Kompas TV internasional kompas dunia

Anti-Vaksin dan Keponakan Eks Presiden AS Sebut Mandat Vaksinasi Covid-19 Lebih Kejam dari Holocaust

Kompas.tv - 24 Januari 2022, 11:42 WIB
anti-vaksin-dan-keponakan-eks-presiden-as-sebut-mandat-vaksinasi-covid-19-lebih-kejam-dari-holocaust
Robert F Kennedy Jr menegaskan mandat vaksinasi Covid-19 lebih kejam dari Holocaust saat demonstrasi anti-vaksin di Washington, Minggu (23/1/2022). (Sumber: Jemal Countess/UPI/Shutterstock Via New York Post)
Penulis : Haryo Jati | Editor : Purwanto

WASHINGTON, KOMPAS.TV - Aktivis anti-vaksin, Robert F Kennedy Jr mengungkapkan bahwa mandat vaksinasi Covid-19 lebih kejam dan Holocaust.

Robert Kennedy Jr, yang merupakan keponakan dari mantan Presiden Amerika Serikat (AS), John F Kennedy, mengungkapkan itu saat demonstrasi anti-vaksin di Washington, Minggu (23/1/2022).

Ia mengatakannya di depan ribuan orang yang berkumpul di Lincoln Memorial untuk acara “Kalahkan Mandat: Perjalanan Pulang Amerika”.

Robert Kennedy Jr pun menegaskan bahwa melarikan diri dari Nazi lebih memungkinkan dibandingkan menghadapi mandat vaksinasi.

Baca Juga: Dipukul Perampok, Kakek Ini Tewas karena Tersedak Gigi Palsunya

“Bahkan dengan adanya (Adolf) Hitler di Jerman, Anda masih bisa melewati pegunungan Alpen melalui Swiss, Anda bahkan bisa bersembunyi di langit-langit seperti yang dilakukan Anne Frank,” ujarnya dikutip dari New York Post.

“Hari ini mekanisme yang ditempatkan membuat kita semua tak bisa kabur dan bersembunyi,” lanjut Kennedy.

Pengacara berusia 68 tahun itu mengatakan bahwa pemerintah telah menggunakan 5G untuk menimbun data pribadi dan mengontrol sikap mereka.

“Mereka akan menggunakan mata uang digital yang bisa membuat menghukum kita dari kejauhan dan memotong suplai makanan kita,” ujarnya.

Namun pernyataan Kennedy tersebut membuat marah pihak Museum Peringatan Auschwitz, salah satu tempat terjadinya holocaust.

Baca Juga: Nekat Beri Salam Nazi di Kamp Konsentrasi Auschwitz, Turis Belanda Ditangkap

“Mengeksploitasi tragedi dari orang-orang yang menderita, dihina, disiksa dan dibunuh oleh rezim totaliter Nazi Jerman, termasuk anak-anak seperti Anne Frank, dalam perdebatan tentang vaksinasi dan pembatasan selama pandemi global adalah gejala menyedihkan dari kerusakan moral dan intelektual,” cuitan museum itu di Twitter.

Anne Frank, yang berusia 13 tahun bersembunyi di sebuah loteng di Amsterdam, Belanda dengan orang tua, saudari dan empat orang Yahudi lainnya pada 1942.

Setelah 25 bulan, persembunyian mereka ditemukan Gestapo dan kemudian dibawa ke Auschwitz.

Frank sendiri kemudian tewas karena Tipus di kamp konsentrasi Bergen-Belsen pada 1945.



Sumber : New York Post


BERITA LAINNYA



Close Ads x