Kompas TV internasional kompas dunia

Demo Berdarah di Kazakhstan Bisa Pengaruhi Perkembangan Konflik Rusia dengan NATO-Ukraina

Kompas.tv - 9 Januari 2022, 12:37 WIB
demo-berdarah-di-kazakhstan-bisa-pengaruhi-perkembangan-konflik-rusia-dengan-nato-ukraina
Polisi anti huru-hara Kazakhstan menangkap demonstran di Almaty, Sabtu (8/1/2022). Demonstrasi besar di Kazakhstan disebut bisa memengaruhi pendekatan Rusia atas konflik Ukraina. (Sumber: Vasily Krestyaninov/Associated Press)
Penulis : Ikhsan Abdul Hakim | Editor : Purwanto

Demonstrasi anti-pemerintah yang berturut-turut terhadap rezim pro-Rusia di Belarusia dan Kazakhstan berpotensi membuat Putin lebih tegas menekankan pengaruh Rusia, khususnya terhadap Ukraina.

“Lingkaran dekat Putin, mereka benar-benar ingin membuat Ukraina belajar. Dan mereka tidak segan membunuh banyak orang atau melihat banyak orang mati,” kata Hill kepada Associated Press.

“Ini (fenomena protes) sangat bermasalah bagi Putin karena itu menunjukkan protes tentang isu sosial bisa berkembang tak terkendali. Dan bahkan jika kamu meminggirkan oposisi dan terlihat seolah satu-satunya yang berkuasa, suatu hari secara tiba-tiba mungkin sudah tidak (berkuasa),” sambungnya.

Hill menyebut terdapat sentimen anti-rezim sahabat Rusia di Belarusia dan Kazakhstan yang dikobarkan ketimpangan sosial. Rasa nasionalisme yang bertumbuh pun disebut sebagai salah satu faktor protes.

Sementara itu, pakar politik luar negeri Rusia, Fyodor Lukyanov menyebut penerjunan pasukan ke Kazakhstan bisa bantu mengonsolidasikan kekuasaan Moskow di kawasan.

Pengiriman pasukan menegaskan imej Rusia sebagai “penjaga keamanan” kawasannya, seperti ketika Moskow mengiri pasukan ke Armenia pada 2020 menyusul konflik Nagorno-Karabakh.

Lukyanov menyebut respons Rusia atas Kazakhstan mengirim sinyalemen tersendiri jelang pertemuan Moskow-Washington terkait Ukraina.

“Rusia mengirimkan pengingat tentang kemampuannya membuat keputusan militer-politis cepat dan inkonvensional untuk memengaruhi apa yang terjadi di bagian dunia yang penting bagi mereka,” tulis profesor riset National Research University Higher School of Economics Rusia ini.

Rusia dilaporkan mengonsentrasikan sekitar 100.000 pasukan di perbatasan yang sewaktu-waktu bisa menyerang Ukraina.

Untuk mencegah eskalasi konflik, Moskow menuntut NATO tidak menerima Ukraina sebagai anggota. Namun, tuntutan ini ditolak NATO.

Baca Juga: Dari Kerusuhan di Kazakhstan, Terlihat Tanda-Tanda Elite Saling Berebut Kekuasaan


 




Sumber : Associated Press


BERITA LAINNYA



Close Ads x