Kompas TV internasional kompas dunia

Milisi Kurdi Ultimatum Sisa Anggota ISIS di Penjara Suriah Utara yang Dijebol: Menyerah atau Mati!

Kompas.tv - 29 Januari 2022, 17:38 WIB
milisi-kurdi-ultimatum-sisa-anggota-isis-di-penjara-suriah-utara-yang-dijebol-menyerah-atau-mati
Personel milisi Kurdi memindahkan orang yang diduga anggota ISIS di kota Hasaka, Suriah Utara. Milisi Kurdi penguasa wilayah itu mengatakan, sisa-sisa teroris ISIS yang bertahan di penjara akan menghadapi serangan habis-habisan jika tidak segera menyerah. (Sumber: Straits Times)
Penulis : Edwin Shri Bimo | Editor : Vyara Lestari

Dia mengatakan teroris yang tersisa diyakini termasuk di antara mereka yang menyerang penjara dibanding tahanan, dan mereka dipersenjatai dengan senapan serbu dan senapan mesin, beberapa di antaranya disita dari penjaga penjara yang tewas dalam serangan itu. Dia menambahkan, beberapa memiliki bom bunuh diri.

Baca Juga: Ratusan Anak Belasan Tahun Terjebak Pertempuran ISIS Versus Pasukan Kurdi di Penjara Suriah

Pasukan Kurdi memasuki di dinding penjara kota Hasakah, Suriah pada Minggu (23/1/2022). Milisi Kurdi penguasa wilayah itu mengatakan sisa-sisa teroris ISIS yang bertahan di penjara akan menghadapi serangan habis-habisan jika tidak segera menyerah. (Sumber: Hogir Al-Abdo/Associated Press)

Para pejabat SDF mengatakan ada kemungkinan teroris ISIS yang bertahan memiliki sandera. Untuk itu mereka memutuskan akan melanjutkan dengan hati-hati dalam upaya mereka untuk merebut kembali kompleks penjara tersebut.

"Ini adalah operasi kesabaran yang strategis," kata Mansour dari Pusat Koordinasi dan Operasi Militer SDF.

Dia mengatakan, kelompok ISIS mencoba untuk menjebak pasukan pimpinan Kurdi agar secara tidak sengaja membunuh sandera yang ditahan oleh para teroris ISIS.

Di Washington, seorang pejabat senior Amerika Serikat mengatakan, tujuan kelompok ISIS dalam serangan penjara tampaknya adalah untuk membebaskan narapidana tertentu, termasuk mereka yang memiliki keterampilan membuat bom.

Mansour mengatakan, serangan itu juga menjadi tujuan propaganda penting bagi ISIS dalam bentuk seruan kepada para pendukungnya bahwa kekhalifahan ISIS akan kembali bangkit dan konflik yang lebih luas dapat muncul kembali.

Para pemimpin Rojava, wilayah otonom yang dipimpin Kurdi di timur laut Suriah tempat penjara itu berada, telah lama meminta berbagai negara untuk memulangkan ribuan warganya yang ditahan ketika ISIS dihancurkan tahun 2019.

Wilayah ini terancam oleh rezim Suriah dan Turki, karena sebagai wilayah yang memisahkan diri, ia tidak memiliki hubungan resmi dengan sebagian besar negara lain.

Seorang juru bicara SDF mengatakan pada hari Rabu, setidaknya 30 personil pasukan Kurdi dan lebih dari 100 teroris ISIS tewas dalam pertempuran untuk merebut kembali penjara. Namun, jumlah korban diperkirakan jauh lebih tinggi.

SDF pada hari Kamis mengatakan, mereka berhasil mengamankan sebagian besar anak laki-laki yang disandera setelah berhasil menguasai kembali sebagian besar kompleks penjara dan sudah memindahkan mereka ke fasilitas terpisah.

Baca Juga: Pertempuran Sengit di Suriah Utara saat Pasukan Kurdi Balik Menyerbu Penjara yang Dijebol ISIS

Pertempuran sengit di Suriah Utara ketika pasukan Kurdi menyerbu balik teroris ISIS yang menjebol penjara di kota Hasakah, Suriah Utara. Milisi Kurdi penguasa wilayah itu mengatakan sisa-sisa teroris ISIS yang bertahan di penjara akan menghadapi serangan habis-habisan jika tidak segera menyerah. (Sumber: Arab News)

Aktivis hak asasi manusia dan beberapa organisasi bantuan mengatakan, anak laki-laki pengungsi yang ditahan di penjara itu paling muda diperkirakan berusia 10 tahun, sementara pejabat SDF mengatakan mereka berusia antara 14 hingga 17 tahun.

Tidak jelas apakah semua anak laki-laki itu sudah dihitung dan apakah ada korban di antara mereka.

Semua dibawa sebagai anak-anak oleh orang tua mereka untuk bergabung dengan ISIS, dengan beberapa dipaksa oleh ISIS untuk menjadi tentara anak.

Selama pertempuran satu minggu untuk merebut kembali penjara, koalisi pimpinan Amerika Serikat yang memerangi ISIS melakukan serangan udara, dan sejumlah kecil pasukan darat Amerika Serikat dikirim untuk membantu SDF merebut kembali penjara.

Badan anak-anak Perserikatan Bangsa-Bangsa, UNICEF, mengatakan, pertempuran memaksa 45.000 orang di kota berpenduduk 1 juta ini meninggalkan rumah mereka, kebanyakan dari mereka wanita dan anak-anak.

Beberapa mengungsi untuk tinggal bersama kerabat, sementara yang lain berakhir di tempat penampungan pengungsi di kota.

 




Sumber : New York Times/Straits Times


BERITA LAINNYA



Close Ads x