Kompas TV internasional kompas dunia

Mantan Presiden Afghanistan Mengaku Tak Punya Pilihan Lain Selain Melarikan Diri dari Kabul

Kompas.tv - 31 Desember 2021, 07:56 WIB
mantan-presiden-afghanistan-mengaku-tak-punya-pilihan-lain-selain-melarikan-diri-dari-kabul
Mantan Presiden Afghanistan, Ashraf Ghani, mengaku tidak punya pilihan lain selain melarikan diri dari Kabul. Kepergiannya membuat Kabul menjadi kacau karena kehilangan kemudi dari pemimpin. (Sumber: AP Photo/Alex Brandon, File)
Penulis : Tussie Ayu | Editor : Gading Persada

Namun pernyataan Ghani bertentangan dengan Mantan Presiden Hamid Karzai. Karzai mengatakan kepada The Associated Press dalam sebuah wawancara awal bulan ini, bahwa kepergian Ghani membatalkan kesempatan bagi negosiator pemerintah untuk mencapai kesepakatan dengan Taliban, yang telah berkomitmen untuk tinggal di luar Ibu Kota.

Setelah memanggil Menteri Pertahanan Pemerintah Bismillah Khan, menteri dalam negeri dan kepala polisi dan menemukan semua pejabat telah melarikan diri dari Kabul.

Karzai mengatakan dia mengundang Taliban ke Kabul untuk melindungi penduduk sehingga negara dan kota tidak menjadi kacau.

Namun Ghani dalam wawancara radionya dengan Jenderal Inggris Sir Nick Carter, mantan kepala staf pertahanan, mengatakan dia melarikan diri untuk mencegah kehancuran Kabul.

Ia mengklaim ada dua faksi Taliban yang bersaing menyerang kota itu dan siap untuk masuk dan akan melancarkan serangan. 

Namun demikian, tidak ada bukti tentang masuknya Taliban dari faksi-faksi saingan yang dimaksud Ghani.

Dalam wawancara dengan BBC, Ghani membantah tuduhan yang tersebar luas bahwa dia meninggalkan Afghanistan dengan setumpuk uang curian. Inspektur Jenderal Khusus AS untuk Rekonstruksi Afghanistan John Sopko telah ditugaskan untuk menyelidiki tuduhan tersebut.

Pemerintah Afghanistan serta kontraktor asing dan Afghanistan yang independen, telah dituduh melakukan korupsi. 

Washington telah menghabiskan dana sebesar $AS 146 miliar untuk rekonstruksi di Afghanistan sejak penggulingan Taliban pada 2001.

Namun bahkan sebelum pemberontak kembali terjadi pada bulan Agustus lalu, tingkat kemiskinan di Afghanistan berada pada tingkat 54%.

Baca Juga: Pemerintah Rusia Menyalahkan Presiden Ashraf Ghani atas Kekacauan di Afghanistan

Awal pekan ini, Proyek Pelaporan Kejahatan dan Korupsi Terorganisir, sebuah organisasi liputan investigasi dengan 150 jurnalis di lebih dari 30 negara, memasukkan Ghani di antara para pemimpin paling korup di dunia. 

Presiden Belarus Aleksandr Lukashenko dinobatkan sebagai pemimpin yang paling korup, dengan Ghani, Presiden Suriah Bashar al-Assad, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dan mantan Kanselir Austria Sebastian Kurz di antara finalis untuk gelar pemimpin paling korup.




Sumber : Associated Press, BBC


BERITA LAINNYA



Close Ads x