Kompas TV internasional kompas dunia

9/11: Bagaimana Serangan 9/11 Membentuk Joe Biden Sebagai Presiden Amerika Serika

Kompas.tv - 10 September 2021, 08:24 WIB
9-11-bagaimana-serangan-9-11-membentuk-joe-biden-sebagai-presiden-amerika-serika
Pada file foto 20 September 2001 ini, Senator Joe Biden (tengah), bergabung dalam doa bersama petugas penyelamat di lokasi World Trade Center di New York. Ia bergabung bersama delegasi Senator yang melakukan perjalanan dengan kereta api ke New York untuk melihat puing-puing World Trade Center. (Sumber: Associated Press)
Penulis : Tussie Ayu | Editor : Gading Persada

Brady mengatakan sebagian besar dari mereka menghabiskan waktu untuk menonton liputan berita.

Keduanya kemudian memutuskan untuk pergi, Biden pun menumpang pulang dengan kendaraan Brady.

Mereka berjalan keluar, namun dihadang sekelompok wartawan yang sudah menunggu. Lalu Brady dan anggota parlemen lainnya mendorong Biden untuk berbicara kepada wartawan.

"Saya menatapnya dan berkata, Anda bosnya, kawan. Anda yang saat ini tertinggi di sini," kenang Brady.

Baca Juga: 9/11: Veteran CIA Yakin Taliban akan Undang Al-Qaeda Bangun Kembali Afghanistan

Menghadapi kamera, Biden kembali menyerukan kepada warga AS untuk tetap tenang. Dia memperingatkan agar tidak membuat penilaian cepat terhadap situasi yang terjadi.

Dia juga menyatakan dukungan untuk Presiden Bush dan mengatakan, yang paling penting adalah pemerintah harus kembali dan berjalan secepat yang kita bisa.

Saat mereka naik kendaraan, Biden mendapat telepon dari Presiden Bush. Biden kemudian menggunakan momen itu untuk menceritakan sebuah cerita heroik tentang Charles de Gaulle yang berdiri tegak di tengah-tengah tembakan selama parade di akhir Perang Dunia II.

Tindakan Charles de Gaulle ini akhirnya membangkitkan kepercayaan di hati warga Prancis.

Dia mengatakan kepada Bush, "Kembalilah ke Washington."

Presiden Bush pun kemudian mengikuti saran Biden dan kembali ke Washington pada hari itu, tengah malam.

Brady dan Biden menghabiskan sisa perjalanan ke Wilmington dengan mendengarkan radio dan berbicara tentang masa depan AS.

Mereka mencoba memprediksi apa yang akan terjadi selanjutnya. Anggota kongres kemudian menurunkan Biden di stasiun Wilmington Amtrak. Tapi hari itu belum berakhir baginya.

Brian McGlinchey, asisten khusus dan direktur proyek untuk Biden, sore itu menghabiskan waktunya di kantor bersama staf yang lain. Mereka banyak sekali menerima telepon dari konstituen mereka yang khawatir.

Staf Biden berencana untuk berada di kantor hingga larut malam, setelah berjam-jam sebelumnya menghadapi pertanyaan yang sulit mereka jawab.

Tepat ketika hari berganti malam, McGlinchey menceritakan, Biden datang ke kantor mereka dengan membawa selusin pizza dari salah satu toko favoritnya di Wilmington. Biden datang langsung untuk memberi semangat para stafnya.

"Kita akan melewati ini. Hari-hari gelap tidak selalu ada di depan kita," ujar Biden kepada stafnya.

“Dan jujur kepada Tuhan, itu seperti seseorang melakukan sesuatu yang sedang sangat kami membutuhkan itu,” kata McGlinchey.

Biden mengatakan pada stafnya, bahwa dia bangga dengan pekerjaan mereka.

Dia berbicara tentang “apa artinya menjadi orang Amerika”, dan bagaimana mereka bisa bersinar di momen-momen yang menentukan ini.

Baca Juga: Joe Biden Perintahkan Dokumen Serangan 9/11 Diungkap ke Publik

McGlinchey kemudian memeluk Biden. Senator Delaware itu kemudian pulang ke rumah, tetapi stafnya, yang baru saja mendapat suntikan energi, tetap di kantor dan bekerja sampai tengah malam.

Pesannya kepada stafnya ketika itu, dia sampaikan lagi beberapa minggu berikutnya di acara Oprah Winfrey Show, dalam wawancara televisi dan dalam pidato di perguruan tinggi dan universitas di seluruh Delaware.

Pada 19 September, dia menyampaikan pidato di Universitas Delaware yang menggemakan pesan itu.

Pesan yang sama, kelak dia bawa lagi beberapa dekade kemudian sebagai presiden, yang memimpin warga AS di tengah berbagai krisis berat di dalam dan luar negeri.

"Ini bukan waktu untuk takut," kata Biden. "Ini adalah waktu untuk terus berjalan, bukan untuk mundur; kita berkabung untuk mereka yang meninggal, tetapi tidak untuk putus asa. Ini adalah waktu untuk tekad, tetapi bukan untuk penyesalan. Tapi yang paling penting, ini adalah waktu untuk bersatu dan tidak berdebat, karena kita semua tahu apa yang harus kita lakukan.”




Sumber : Kompas TV/Associated Press


BERITA LAINNYA



Close Ads x