Kompas TV internasional kompas dunia

Kisah dari Afghanistan, Keseharian Warga Kabul Hidup Berdampingan dengan Mereka yang Sudah Mati

Kompas.tv - 31 Mei 2022, 16:47 WIB
kisah-dari-afghanistan-keseharian-warga-kabul-hidup-berdampingan-dengan-mereka-yang-sudah-mati
Anak laki-laki Afghanistan menghabiskan waktu mereka di samping kuburan yang hancur di sebuah pemakaman di Kabul, Afghanistan, Kamis, 5 Mei 2022. Ada kuburan di seluruh ibu kota Afghanistan, Kabul, yang dipenuhi dengan orang mati dari perang puluhan tahun negara itu, dimasukkan dengan santai ke dalam kehidupan orang Afghanistan. (Sumber: AP Photo/Ebrahim Noroozi)
Penulis : Edwin Shri Bimo | Editor : Desy Afrianti

Baca Juga: Korban Tewas Serangan Bom di Masjid Kabul saat Salat Jumat Bertambah Jadi 50 Orang

Anak laki-laki Afghanistan bermain ceria di samping kuburan yang hancur di sebuah pemakaman di Kabul, Afghanistan, Kamis, 5 Mei 2022. Ada kuburan di seluruh ibu kota Afghanistan, Kabul, yang dipenuhi dengan orang mati dari perang puluhan tahun negara itu, dimasukkan dengan santai ke dalam kehidupan orang Afghanistan. (Sumber: AP Photo/Ebrahim Noroozi)

Warga mungkin berkumpul merayakan pernikahan sementara tidak jauh pelayat berkumpul untuk memakamkan jenazah anggota keluarganya.

“Saya lahir di sini, dan saya selalu melihat kuburan,” kata Habib, 14 tahun, sedang bermain sepak bola dengan teman-temannya di antara makam di pemakaman Nader Shah Hill.

Banyak dari mereka yang dimakamkan di sini meninggal dalam hampir satu dekade pertempuran melawan pendudukan Soviet pada 1980-an.

Kuburan tua di tempat itu jarang dirawat, sehingga sering kali tanah gua di dalam atau kuburan beton retak terbuka.

Bagi orang-orang miskin di Kabul, kuburan bisa menjadi sumber pendapatan.

Arefeh, 27, tinggal bersama keempat anaknya di sebelah kuburan Sakhi, yang digunakan oleh minoritas Syiah di kota itu.

Baca Juga: PBB Desak Taliban Hentikan Diskriminasi Perempuan di Afghanistan dari Pendidikan hingga Hijab

Anak laki-laki Afghanistan bermain menghabiskan waktu di samping kuburan yang hancur di sebuah pemakaman di Kabul, Afghanistan, Kamis, 5 Mei 2022. Ada kuburan di seluruh ibu kota Afghanistan, Kabul, yang dipenuhi dengan orang mati dari perang puluhan tahun negara itu, dimasukkan dengan santai ke dalam kehidupan orang Afghanistan. (Sumber: AP Photo/Ebrahim Noroozi)

Dia dan anak-anaknya menghasilkan sedikit uang dengan menjual air kepada orang yang lewat dan dengan mencuci kuburan. Seperti banyak orang Afghanistan, dia hanya menggunakan satu nama.

Pemakaman Shuhada-e Saliheen, atau “Syuhada yang Saleh", berguling menuruni lereng bukit di Kabul selatan, menjadi salah satu pemakaman terbesar di kota.

Fahim lahir di sebelah kuburan 54 tahun yang lalu dan dibesarkan di sana, bermain di antara kuburan keluarganya. Ayah dan kakeknya dimakamkan di dekatnya. Sekarang anak-anaknya, juga lahir di sini, bermain di kuburan.

Dia mengatakan khawatir bagaimana efeknya pada anak-anaknya, “Anak-anak tumbuh dengan melihat jasad orang yang sudah mati. Kematian makin sudah menjadi hal biasa bagi mereka,” katanya.

“Tapi kita tidak punya pilihan. Kita harus melanjutkan hidup ini.” kata Fahim dengan mata nanar.

Hamed, 18 tahun, juga lahir di dekatnya. “Pada hari-hari awal, saya akan takut ketika saya pergi ke kuburan. Namun lama kelamaan menjadi biasa saja.” Sekarang Hamed bekerja sebagai penggali kubur.




Sumber : Kompas TV/Associated Press


BERITA LAINNYA



Close Ads x