Kompas TV internasional kompas dunia

Sandby Borg: Misteri Pembantaian Sadis di Swedia Kuno yang Bingungkan Arkeolog

Kompas.tv - 13 Oktober 2021, 17:34 WIB
sandby-borg-misteri-pembantaian-sadis-di-swedia-kuno-yang-bingungkan-arkeolog
Foto situs bekas permukiman Sandby Borg tampak dari udara pada 2015, terlihat dua lapis bekas benteng yang mengelilingi permukiman. (Sumber: Wikimedia)
Penulis : Ikhsan Abdul Hakim | Editor : Iman Firdaus

KALMAR, KOMPAS.TV - Sandby Borg adalah sebuah situs yang terletak di pesisir timur Pulau Oland, Laut Baltik. Itu adalah permukiman berbenteng yang dibuat sekitar tahun 400 Masehi, saat Swedia masih dalam Zaman Besi.

Dua lapis benteng Sandby Borg kini rata dengan tanah. Benteng terdalamnya dulu menjulang hingga lebih dari lima meter.

Sandby Borg juga menyimpan peristiwa misterius yang membingungkan arkeolog selama bertahun-tahun. Lebih dari 1.500 tahun lalu, terjadi pembantaian di permukiman ini yang memakan korban setidaknya 26 orang.

Temuan pembantaian sadis itu berawal dari observasi arkeolog Swedia pada 2010 silam. Waktu itu, tim peneliti menemukan banyak lubang yang penuh perhiasan dan benda-benda berharga.

Setahun kemudian, tim dari Museum Kalmar mengunjungi Sandby Borg dan menemukan sisa-sisa jasad manusia.

Baca Juga: 5 Kejadian Misterius dalam Peristiwa Hilangnya Gibran di Gunung Guntur

Sejak itu, penggalian beberapa kali dilakukan oleh tim peneliti. Hasilnya, tulang-belulang dari 26 jasad ditemukan, semuanya laki-laki. 

Analisis forensik kemudian membuahkan kesimpulan mengerikan. Suatu hari di Sandby Borg, suatu pembantaian terjadi. Semua korban, termasuk anak-anak, diserang secara tiba-tiba; dibunuh lalu ditinggalkan begitu saja.

Tempat terkutuk yang dijauhi pemburu harta.

Arkeolog memperkirakan dulu terdapat 53 rumah di dalam benteng Sandby Borg. Penduduknya pun tergolong orang kaya, dibuktikan oleh benda-benda berharga yang ditemukan.

Pada 2010, tim peneliti menemukan tempat-tempat penyimpanan harta di situ; berisikan berbagai benda seperti cincin, bros perak, lonceng, dan koin.

Sebagian benda-benda berharga tersebut diketahui berasal dari Kekaisaran Romawi Barat.

Para peneliti dibingungkan mengapa para pembantai tidak merampas benda-benda berharga di Sandby Borg.

“Para pelaku sepertinya tidak tertarik untuk tinggal lebih lama dan mencari harta rampasan,” tulis arkeolog dari Universitas Linnaeus Swedia, Clara Alfsdotter di European Journal of Archeology dikutip National Geographic.

Setelah pembantaian, juga tidak terdapat tanda-tanda pencari harta karun memasuki permukiman tersebut. Situs Sandby Borg tidak tersentuh selama ratusan tahun dan bahkan para korban tidak dikuburkan.

Para peneliti menduga tidak ada motif perampokan dalam pembantaian ini. Penyerang sekadar membantai pemukim kemudian meninggalkan tempat itu.

Pembantaian sadis, para korban tidak menunjukkan tanda perlawanan.

Tak ada bukti yang menujukkan bahwa peristiwa Sandby Borg adalah pertempuran. Para peneliti menduga kuat bahwa para korban dibantai dalam satu serangan tiba-tiba.

Para peneliti juga tidak menemukan cukup tanda trauma di lengan para korban, menunjukkan bahwa mereka tidak sempat mempertahankan diri. Juga tidak ada senjata atau alat pelindung di sekitar sisa-sisa korban.

Analisis forensik menunjukkan bahwa korban diserang bertubi-tubi menggunakan benda tajam dan benda tumpul.

Sejauh ini, para arkeolog baru berhasil sepenuhnya menggali tiga dari 53 tempat tinggal. Bukti-bukti yang ditemukan sejauh ini menunjukkan kekerasan yang buas.

Baca Juga: Cerita 68 Makam Tanpa Nama, Ladang Pembantaian di Desa Takokak

Dalam sebuah tempat tinggal, peneliti menemukan sembilan jasad, termasuk dua anak kecil. Sisa-sisa jasad seorang kakek menunjukkan bahwa dia dianiaya kemudian dibakar.

Jasad seorang pria lain menunjukkan bahwa ia diserang di jalanan. Kemudian, ia masuk ke rumah untuk mencari perlindungan. Namun, pria itu dikejar para penyerang dan mati oleh satu serangan telak di kepala.

Jasad para korban kemudian tidak dikuburkan. Meskipun Sandby Borg permukiman kaya yang umumnya menarik perhatian pemburu harta, tidak ada tanda bahwa pernah ada yang memasuki tempat itu setelah pembantaian.

Para peneliti menyimpulkan bahwa korban sama sekali tidak dikubur sepantasnya; sekadar dibiarkan dalam posisi seperti itu selama lebih dari 1.500 tahun.

Tidak ada perempuan yang ditemukan.

Peneliti tidak menemukan satu pun jasad perempuan sejauh ini. Padahal, melalui benda-benda berharga yang ditemukan, terdapat tanda bahwa perempuan juga meninggali tempat itu.

Para perempuan bisa jadi dibawa oleh para penyerang. Atau bisa juga berhasil kabur dari Sandby Borg.

Mengingat penggalian belum selesai sepenuhnya, terdapat kemungkinan jasad perempuan akan ditemukan di tempat itu.

Perebutan kekuasaan setelah kejatuhan Romawi?

Arkeolog menduga bahwa pembantaian ini dilandasi motif perebutan kekuasaan dan kontrol regional. Atau, bisa juga balas dendam.

Pasalnya, saat Kekaisaran Romawi Barat berkuasa, penduduk Sandby Borg diduga makmur akibat bekerja sama dengan mereka.

Penduduk Pulau Oland sendiri dikenal sering berdagang dengan Romawi. Pejuang pulau ini juga dipekerjakan sebagai tentara bayaran.

Kekaisaran Romawi Barat jatuh pada tahun 476. Kejatuhan Romawi pun kerap diwarnai perselisihan di bekal wilayah kekuasaan atau wilayah yang dipengaruhinya.

Pembantaian Sandby Borg bisa jadi dimungkinkan oleh era tidak menentu setelah kejatuhan Romawi.

Terlepas dari segudang pertanyaan yang masih mengusik, kehidupan di Sandy Borg musnah setelah pembantaian ini. Tempat itu kemudian menumbuhkan reputasi sebagai tempat terkutuk yang dijauhi semua orang.

Baca Juga: Jasad 123 Napi Korban Pembantaian ISIS di Irak Telah Digali dari Kuburan Massal


 




Sumber : National Geographic


BERITA LAINNYA



Close Ads x