Kompas TV internasional kompas dunia

Kelelahan, Aung San Suu Kyi Minta Majelis Hakim Kurangi Frekuensi Persidangan atas Dirinya

Kompas.tv - 4 Oktober 2021, 21:54 WIB
kelelahan-aung-san-suu-kyi-minta-majelis-hakim-kurangi-frekuensi-persidangan-atas-dirinya
Kelelahan, pemimpin Myanmar yang digulingkan militer, Aung San Suu Kyi, minta hakim mengurangi frekuensi persidangan dirinya (Sumber: Straits Times via AFP)
Penulis : Edwin Shri Bimo | Editor : Edy A. Putra

YANGON, KOMPAS.TV - Mantan pemimpin Myanmar yang ditahan, Aung San Suu Kyi, meminta hakim agar mengurangi frekuensi persidangannya karena kesehatan yang bersangkutan menurun. Hal tersebut disampaikan pengacara Suu Kyi, Senin (4/10/2021), seperti dilansir The Straits Times yang mengutip Reuters.

Namun, sang pengacara memastikan kepada warga Myanmar, kondisi kesehatan Suu Kyi tidak mengkhawatirkan.

Suu Kyi menjalani persidangan untuk berbagai kasus sejak ia dilengserkan melalui kudeta 1 Februari oleh militer Myanmar. Kini Myanmar diperintah oleh junta militer. 

Suu Kyi meminta pengadilan agar persidangan dari masing-masing kasus ditangani setiap dua pekan, tidak setiap pekan, kata ketua tim pengacara, Khin Maung, kepada media.

Ketika ditanya mengenai kesehatan Suu Kyi, pengacara menyebutkan perempuan berusia 76 tahun itu mengalami kelelahan akibat jadwal yang padat, namun tidak ada indikasi penyakit.

"Dia (Suu Kyi) kelelahan. Di usianya, tidak nyaman untuk duduk di persidangan setiap hari dalam sepekan," kata Khin Maung Zaw melalui telepon.

"Ia tidak mengidap penyakit atau infeksi tertentu. Tidak mengkhawatirkan. Ia hanya kelelahan." 

Kesehatan sang penerima Nobel itu diamati secara ketat di Myanmar. Di negara itu, Suu Kyi menghabiskan waktu bertahun-tahun di dalam tahanan karena menentang penguasa militer negara tersebut.

Suu Kyi didakwa dengan sederet pelanggaran, seperti melanggar protokol kesehatan Covid-19, mengimpor dan memiliki radio dua arah secara ilegal, melakukan penghasutan, dan melanggar UU Rahasia Resmi.

Serentetan kasusnya kini ditangani oleh pengadilan di sejumlah kota.

Baca Juga: Junta Militer Myanmar Tidak Kasih Akses Penuh, Utusan Khusus ASEAN untuk Myanmar Belum Bisa Bertugas

Menlu II Brunei Darussalam, Erywan Yusof, yang ditunjuk menjadi utusan khusus ASEAN untuk Myanmar. Pada 7 Agustus 2021 lalu, Erywan mengatakan ia harus mendapat akses penuh ke semua pihak ketika ia mengunjungi Myanmar. (Sumber: Straits Times)

Sekutu-sekutu Suu Kyi khawatir berbagai kasus hukum, yang mereka anggap tidak masuk akal, dapat menjerat tokoh tersebut ke dalam proses hukum yang memakan waktu bertahun-tahun.

Selama persidangan, seorang mantan politisi menuduh Suu Kyi menerima suap dalam jumlah banyak serta emas batangan. Dalam persidangan pada Senin, menurut pihak pengacara, Suu Kyi menyebut tuduhan tersebut "semuanya tidak masuk akal.".

Pada September lalu, Suu Kyi tidak dapat menghadiri satu persidangan lantaran mengeluh pusing dan kurang sehat, yang menurut tim hukumnya akibat mabuk perjalanan.

Pengacara Suu Kyi mengatakan hakim akan membuat keputusan atas permintaan pengurangan frekuensi persidangan pada minggu depan.

Delapan bulan sejak kudeta, bentrokan antara pasukan junta dan pembangkang anti-kudeta makin meningkat, dengan serangan dan pembalasan yang semakin berdarah.

Upaya diplomatik untuk menyelesaikan krisis, yang dipelopori oleh Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara atau ASEAN, sejauh ini gagal membuat kemajuan.

Menteri Luar Negeri II Brunei Darussalam Erywan Yusof yang terpilih sebagai utusan khusus ASEAN pada Agustus lalu setelah perdebatan panjang, mendesak diberikannya akses penuh ke semua pihak ketika dia berkunjung ke Myanmar.

Namun pekan lalu seorang juru bicara junta mengatakan kepada Agence France-Presse, tidak mungkin dia akan diizinkan untuk bertemu Suu Kyi.

Pasukan junta militer dilaporkan sudah membunuh lebih dari 1.100 warga sipil sejak kudeta, menurut kelompok pemantau setempat.




Sumber : Kompas TV/Straits Times/AFP


BERITA LAINNYA



Close Ads x