada-tempat-bagi-monarki
Ratu Elizabeth II dan Pangeran Philip didampingi Maharaja dan Maharani Jaipur usai berburu harimau di hutan daerah Rajasthan, India, 24 Januari 1961. Mayat harimau yang terbaring adalah hasil tembakan Pangeran Philip dengan sepasang gajah yang membantu perburuan di belakang. (Sumber: Associated Press)
Penulis : Ikhsan Abdul Hakim | Editor : Vyara Lestari

Apabila suksesor Elizabeth II, Raja Charles III mengunjungi India, Paul yakin penyambutannya tidak bakal heboh.

Sankul Sonawane, warga New Delhi yang kini berusia 20 tahun, mengaku kabar kematian Elizabeth II “tidak berpengaruh” baginya. Ia, sebagaimana banyak kaum muda India lain, sudah tidak percaya monarki.

“Kami tidak punya rasa ikatan emosional dengan sang ratu. Dia adalah seorang monarki dan saya tidak percaya dengan gagasan monarki,” kata Sonawane.


 

Warga New Delhi lain yang berusia lebih tua, Dhiren Singh, 57 tahun, bahkan merasakan hal yang sama seiring perkembangan zaman.

“Saya pikir kita tidak punya satu pun tempat bagi raja dan ratu di dunia saat ini, karena kami adalah negara demokratis terbesar di dunia,” kata Singh.

Jejak darah Imperium Inggris di India

Bagi sebagian besar bangsa India, keluarga kerajaan Inggris Raya tetap menjadi simbol sejarah penjajahan yang menyakitkan. Imperium Inggris lekat dengan kekerasan luar biasa dan penderitaan yang meluas.

India dan tetangga sekaligus rival bebuyutannya, Pakistan, mengalami banyak bencana kelaparan, eksploitas ekonomi, serta pertumpahan darah selama pemerintahan Imperium Inggris.

Kabar kematian Elizabeth II pun sempat membuat warganet India berkubu-kubu. Sebagian berduka mendalam, tetapi sebagian lain mengingatkan tangan Inggris yang berlumur darah di India.

Baca Juga: Raja Inggris Charles III Pidato di Depan Parlemen, Janji Teladani Mendiang Ratu Elizabeth II

Sumedha Chatterjee, perempuan 25 tahun yang berselancar di Twitter pada hari kematian Elizabeth II, mengaku terganggu dengan banjir dukacita mendalam dari warganet India. Menurutnya, seolah orang sudah melupakan “perampasan dan penjarahan” di bawah kekuasaan monarki Inggris.

“Mereka membangun imperium dengan pondasi apa yang mereka sebut sebagai dunia ketiga,” kata Chatterjee.

Ratu Elizabeth II sendiri sempat membuat kontroversi dalam kunjungan pemungkasnya ke India pada 1997. Waktu itu, sang ratu mengunjungi monumen peringatan pembantaian Jallianwala Bagh, tragedi pembunuhan ratusan warga India yang tak bersenjata oleh pasukan kolonial Inggris pada 1919. 

Gayatri (kiri), seorang perempuan India, menyerahkan cinderamata berupa pot tembikar kepada Ratu Elizabeth II di Gereja St. Fransiskus, Cochin, India, 17 Oktober 1997. (Sumber: Sherwin Crasto/Associated Press)

Terlepas dari tumpang-tindih ekspresi belasungkawa, kemarahan, dan ketidakpedulian tentang berita besar dari London, kematian Ratu Elizabeth II diyakini tak akan berpengaruh terhadap arus perubahan India.

Sejak merdeka, India telah beranjak untuk menghapus ikatan-ikatan kolonial, termasuk mengubah nama-nama kota yang diganti namanya oleh Inggris.

Pada 1960-an, New Delhi menyingkirkan simbol-simbol perwira dan bangsawan Inggris dari tempat publik. Salah satunya, patung Raja George II yang dipancangkan di Gerbang India, dipindahkan ke Taman Penobatan, suatu “kuburan” bagi simbol-simbol kolonial di ibu kota India.

Sepasang orang India duduk dengan latar belakang patung raksasa Raja George V di Taman Penobatan, suatu tempat pembuangan monumen-monumen peninggalan kolonial Inggris di New Delhi, India. Foto diambil pada 11 September 2022. (Sumber: Manish Swarup/Associated Press)

Di bawah pemerintahan Modi, desakan perubahan untuk semakin jauh meninggalkan pengaruh kolonial disuarakan lebih lantang. Gelombang perubahan ini membuat pemerintah India menghapus nama-nama jalan berbau kolonial, sejumlah peraturan perundang-undangan, bahkan hingga simbol-simbol di bendera.

Gestur-gestur seperti demikian disebut “merepresentasikan India baru” yang tak ada hubunganya dengan monarki.

Archana Ojha, profesor sejarah di Universitas Delhi, menyebut “India baru” bisa terbentuk walaupun sejarah imperium Inggris tak bisa disembunyikan.

“Kita mungkin tidak perlu merayakan warisan-warisan (kolonial) tertentu, tetapi kita perlu merawatnya untuk mengajari generasi kita di hari depan. Kita tidak bisa sekadar menghapusnya sepenuhnya,” kata Ojha.

Baca Juga: Waktu Antrean Dua Hari, Ribuan Pelayat Ratu Elizabeth Mulai Menyemut di Westminster, London

 




Sumber : Associated Press


BERITA LAINNYA



Close Ads x