Kompas TV internasional kompas dunia

Ekonomi Afghanistan di Bawah Taliban Makin Terseok, Devisa Ditahan AS dan Pinjaman di IMF Dibekukan

Kompas.tv - 25 Agustus 2021, 06:05 WIB
ekonomi-afghanistan-di-bawah-taliban-makin-terseok-devisa-ditahan-as-dan-pinjaman-di-imf-dibekukan
Taliban melintas di pasar tradisional Kabul, Afghanistan. ATM di seluruh kota kosong dan penukaran uang tidak tersedia di tengah ketidakpastian seputar nilai tukar dan ketakutan akan penjarahan, seperti dilaporkan Deutsche Welle, Selasa, (24/05/2021) (Sumber: CGTN)
Penulis : Edwin Shri Bimo | Editor : Vyara Lestari

Afghanistan, yang tidak punya cukup kapasitas dan kemampuan penyulingan minyak bumi menjadi bahan bakar, selama ini bergantung pada impor minyak dari Iran, Turkmenistan, dan Uzbekistan. Impor minyak dari Turkmenistan berhenti sebulan lalu karena situasi keamanan.

"Masalahnya adalah bank berhenti bekerja tiga hari lalu, jadi kami mungkin akan kembali ke uang tunai," kata seorang sumber.

Baca Juga: Direktur CIA Diam-Diam Temui Pemimpin Taliban di Kabul

Sejumlah pegawai kantor pemerintahan Afghanistan bergegas meninggalkan lokasi kerja mereka begitu mendengar kelompok pemberontak Taliban telah merangsek pinggiran kota Kabul pada Minggu (15/8/2021). (Sumber: EPA-EFE via The Straits Times)

Siapa kepala bank sentral Afghanistan yang baru?
Taliban menunjuk Haji Mohammad Idris sebagai penjabat gubernur bank sentral negara itu, Da Afghanistan Bank (DAB), untuk membantu perekonomian Afghanistan kembali berputar, yang sedang terseok-seok bahkan sebelum Taliban mengambil alih.

Muhammad Idris adalah pejabat Taliban yang tidak dikenal dan berasal dari provinsi utara Jawzjan. Idris dilaporkan mengerjakan bidang keuangan dengan pemimpin Taliban sebelumnya, Mullah Akhtar Mansoor.

Dilaporkan bahwa Idris tidak memiliki pelatihan keuangan formal, tetapi ia mengepalai komisi ekonomi Taliban.

"Ada banyak orang yang tidak dikenal dunia, tetapi mereka memegang posisi kunci dan memiliki kontribusi besar. Haji Idris termasuk di antara mereka," kata seorang pemimpin senior Taliban.

Pendahulu Idris, Ajmal Ahmady, yang melarikan diri dari negara itu sebelum Kabul jatuh ke tangan Taliban, memperingatkan krisis saat ini akan menyebabkan harga yang lebih tinggi dan afghani yang lebih lemah. Lulusan Harvard itu juga mengharapkan Taliban menggunakan kontrol modal untuk mencegah arus keluar.

Baca Juga: Konvoi Militer Taliban Kepung Garis Depan Panjshir, Pasukan Ahmad Massoud Bersiap

Bagaimana dengan bantuan luar negeri?
Pemberian bantuan untuk Afghanistan dibawah Taliban agak sedikit ruwet dan dilematis, walau Taliban meluncurkan kampanye hubungan masyarakat untuk menunjukkan wajah yang lebih moderat.

Sebagian besar anggaran pemerintah Afghanistan didanai oleh bantuan internasional. Tanpa ini, ekonomi negara itu akan runtuh.

“Taliban akan membutuhkan dana luar yang substansial kecuali mereka mundur ke apa yang mereka lakukan tahun 1996 hingga 2001, yang pada dasarnya menjalankan pemerintahan ke tingkat yang minimalis,” kata Michael McKinley, yang menjabat sebagai duta besar untuk Afghanistan pada 2015 dan 2016. Ia menambahkan, "Hidup dari perdagangan narkotika tidak memberi mereka jalan untuk tetap berkuasa."

Emran Feroz memperingatkan sanksi internasional apa pun akan "keliru" pada saat ini, karena sanksi hanya akan "menghukum seluruh penduduk secara kolektif dan dapat menyebabkan krisis lain."

"Afghanistan tidak dapat bertahan hidup tanpa bantuan asing," kata Emran kepada DW.

Uni Eropa mengatakan pada Selasa, mereka akan meningkatkan dukungan untuk warga Afghanistan yang masih berada di negara itu dan mereka yang melarikan diri menjadi lebih dari 200 juta euro atau setara 235 juta dollar dari awalnya senilai lebih dari 50 juta euro.

Uni Eropa mengatakan akan mencari jaminan keamanan di lapangan dan akan berkoordinasi dengan PBB untuk memastikan bantuan mencapai masyarakat yang paling rentan.

 

 




Sumber : Deutsche Welle


BERITA LAINNYA



Close Ads x