Kompas TV internasional krisis rusia ukraina

Prancis, Jerman, Austria dan Inggris Tolak Kebijakan Putin untuk Bayar Gas Alam Rusia dengan Rubel

Kompas.tv - 1 April 2022, 04:25 WIB
prancis-jerman-austria-dan-inggris-tolak-kebijakan-putin-untuk-bayar-gas-alam-rusia-dengan-rubel
Menteri Ekonomi dan Perlindungan Iklim Jerman Robert Habeck, kiri, mendengarkan Menteri Ekonomi dan Keuangan Prancis Bruno Le Maire berbicara selama konferensi pers di Berlin pada hari Kamis. (Sumber: CNN/Sean Gallup/Getty Images)
Penulis : Edwin Shri Bimo | Editor : Hariyanto Kurniawan

BERLIN, KOMPAS.TV - Menteri ekonomi Jerman dan Prancis, Inggris, Austria dan Italia, tetap berpegang pada kontrak dengan Rusia untuk bayar gas Rusia hanya dalam euro.

"Kontrak dalam euro dan harus dibayar dalam euro dan akan dibayar dalam euro," kata Menteri Ekonomi dan Keuangan Prancis Bruno Le Maire selama konferensi pers bersama dengan timpalannya dari Jerman Robert Habeck, seperti dilansir CNN, Kamis (31/3/2022).

“Kami tidak akan menerima metode pembayaran untuk gas (Rusia) dalam mata uang lain selain yang tercantum dalam kontrak,” tambah Le Maire.

Presiden Rusia Vladimir Putin pada hari Kamis (31/3/2022), mengatakan menurut dekrit yang baru ditandatangani mengenai perdagangan gas alam dengan "negara-negara yang tidak bersahabat," pembeli harus memiliki rekening di bank Rusia dan membayar kontrak dalam mata uang Rubel.

“Hari ini, saya menandatangani dekrit yang menetapkan aturan perdagangan gas alam Rusia dengan negara-negara yang tidak bersahabat. Kami menyarankan agar pihak mitra pembeli di negara-negara ini menggunakan skema yang sangat sederhana dan transparan untuk membeli gas Rusia yang mereka butuhkan untuk membuka rekening rubel di bank Rusia, dan pembayaran harus datang dari rekening ini,” kata Putin, Kamis, dan aturan baru akan mulai berlaku besok, 1 April.

Skema tersebut adalah, pembeli gas alam Rusia akan membayar dalam mata uang asing, dan memberi otorisasi kepada Gazprombank untuk membeli Rubel dengan mata uang asing tersebut, yang kemudian akan ditempatkan di rekening kedua, di mana dari rekening kedua itulah gas alam akan dibayar secara resmi.

“Jika pembayaran ini tidak dilakukan, kami akan menganggap ini sebagai non-kinerja di pihak pembeli dan itu akan menimbulkan konsekuensi. Tidak ada yang memberi kami apa pun secara gratis dan kami tidak ada rencana untuk beramal," kata Putin, seraya menambahkan bahwa kontrak aktif akan ditangguhkan.

Baca Juga: Putin: 'Negara-Negara Tak Bersahabat' Bisa Beli Gas Alam Rusia Pakai Rubel dengan Akun Khusus

Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan, menurut dekrit yang baru ditandatangani mengenai perdagangan gas alam dengan "negara-negara yang tidak bersahabat," pembeli harus memiliki rekening di bank Rusia dan membayar kontrak dalam mata uang Rubel. (Sumber: Mikhail Klimentyev, Sputnik, Kremlin Pool Photo via AP)

Pada konferensi pers terpisah Kamis, Habeck mengatakan Jerman "siap" untuk semua skenario, termasuk penghentian aliran gas Rusia ke Eropa, sementara Le Maire mengatakan Prancis "bersiap" jika Rusia menghentikan pengiriman gas.

Kanselir Jerman Olaf Scholz juga bersikeras Berlin akan melakukan pembayaran untuk gas Rusia hanya dalam euro.

“Kami telah melihat kontrak pengiriman gas dan pengiriman lainnya. (Kontrak menyatakan) pembayaran harus dilakukan dalam euro, terkadang dalam dolar AS, tetapi sebagian besar dalam euro. Dan saya menjelaskan dalam percakapan saya dengan Presiden Rusia bahwa ini akan tetap seperti ini,” kata Scholz di Berlin selama konferensi pers bersama dengan timpalannya Kanselir Austria Karl Nehammer.

“Perasaan yang mengerikan bergantung pada energi Rusia saat ini,” kata Kanselir Austria itu.

“Kita harus mengamankan pasokan energi untuk memastikan ekonomi berfungsi, karena gas yang berasal dari Rusia tidak hanya digunakan untuk rumah tangga pribadi tetapi juga oleh industri yang membutuhkan pekerjaan, dan kemakmuran harus dipertahankan,” kata Nehammer.

Inggris seperti dilaporkan CNN pada hari Kamis, tidak akan menerima permintaan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk membayar gas Rusia dalam rubel, kata juru bicara Perdana Menteri Inggris Boris Johnson.

Juru bicara itu mengatakan, Menteri Energi Inggris Kwasi Kwarteng telah menjelaskan bahwa hal ini bukan sesuatu yang Inggris akan pertimbangkan.

Inggris akan memeriksa dampak dari tindakan ini di pasar Eropa, juru bicara itu menambahkan.

Baca Juga: Rubel Bangkit Lebih Kuat dari Sebelum Invasi ke Ukraina walau Ditekan Barat, Sanksi Dipertanyakan

Kanselir Jerman Olaf Scholz menunggu Kanselir Austria Karl Nehammer, 31 Maret 2021. Menteri ekonomi Jerman dan Prancis, Inggris, Austria dan Italia, tetap berpegang pada kontrak dengan Rusia untuk bayar gas Rusia hanya dalam Euro. (Sumber: AP Photo/Michael Sohn)

Perdana Menteri Italia Mario Draghi juga mengatakan, dirinya menerima jaminan dari Putin bahwa Eropa tidak harus membayar dalam rubel dan memupus kekhawatiran bahwa Moskow akan memotong pasokan gas yang digunakan untuk pemanas dan listrik, seperti dilansir Associated Press, Kamis ( 31/3/2022).

Draghi mengatakan, Putin meyakinkan dirinya selama panggilan telepon 40 menit hari Rabu malam bahwa kontrak yang ada tetap berlaku. "Perusahaan-perusahaan Eropa akan terus membayar dalam dolar dan euro.”

Draghi mengatakan Putin memberikan penjelasan panjang lebar tentang bagaimana mempertahankan pembayaran dalam euro dan dolar sambil memenuhi “indikasi pembayaran dalam rubel” Rusia.

Draghi mengatakan dia melemparkan diskusi tersebut kepada para ahli dan saat ini sedang dianalisa "untuk memahami apa artinya," termasuk apakah perusahaan-perusahaan Eropa dapat terus membayar seperti yang diperkirakan, atau jika ini hanya untuk sanksi yang sedang berlangsung.

“Perasaan yang saya miliki sejak awal, sama sekali tidak mudah untuk mengubah mata uang pembayaran tanpa melanggar kontrak,'' kata Draghi.

Draghi juga mengatakan kepada pers asing bahwa Eropa mendorong pembatasan harga gas dengan Rusia, dengan mengatakan pembayarannya mendanai perang di Ukraina dan harga yang dibayar oleh Eropa tidak sesuai dengan pasar global.

“Kami — Jerman dan Italia, bersama dengan negara-negara lain yang merupakan importir gas, batu bara, biji-bijian, jagung — mendanai peperangan. Tidak ada keraguan atas hal tersebut,'' kata Draghi.

“Untuk alasan ini, Italia bersama dengan negara lain, mendorong pembatasan harga gas. Tidak ada alasan substansial bahwa harga gas begitu tinggi untuk orang Eropa.”

Draghi mencatat Rusia tidak punya pasar lain untuk gasnya, sehingga memberikan ruang bagi Eropa untuk bermanuver. Ditanya tentang risiko bahwa Rusia akan mematikan keran pipa gas, Draghi berkata, “Tidak, tidak ada bahaya (akan hal tersebut).”

 




Sumber : CNN/Associated Press


BERITA LAINNYA



Close Ads x