Kompas TV internasional kompas dunia

Krisis Perbatasan Polandia: Migran Ditipu dan Terjebak di Belarusia dalam Kondisi Mengenaskan

Kompas.tv - 10 November 2021, 20:49 WIB
krisis-perbatasan-polandia-migran-ditipu-dan-terjebak-di-belarusia-dalam-kondisi-mengenaskan
Sekelompok migran asal Timur Tengah bersama anak kecil di kamp pengungsian sementara di perbatasan Polandia-Belarusia, Selasa (9/11/2021). Pada Senin (8/11), para migran berusaha menembus perbatasan Polandia tetapi dipukul mundur. Kini, kondisi para migran di kamp dilaporkan memprihantinkan. (Sumber: Leonid Shcheglov/BelTA via Associated Press)
Penulis : Ikhsan Abdul Hakim | Editor : Vyara Lestari

WARSAWA, KOMPAS.TV - Ribuan migran masih terjebak di perbatasan Polandia-Belarusia per Rabu (10/11/2021). Para migran itu berupaya menyeberang ke negara-negara Uni Eropa tetapi dihalau di perbatasan.

Polandia memperkirakan terdapat 3.000 - 4.000 migran di sepanjang perbatasan, termasuk sekitar 800 di kamp pengungsian sementara.

Para migran pun sempat berusaha menyerbu perbatasan Polandia, Senin (8/11) lalu. Namun, usaha mereka dihalau aparat keamanan dan kericuhan membuat sejumlah orang luka-luka.

Para migran yang berada di kamp pengungsian dilaporkan dalam kondisi mengenaskan. 

Badan Pengungsian Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNHCR) menyebut situasi di perbatasan Polandia-Belarusia “mengkhawatirkan”.

UNHCR pun mendesak baik Minsk atau Warsawa untuk menjamin bahwa para migran mendapatkan bantuan kemanusiaan.

Baca Juga: Krisis di Perbatasan Belarusia-Polandia Memanas, Ribuan Migran Terjebak, Politisi Saling Tuduh

Dalam video yang dirilis kepolisian Polandia, setelah serbuan ke perbatasan, para migran terlihat memasak dengan api unggun di luar tenda. Suhu di perbatasan Polandia-Belarusia saat itu dilaporkan mendekati titik beku.

Kepolisian Polandia menegaskan bahwa para migran tidak boleh masuk ke negara itu kecuali memiliki visa.

Seorang pria di Bialowieza, desa Polandia dekat perbatasan, mengaku berjumpa banyak migran dalam kondisi memprihatinkan. Para migran itu disebutnya kehausan, kelaparan, tak bersepatu, dan memerlukan perawatan medis.

Migran membuat api unggun pada malam yang dingin di perbatasan Polandia-Belarusia. Foto dirilis pada Rabu (10/11/2021). Para migran di kamp pengungsian dilaporkan dalam kondisi mengenaskan ketika suhu di perbatasan Polandia-Belarusia hampir mencapai titik beku pada malam hari. (Sumber: Komite Perbatasan Belarusia via Associated Press)

Pria itu meminta identitasnya tak dibuka karena takut kepada aparat Polandia. Ia menjadi relawan pengirim bantuan ke kamp migran.

“Mereka dalam kondisi buruk dan situasinya semakin parah seiring turunnya suhu,” katanya kepada Associated Press.

Migran ditipu dan terjebak di Belarusia

Para migran di Belarusia kebanyakan hendak menuju Jerman. Sebagian mereka bahkan meyakini sedang berada di Jerman. “Mereka sangat disesatkan oleh aparat Belarusia,” kata relawan di Desa Bialowieza tersebut.

Uni Eropa mendeteksi para migran terbang ke Minsk, Belarusia dengan visa turis. Mereka kemudian pergi ke perbatasan menggunakan taksi.

Uni Eropa pun mendesak maskapai-maskapai penerbangan tidak memfasilitasi perjalanan migran tersebut. Pada Agustus 2021, penerbangan langsung dari Irak diputus.

Seorang migran asal Timur Tengah terluka usai kericuhan akibat penyerbuan migran dari Belarusia ke perbatasan Polandia, Senin (9/11/2021). (Sumber: Komite Perbatasan Belarusia via Associated Press)

Akan tetapi, migran tetap berdatangan ke Belarusia dari Suriah, Turki, Uni Emirat Arab, serta Rusia. 

Menurut laporan Uni Eropa, para migran itu tertipu penyelundup migran ilegal. Para penyelundup mengiklankan di media sosial bahwa mereka bisa pergi ke Jerman dari Belarusia menggunakan mobil.

Uni Eropa pun menuduh otoritas Belarusia menggunakan migran untuk menekan organisasi antarpemerintah tersebut. Minsk dilaporkan ingin memberi tekanan agar sanksi terhadap Belarusia dicabut.

Belarusia sendiri disanksi Uni Eropa sehubungan tindakan brutal terhadap protes anti-pemerintah setahun belakangan. Oposisi dan warga memprotes terpilihnya presiden Alexander Lukashenko yang telah menjabat sejak 1994.

Sebaliknya, Belarusia menuding negara-negara Uni Eropa semata tak memedulikan nasib migran.

Sementara itu, Rusia menuduh Barat enggan bertanggung jawab atas perang mereka di Afrika dan Timur Tengah yang memicu gelombang migrasi ke Eropa.

Seorang petugas perbatasan Polandia bertemu dengan anak-anak migran asal Timur Tengah di perbatasan Polandia-Belarusia, Rabu (10/11/2021). (Sumber: Leonid Shcheglov/BelTA via Associated Press)

“Uni Eropa harus berdiri bersama-sama, karena Lukashenko menggunakan nasib manusia, dengan dukungan Presiden Rusia Vladimir Putin, untuk mendestabilisasi Barat,” kata Menteri Dalam Negeri Jerman Horst Seehofer.

Pavel Usau, pengamat politik dari Center for Political Analysis and Prognosis menduga Lukashenko menggunakan migran untuk memprovokasi Barat dan mendesak mereka mau berunding.

“Lukashenko memprovokasi Barat untuk melancarkan aksi agresif, tetapi, di lain sisi, dia ingin negara-negara Barat menyerah pada tekanan dan dipaksa mau bernegosiasi, kata Usau.

Krisis migran ini memanas usai Polandia, Lituania, dan Latvia menuduh Belarusia mendorong ribuan migran untuk menyeberang ke negara-negara itu.

Akibat krisis ini, delapan migran dilaporkan telah tewas. Sedangkan ribuan lainnya terjebak di perbatasan.

Baca Juga: Jerman Selamatkan Kapal yang Ditumpangi 800 Migran

 




Sumber : Associated Press




BERITA LAINNYA



FOLLOW US




Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.


VIDEO TERPOPULER

Close Ads x