Kompas TV internasional kompas dunia

Kisah Remaja Paling Cerdas Afghanistan, Masuk Universitas Kedokteran Kabul, Kini Ragu Masa Depannya

Kompas.tv - 27 Agustus 2021, 22:18 WIB
kisah-remaja-paling-cerdas-afghanistan-masuk-universitas-kedokteran-kabul-kini-ragu-masa-depannya
Salgy Baran, remaja 18 tahun paling cerdas di Afghanistan, memilih tinggal di Kabul. Salgy cetak nilai tertinggi ujian nasional tahun ini dan sudah dapat tempat di Universitas Ilmu Kedokteran Kabul, namun kini sangat meragu akan masa depannya untuk belajar menjadi dokter di bawah pemerintahan Taliban. (Sumber: AP Photo/Nillab Burhan)
Penulis : Edwin Shri Bimo | Editor : Hariyanto Kurniawan

Prestasi itu membuat Salgy mendapat tempat di Universitas Ilmu Kedokteran Kabul, sekolah kedokteran terbaik di negara itu.

Seluruh generasi perempuan Afghanistan mendapat manfaat dari tatanan baru yang didukung Barat, yang didirikan setelah invasi pimpinan AS tahun 2001 yang mengusir Taliban dari kekuasaan.

Ketika terakhir Taliban memerintah negara itu, perempuan dilarang bersekolah atau bekerja di luar rumah. Mereka hanya bisa keluar jika ditemani oleh kerabat laki-laki, dan itupun harus mengenakan burka.

Kemajuan sejak tahun 2001 cukup pesat namun sebagian besar terbatas pada daerah perkotaan.

Badan anak-anak PBB UNICEF memperkirakan 3,7 juta anak Afghanistan tidak bersekolah, 60% di antaranya perempuan, sementara 17% perempuan dipaksa menikah sebelum ulang tahun ke-15 mereka.

Tetapi pada malam pengambilalihan Taliban, kaum perempuan tampil di segala bidang, termasuk ketentaraan. Anak perempuan bersekolah, khususnya di Kabul dan kota-kota lain, sementara perempuan dapat ditemukan aktif menjadi anggota parlemen, pejabat pemerintah, dan tokoh bisnis.

Kehadiran kembali Taliban membuat banyak yang kuatir sejarah kembali terulang dan waktu kembali mundur.

Baca Juga: Taliban Sedang Membentuk Pemerintahan Inklusif, Libatkan Pemimpin Muda Seluruh Etnis dan Suku

Gadis berusia 12 tahun ke atas di Afghanistan dilarang bernyanyi di depan umum. (Sumber: AP Photo/Mariam Zuhaib, File)

Seiring jaminan dari Taliban bagi hak dan peran perempuan, pekerjaan berat selanjutnya adalah membuktikan seberapa amanah kelompok Taliban dengan janji dan kata-kata mereka sendiri.

Abdul Baqi Haqqani, seorang pejabat Taliban yang mengawasi pendidikan tinggi, mengatakan perempuan akan dapat melanjutkan studi mereka di “fasilitas yang layak,” tanpa menjelaskan lebih lanjut.

Namun pejabat Taliban lainnya, Mohammad Khalid, yang berpidato di konferensi ulama Muslim awal pekan ini, menyatakan jijik pada gagasan bahwa nanti anak laki-laki dan perempuan akan belajar di kelas yang sama.

Interpretasi Syariah, atau hukum Islam, sangat bervariasi di seluruh dunia Muslim, tetapi di sebagian besar negara, wanita bekerja dan belajar dengan relatif bebas, untuk sama-sama mengejar kemajuan umat manusia.

Taliban bisa saja hanya mewajibkan perempuan menggunakan jilbab Muslim atau memaksa ruang kelas terpisah untuk anak laki-laki dan perempuan. 

Tapi tidak ada yang benar-benar tahu, setidaknya semua belum tahu kemana arah kebijakan Taliban nanti.

Salgy Baran dan keluarganya berniat maupun berencana segera untuk bergabung dengan eksodus warga Afghanistan, tetapi mereka khawatir tentang apa yang akan terjadi selanjutnya di masa depan.

“Saya punya tujuan saat berada di bawah pemerintahan sebelumnya, saya sudah merencanakan semuanya selama beberapa tahun,” katanya.

“Tapi di bawah pemerintahan ini, saya tidak bisa berkata apa-apa. Bahkan hari esok pun tidak pasti.”

 



Sumber : Kompas TV/Associated Press


BERITA LAINNYA



Close Ads x