Kompas TV internasional kompas dunia

Keluarga Amerika Ini Dihabisi dengan Senjata Api saat Berkemah, Dua Bocah Jadi Yatim Piatu Seketika

Kompas.tv - 24 Juli 2022, 11:48 WIB
keluarga-amerika-ini-dihabisi-dengan-senjata-api-saat-berkemah-dua-bocah-jadi-yatim-piatu-seketika
Foto keluarga Schmidt yang dibantai di bumi perkemahan dekat Cedar Falls, Iowa, Amerika Serikat (AS), Jumat (22/7/2022). Dari kiri ke kanan: Tyler, Sarah, Arlo, Lula. (Sumber: Dokumentasi keluarga Schmidt/Morehead via AP)
Penulis : Ikhsan Abdul Hakim | Editor : Gading Persada

Wali Kota Cedar Falls Rob Green, mengaku sebagai tetangga korban, menyebut anak laki-laki keluarga Schmidt yang berusia sembilan tahun, Arlo telah selamat dari serangan dan dalam kondisi aman.

Akan tetapi, dalam keterangan di akun Facebook-nya itu, Green tidak merinci apakah Arlo ada di dalam tenda ketika penembakan terjadi. Ia mengaku tak tahu detail tersebut.

Morehouse mengonfirmasi, Arlo ikut berkemah, tetapi ia mengaku tidak tahu ada di mana si bocah ketika penembakan terjadi. Ia juga tak tahu detail mengenai kejadian tersebut.

“Dia bersama keluarga dan dalam kondisi baik-baik saja, tetapi saya belum berinteraksi dengan dia. Sejauh pengetahuan saya, dia tidak terluka secara fisik,” kata Morehouse.

Beth Shapiro, kerabat keluarga Schmidt, membuat penggalangan dana melalui platform GoFundMe untuk pendidikan Arlo.

Per Sabtu (23/7) malam waktu AS, dana yang terkumpul mencapai lebih dari 75.000 dolar AS atau sekitar 1,12 miliar rupiah.

“Arlo adalah anak yang tangguh, dikelilingi keluarga dan teman-teman yang mendukungnya sebaik mungkin,” kata Shapiro.

Sementara itu, Felicia Coe, salah satu warga yang berkemah di lokasi kejadian, mengaku para wisatawan yang berkemah tidak mengetahui langsung insiden pembantaian tersebut. Ia sebatas mengingat melihat petugas mendatangi lokasi dan paramedis datang.

Coe ingat melihat seorang anak laki-laki berdiri di dekat paramedis. Anak itu adalah Arlo.

“Dia mengenakan piyama. Saya ingat jelas dia mengenakan sebuah sepatu tenis warna biru,” kata Coe.

“Dia punya rambut warna stroberi-pirang yang kotor, keriting-terkulai, benar-benar imut dan dapat dibedakan. Dia cuma berdiri di sana. Dia tidak menangis, tidak (terlihat) bingung. Namun, dia juga tidak ditenangkan. Dia sekadar berdiri di sana sendirian,” lanjut Coe.

“Sulit untuk tidak merasa bersyukur bahwa itu bukan keluargamu, ketika kamu tahu bahwa ada keluarga yang begitu saja dicabik-cabik—banyak keluarga,” pungkasnya.

Baca Juga: Negeri Paman Sam Makin Suram: Sejuta Mati karena Covid-19, Penembakan Massal Berulang Kali


 



Sumber : Associated Press


BERITA LAINNYA



Close Ads x