Kompas TV internasional kompas dunia

Eks Petinggi Intelijen Ungkap Putra Mahkota Saudi Mau Bunuh Raja Abdullah Pakai Cincin Beracun

Kompas.tv - 26 Oktober 2021, 10:29 WIB
eks-petinggi-intelijen-ungkap-putra-mahkota-saudi-mau-bunuh-raja-abdullah-pakai-cincin-beracun
Putra Mahkota Arab Saudi, Mohammed Bin Salman. (Sumber: AP Photo/Amr Nabil)
Penulis : Desy Afrianti

Raja Abdullah meninggal dunia di usia 90 tahun pada 2015. Mendiang kemudian digantikan oleh saudara laki-lakinya, Salman bin Abdulaziz Al Saud—ayahanda Mohammed bin Salman.

Raja Salman lantas mengangkat Mohammed bin Nayef sebagai putra mahkota. Akan tetapi, pada 2017, status itu dialihkan ke Mohammed bin Salman.

Mohammed bin Nayef juga kehilangan jabatan sebagai menteri dalam negeri dan dilaporkan sempat dijebloskan sebagai tahanan rumah. Tahun lalu dia ditahan aparat atas dakwaan yang tidak diumumkan ke publik. Al-Jabri sendiri kabur ke Kanada setelah Mohammed bin Nayef lengser sebagai putra mahkota.

Al-Jabri mengatakan dalam wawancara bahwa dia sempat diperingatkan oleh seorang teman di sebuah lembaga intelijen negara di Timur Tengah, Mohammed bin Salman mengirim sekelompok pembunuh untuk menghabisinya pada Oktober 2018—beberapa hari setelah jurnalis Saudi, Jamal Khashoggi dibunuh di Turki.

Al-Jabri menuding ada enam orang yang tergabung dalam satu tim mendarat di Ottawa, tapi mereka dideportasi setelah bea cukai Kanada menemukan mereka membawa "peralatan mencurigakan untuk analisa DNA".

Baca Juga: Arab Saudi Borong Produk Makanan Indonesia, RI Raup Rp12,12 Triliun dalam Lima Hari

Tahun lalu, Al-Jabri melayangkan gugatan terhadap Putra Mahkota Saudi di pengadilan federal Amerika Serikat. Gugatan tersebut menuduh Mohammed bin Salman telah melakukan pencobaan pembunuhan.

MbS membantah tuduhan-tuduhan itu. Dia juga menyangkal telah terlibat dalam pembunuhan Jamal Khashoggi, meskipun sejumlah lembaga intelijen AS menyebut dia menyetujui operasi tersebut.

Melalui surat pernyataan kepada CBS, Kedutaan Besar Arab Saudi di Washington DC, AS, mencap Al-Jabri sebagai "mantan pejabat pemerintah yang kehilangan kredibilitasnya, punya riwayat panjang berbohong dan menciptakan pengalihan isu guna menyembunyikan kejahatan keuangan yang dia lakukan, hingga mencapai miliaran dollar, untuk membiayai kehidupan mewah dirinya dan keluarganya".

Al-Jabri digugat atas tuduhan korupsi oleh sejumlah entitas Saudi. Hakim Kanada telah membekukan aset-asetnya dan menyebut ada "bukti-bukti penipuan yang luar biasa".

Al-Jabri membantah telah mencuri uang pemerintah. Dia juga berkilah bahwa mantan majikannya telah mengupahnya dengan royal.

Pada Maret 2020, aparat Saudi menahan dua anak Al-Jabri, Omar dan Sarah—yang disebut beberapa kelompok HAM sebagai upaya untuk memaksanya kembali ke Arab Saudi.

November lalu, dua bulan setelah ayah mereka menggugat putra mahkota, kedua anak itu dihukum masing-masing sembilan dan enam setengah tahun penjara oleh pengadilan Saudi. Mereka dinyatakan bersalah atas tuduhan pencucian uang dan "berusaha kabur" dari negara itu. 

Keduanya membantah tuduhan-tuduhan tersebut. Kemudian pengadilan banding menguatkan vonis sebelumnya dalam sidang rahasia yang tidak dihadiri mereka.



Sumber : BBC


BERITA LAINNYA



Close Ads x