Kompas TV internasional krisis rusia ukraina

Uni Eropa Larang Impor Batu Bara Rusia Jadi Rezeki Nomplok Indonesia, Australia dan Afrika Selatan

Kompas.tv - 6 April 2022, 21:59 WIB
uni-eropa-larang-impor-batu-bara-rusia-jadi-rezeki-nomplok-indonesia-australia-dan-afrika-selatan
Tambang batu bara terbuka Krasnogorsky di Mezhdurechensk, Rusia. Uni Eropa hari Rabu, (6/4/2022) akan melarang impor batu bara Rusia. Larangan ini mengarah ke perebutan gila-gilaan batu bara global, rezeki nomplok Indonesia, Australia dan Aftika Selatan (Sumber: Bloomberg via Japan Times)
Penulis : Edwin Shri Bimo | Editor : Vyara Lestari

Sementara AS melangkah untuk membantu menghentikan Eropa dari gas Rusia, AS tidak mungkin dapat melakukan hal yang sama dengan batu bara.

Baca Juga: Uni Eropa Tekan China Dukung Kebijakan soal Ukraina, Minta Jangan Ikut Campur Sanksi ke Rusia

Batu bara Indonesia. (Sumber: Straits Times)

Penambang menjual sebagian besar hasil mereka di bawah kontrak jangka panjang dan tidak dapat meningkatkan produksi karena mereka telah menutup tambang selama bertahun-tahun terakhir.

Masalah-masalah tersebut diperburuk oleh kekurangan pekerja dan tantangan logistik yang mempersulit untuk mendapatkan lebih banyak produk dari tambang ke pelabuhan.

"Ada banyak permintaan untuk ekspor dari AS, tetapi sulit untuk mengeluarkannya dari negara itu," kata Andrew Blumenfeld, direktur analisis data untuk perusahaan riset pasar McCloskey.

Ada juga kemungkinan batu bara Rusia akan terdampar.

Sebagian besar pasokan Rusia ditambang di Siberia dan dikirim dengan kereta api ke pelabuhan Baltik dan Laut Hitam.

Moskow kemungkinan akan kerepotan memindahkan jumlah yang signifikan ke pelabuhan Pasifik mengingat keterbatasan kapasitas kereta api, kata analis Morgan Stanley dalam sebuah laporan pada hari Selasa.

"Kami pikir pasar sedang menghadapi teka-teki yang rumit, dan kami berharap beberapa ekspor Rusia bisa hilang karena tantangan logistik," kata bank tersebut, memperkirakan sekitar 30 juta ton batubara Rusia bisa terdampar.

Baca Juga: Putin: 'Negara-Negara Tak Bersahabat' Bisa Beli Gas Alam Rusia Pakai Rubel dengan Akun Khusus

Tambang batu bara Listvyazhnaya di Kemerovo, Siberia, Rusia. (Sumber: Kantor Pers Gubernur Kemerovo via AP)

Tetapi bahkan sebelum sanksi potensial, perusahaan energi Eropa sudah berjuang untuk mendapatkan pasokan Rusia.

Banyak bank menolak untuk membiayai perdagangan komoditas, memaksa beberapa penyedia energi terbesar di benua itu untuk membeli batu bara di Afrika Selatan dan Australia.

Peningkatan ekspor dari negara-negara seperti Indonesia “dapat membantu mengimbangi tonase yang hilang dari Rusia”, kata analis Bank of America sambil memperingatkan bahwa “itu tidak akan menggantikan perbedaan kualitas”.

"Dengan banyaknya masalah pasokan, pasar harus menyeimbangkan melalui penghancuran permintaan," kata para analis.

Tetapi, hal itu lebih mudah diucapkan daripada dilakukan, terutama mengingat masalah yang lebih besar untuk pasokan energi di Eropa yang telah menggaung di seluruh dunia.

Pasar yang ketat untuk gas alam menciptakan kekurangan energi pada saat sumber energi angin dan air atau hidro tidak dapat diandalkan di beberapa daerah.

Eropa dan Asia menjadi yang terburuk, dengan pasar yang meroket, pemadaman listrik di tempat-tempat seperti India, kekurangan listrik di China, dan ancaman pemadaman listrik di negara lain. Harga energi juga melonjak di AS, meskipun tidak sampai ke titik ekstrem yang sama.

Baca Juga: Belarusia Bayar Impor Gas Pakai Rubel Rusia Mulai Tahun Ini, Ingin Keluar dari Hegemoni Dolar

Kapal tongkang yang mengangkut batu bara di Sungai Mahakam, Samarinda. (Sumber: Twitter/Merah Johansyah)

Sementara itu, beberapa analis memberikan pandangan kritis pada ketergantungan beberapa negara Eropa pada Rusia bahkan sebelum perang saat ini di Ukraina.

Gabungan Jerman, Belanda, Turki, dan Polandia menerima hampir seperempat dari semua ekspor batu bara Rusia pada tahun 2021, menurut data Administrasi Informasi Energi AS.

Sekitar 10 persen listrik Jerman dihasilkan dengan membakar batu bara keras, tak seperti negara tetangganya, Prancis, yang hanya memiliki sedikit tenaga nuklir sebagai opsi cadangan. Itu pun, pembangkit terakhir yang tersisa akan offline tahun ini sebagai bagian dari transisi ke energi yang lebih terbarukan.

Namun, Menteri Ekonomi Robert Habeck mengatakan, Jerman dapat melepaskan diri dari batu bara Rusia sebelum akhir tahun.

Ketergantungan pada energi Rusia secara lebih luas membatasi kemampuan Eropa untuk memberikan sanksi pada bahan bakar lain, menurut Thierry Bros, mantan analis energi yang sekarang menjadi profesor di Institut Studi Politik Paris.

"Karena hubungan Jerman dan Hungaria yang terlalu dekat dengan Rusia, kami terjebak dalam pelarangan hanya batu bara, yang merupakan langkah awal yang baik tetapi jauh dari cukup," kata Bros.

 



Sumber : Bloomberg/Straits Times


BERITA LAINNYA



Close Ads x