Kompas TV internasional kompas dunia

Wabah Penyakit dan Ibadah Haji Sepanjang Sejarah

Kompas.tv - 20 Juli 2021, 14:00 WIB
wabah-penyakit-dan-ibadah-haji-sepanjang-sejarah
Wabah, epidemi, dan pandemi kerap menghiasi ibadah haji di tanah suci Makkah sepanjang sejarah, seperti yang tercatat dalam buku Ibn Katsir Al-Bidayan wan Nihayah (Sumber: Arab News)
Penulis : Edwin Shri Bimo | Editor : Iman Firdaus

 

“Arab Saudi memiliki pengalaman yang luas dalam kesehatan masyarakat, terutama karena telah menampung jamaah dalam jumlah sangat besar selama musim haji dan umrah selama bertahun-tahun,” Dr. Wael Bajahmoom, konsultan penyakit menular dan kepala departemen penyakit dalam di Rumah Sakit King Fahd di Jeddah, seperti dilaporkan Arab News.

Sejarah Kerajaan telah melengkapi otoritas Saudi modern dengan pengalaman signifikan dalam mengelola keramaian dan mengendalikan penyakit.

Sebuah laporan yang baru-baru ini dikeluarkan oleh Lembaga Penelitian Haji dan Umrah menunjukkan penyakit menular masih merupakan ancaman nyata bagi musim haji saat ini.

Data tersebut menunjukkan antara 26 - 60,5 persen kasus yang dilaporkan pada musim haji sebelumnya adalah penyakit pernapasan seperti pilek dan pneumonia, sedangkan sisanya adalah penyakit pencernaan seperti flu usus, diare, dan meningitis.

Angka kematian akibat penyakit menular selama haji berkisar 1,08 - 13,67 persen, dengan rata-rata 7,1 persen.

Baca Juga: Air Mata Bahagia Tumpah Ketika Sekeluarga Terpilih Menunaikan Ibadah Haji

Tembok kuno sebuah bangunan di Jeddah, yang mencatat sejarah sangat panjang melayani jamaah haji dari seluruh penjuru bumi untuk menginap, istirahat, dan mengisi logistik sebelum meneruskan perjalanan ke Makkah dan Madinah. Banyak wabah yang masuk ke tanah suci lewat laut, selain lewat darat. (Sumber: UNESCO/Kingdom of Saudi Arabia)

Bajahmoom mencatat Arab Saudi mendukung kebijakan “mencegah lebih baik daripada mengobati,” yang terutama disorot dalam penanganan pandemi Covid-19 yang patut dicontoh, di mana pemerintah membatasi haji untuk jamaah haji lokal yang sudah memiliki imunitas terhadap Covid-19.

“Kerajaan sangat ingin menjaga keselamatan jamaah dan pengunjung ke tempat-tempat suci, dan salah satu dasar keselamatan adalah pencegahan, yaitu vaksinasi. Peran penting yang dimainkan vaksin dalam banyak krisis medis selama beberapa dekade tidak dapat disangkal,” tambah Bajahmoom.

Salah satu krisis tersebut adalah meningitis, yang sangat menular dalam persimpangan manusia seperti di tempat-tempat suci di Mekah. Vaksin sangat penting dalam membatasi penyebarannya.

Menurut Meningitis Research Foundation yang berbasis di Inggris, epidemi meningitis telah dikaitkan dengan ibadah haji, dengan infeksi meningitis terjadi di seluruh dunia setelah jamaah haji kembali ke negara mereka sendiri.

Sejak itu, Arab Saudi mewajibkan vaksinasi terhadap penyakit ini bagi jamaah yang masuk ke Arab Saudi selama haji dan umrah sejak 2002. Tidak ada infeksi yang dilaporkan sejak itu.

Baca Juga: Dulu Kerap Hukum Mereka yang Telat Menutup Toko, Arab Saudi Kini Izinkan Toko Buka Selama Jam Salat

Sejak kemarin, Sabtu, (17/07/2021), jamaah haji yang sudah tiba di Makkah langsung melaksanakan Tawaf Al-Qudum (Sumber: Saudi Press Agency)

Laporan Public Health Concerns 2019 oleh Kementerian Kesehatan Saudi, tahun di mana Arab Saudi menerima jamaah dari seluruh dunia untuk terakhir kalinya sebelum pandemi Covid-19 saat ini, menunjukkan vaksin meningitis wajib bagi semua orang di area haji; vaksin polio dan demam kuning diperlukan bagi jemaah haji dari negara tertentu; dan vaksin influenza musiman adalah opsional tetapi sangat dianjurkan.

Virus dan penyakit lain yang diperingatkan Kementerian Kesehatan Saudi termasuk demam berdarah, polio, tuberkulosis paru, demam berdarah termasuk Ebola dan demam Lassa, campak, virus Zika, virus yang ditularkan melalui darah, dan penyakit yang ditularkan melalui makanan dan air.

Bajahmoom menjelaskan daftar vaksin untuk jemaah haji ditentukan oleh faktor-faktor tertentu, seperti sifat penyebaran epidemi di suatu wilayah atau kehadirannya di dunia secara keseluruhan, dan faktor lingkungan yang akan memudahkan penyebaran penyakit tertentu seperti musim atau perubahan cuaca tertentu.

“Dengan merebaknya COVID-19 tahun ini, vaksin utama untuk musim haji ini adalah vaksin untuk melawan penyakit ini,” katanya.

Arab Saudi menghadapi berbagai epidemi dan wabah virus sejak meningitis. Pada tahun 2009, dengan penyebaran flu babi, Arab Saudi memutuskan untuk mencegah orang tua, anak-anak dan jamaah dengan penyakit kronis mengikuti ibadah haji tahun itu.

Selain itu, dengan eskalasi infeksi MERS tahun 2013, Arab Saudi mendesak umat Muslim lanjut usia dan sakit kronis untuk menahan diri dari melakukan haji, karena penyakit itu telah menewaskan puluhan orang di Saudi.

Selanjutnya, selama wabah Ebola di Afrika antara 2014 dan 2016, di mana 11.300 orang meninggal, Arab Saudi membuat rencana darurat khusus yang mencakup penempatan staf medis di bandara dan mendirikan unit isolasi karena hampir 3 juta Muslim dari seluruh dunia berbondong-bondong untuk melakukan haji.

Saudi juga menangguhkan visa haji untuk Guinea, Sierra Leone, dan Liberia - tiga negara yang paling parah terkena dampak Ebola.

Baca Juga: Semarak Pasar Domba di Arab Saudi Menjelang Iduladha, Ada Jual Hewan Kurban via Online

Masjidil Haram di Mekah, Arab Saudi. (Sumber: Wurzelgnohm/Wikipedia CC0)

Dengan merebaknya Covid-19 di awal tahun 2020 yang merenggut ribuan nyawa di seluruh dunia, puluhan pekerja mulai mensterilkan lantai Masjidil Haram di Makkah. Arab Saudi juga memutuskan untuk menangguhkan masuknya jemaah haji dan memberlakukan langkah-langkah kesehatan untuk melakukan umrah dan haji – sebuah keputusan yang disambut baik oleh Organisasi Kesehatan Dunia WHO.

“Arab Saudi memainkan peran utama dalam memerangi epidemi baik lokal maupun internasional,” kata Bajahmoom. “Kerja samanya dengan seluruh dunia tidak berhenti dengan pertukaran penelitian tetapi juga termasuk dukungan medis dan keuangan ke negara-negara tetangga, serta yang lebih jauh.”

Salah satu kontributor terpenting bagi penelitian ilmiah internasional adalah Ministry of Health’s Global Center for Mass Gatherings Medicine, yang bekerja bahu-membahu dengan WHO dalam pengelolaan kesehatan dari pertemuan massal dan dianggap sebagai salah satu dari sedikit pusat di dunia yang memiliki spesialisasi dalam area ini.

“Memiliki hampir dua tahun pengalaman mengendalikan Covid-19 di samping akumulasi pengalaman Kerajaan memberi kami kemampuan luar biasa untuk memerangi masalah kesehatan apa pun di masa depan,” kata Bajahmoom.

Ketika Arab Saudi mendekati kekebalan kelompok dalam beberapa bulan ke depan, Bajahmoom berharap Kerajaan akan segera menyambut kembali jamaah dari penjuru dunia.

“Pandemi ini hanyalah salah satu dari sekian banyak krisis yang kita hadapi, dan akan berlalu seiring waktu. Kami akan melihatnya sebagai kenangan yang akan membekali kami dengan kekuatan di masa depan.” tegas Bajahmoom



Sumber : Kompas TV/Arab News


BERITA LAINNYA



Close Ads x