Kompas TV internasional kompas dunia

Beras Bisa Jadi Krisis Berikutnya bagi Pangan Dunia, Menyusul Anjloknya Produksi Beras India

Kompas.tv - 3 Agustus 2022, 14:03 WIB
beras-bisa-jadi-krisis-berikutnya-bagi-pangan-dunia-menyusul-anjloknya-produksi-beras-india
Petani di Bangalore, India. Beras bisa muncul menjadi krisis dunia berikutnya bagi pasokan pangan dunia karena anjloknya produksi beras India (Sumber: Bloomberg)
Penulis : Edwin Shri Bimo | Editor : Desy Afrianti

NEW DELHI, KOMPAS.TV - Beras bisa muncul menjadi krisis dunia berikutnya bagi pasokan pangan dunia, seperti laporan Bloomberg, Rabu, (3/8/2022).

Sebab, kurangnya curah hujan di beberapa bagian India, yang sejauh ini merupakan pengekspor terbesar menyebabkan area tanam menyusut hingga ukuran terkecil dalam waktu sekitar tiga tahun terakhir.

Ancaman terhadap produksi beras India datang pada saat negara-negara bergulat dengan melonjaknya biaya pangan dan inflasi yang merajalela.

Total area yang ditanami padi India menurun 13 persen sejauh musim ini karena kurangnya curah hujan di beberapa daerah, termasuk Benggala Barat dan Uttar Pradesh, yang merupakan seperempat dari produksi India.

Kaum pedagang khawatir penurunan produksi beras akan memperumit perjuangan inflasi India dan memicu pembatasan ekspor.

Langkah seperti itu akan memiliki implikasi luas bagi miliaran orang yang bergantung pada bahan pokok.

India menyumbang 40 persen dari perdagangan beras global, dan pemerintah India saat ini membatasi ekspor gandum dan gula untuk menjaga keamanan pangan dan mengendalikan harga lokal.

Baca Juga: Rangkuman Pernyataan Jokowi di KTT G7, dari Investasi hingga 2 Miliar Manusia Terancam Krisis Beras

Petani di India. Beras bisa muncul menjadi krisis dunia berikutnya bagi pasokan pangan dunia (Sumber: Straits Times)

Lonjakan harga beras India mencerminkan kekhawatiran tentang jumlah produksi. 

Harga beberapa varietas melonjak lebih dari 10 persen dalam dua minggu terakhir di negara-negara berkembang utama seperti Benggala Barat, Odisha dan Chhattisgarh karena kurangnya hujan dan meningkatnya permintaan dari Bangladesh, kata Mukesh Jain, direktur di Sponge Enterprises Pvt. seorang pedagang beras.

Harga ekspor mungkin naik ke US$400 per ton pada bulan September dari US$365 sekarang secara free-on-board, katanya.

Sebagian besar beras dunia ditanam dan dikonsumsi di Asia, sehingga penting bagi stabilitas politik dan ekonomi di kawasan itu.

Berbeda dengan lonjakan harga gandum dan jagung setelah serangan Rusia ke Ukraina, beras belum melemah karena produksi dan persediaan yang cukup, membantu menangkal krisis pangan yang lebih besar.

Banyak yang bergantung pada tanaman padi di India dan pergerakan musim.

Beberapa ilmuwan pertanian optimis masih ada waktu untuk melanjutkan penanaman dan menutupi kekurangannya.

Baca Juga: Korea Utara Minta Dunia Izinkan Impor BBM dan Beras, juga Ekspor Logam

Ilustrasi, Petani menyiapkan lahan dan bibit padi sawah untuk penanaman musim tanam kedua 2021 di Desa Pewunu, Sigi, Sulawesi Tengah, Sabtu (5/6/2021). (Sumber: Kompas.tv/Ant)



Sumber : Kompas TV/Bloomberg


BERITA LAINNYA



Close Ads x