Kompas TV internasional krisis rusia ukraina

Tidak Boleh Lewat karena Berkulit Hitam, Warga Afrika Terlunta-lunta di Perbatasan Ukraina-Polandia

Kompas.tv - 1 Maret 2022, 04:45 WIB
tidak-boleh-lewat-karena-berkulit-hitam-warga-afrika-terlunta-lunta-di-perbatasan-ukraina-polandia
Warga Afrika yang merupakan pelajar di Ukraina ditolak melewati perbatasan ke Polandia oleh penjaga perbatasan Ukraina, mengaku mendapat perlakuan rasis karena warna kulit mereka. (Sumber: France24/Mehdi Chebil)
Penulis : Edwin Shri Bimo | Editor : Hariyanto Kurniawan

MEDYKA, KOMPAS.TV - Perlakuan rasis, atau diskriminasi dan pelecehan berdasarkan warna kulit, terjadi kepada banyak warga Afrika di Ukraina yang berusaha mengungsi ke Polandia untuk menghindari dampak invasi Rusia ke Ukraina.

Pemerintah beberapa negara Afrika berjuang membantu warga negara mereka mengungsi dari invasi Rusia di Ukraina ketika muncul laporan tentang perlakuan rasis dan tidak adil terhadap warga mereka di perbatasan dengan Polandia.

Laporan tersebut, yang dibantah oleh pejabat Polandia dan Ukraina, mencoreng upaya evakuasi besar-besaran setengah juta warga sipil Ukraina dan dari berbagai belahan dunia menyeberang ke Uni Eropa.

Sementara beberapa orang Afrika berhasil meninggalkan Ukraina, France24 berbicara kepada beberapa siswa hari Minggu di stasiun kereta api Lviv di Ukraina barat.

Mereka mengatakan mendapat penolakan dari penjaga perbatasan Ukraina ketika mencoba untuk menyeberang ke Polandia.

“Mereka menghentikan kami di perbatasan dan memberi tahu kami bahwa orang kulit hitam tidak diizinkan (melintasi perbatasan ke Polandia). Tapi kami bisa melihat orang kulit putih melewatinya,” kata Moustapha Bagui Sylla, seorang mahasiswa dari Guinea, seperti dilaporkan France24, Selasa (1/3/2022).

Baca Juga: PBB: 64 Warga Sipil Tewas dan 160.000 Orang Lebih Mengungsi sejak Rusia Serbu Ukraina

Jean Ngando (tengah), seorang guru bahasa Prancis asal Kamerun mengatakan mereka mencari rute alternatif agar tidak dilarang masuk Polandia sebagai pengungsi. (Sumber: France24/Mehdi Chebil)

Moustapha mengatakan dia melarikan diri dari kediaman di Kharkiv, kota terbesar kedua di Ukraina, segera setelah pemboman dimulai.

Seperti ribuan warga sipil Ukraina yang berebut mencapai perbatasan, pemuda Guinea itu mengatakan dia berjalan berjam-jam dalam suhu beku menuju desa perbatasan Polandia Medyka, hanya untuk diperintahkan balik badan dan kembali.

Siswa lain dari Nigeria menggambarkan pemandangan serupa di persimpangan perbatasan. Dia mengatakan kelompoknya, yang termasuk perempuan, dilarang masuk ke pos perbatasan bahkan ketika orang kulit putih diizinkan lewat.

“Mereka tidak akan membiarkan orang Afrika masuk. Orang kulit hitam tanpa paspor Eropa tidak bisa melintasi perbatasan. Mereka mendorong kita mundur hanya karena kita berkulit hitam!” kata mahasiswa Nigeria, yang hanya memberikan nama depannya, Michael.

“Kita semua manusia,” tambahnya. “Mereka seharusnya tidak mendiskriminasi kami karena warna kulit kami.”



Sumber : France24


BERITA LAINNYA



Close Ads x