Kompas TV internasional kompas dunia

Kenalkan Abdala, Vaksin Covid-19 Asli Kuba yang Diklaim Efektif, Pesaing Pfizer dan Moderna

Kompas.tv - 28 Juni 2021, 06:25 WIB
kenalkan-abdala-vaksin-covid-19-asli-kuba-yang-diklaim-efektif-pesaing-pfizer-dan-moderna
Otoritas Kesehatan Kuba hari Minggu (27/06/2021) menyatakan vaksin Covid-19 Abdala yang diteliti dan dikembangkan sendiri oleh pakar-pakar kesehatan Kuba dalam uji klinis terbukti 92,28% efektif melawan virus Corona, seperti dilansir Deutsche Welle, Minggu, (27/06/2021). (Sumber: Xinhua)
Penulis : Edwin Shri Bimo | Editor : Iman Firdaus

HAVANA, KOMPAS.TV - Otoritas Kesehatan Kuba hari Minggu (27/06/2021) menyatakan vaksin Covid-19 Abdala yang diteliti dan dikembangkan sendiri oleh pakar-pakar kesehatan Kuba dalam uji klinis terbukti 92,28 persen efektif melawan virus Corona, seperti dilansir Deutsche Welle, Minggu, (27/06/2021).

Menurut perusahaan bioteknologi yang dikelola negara, BioCubaFarma, Abdala terbukti 92,28 persen  efektif melawan Covid-19 dalam uji klinis. Hasil mengejutkan itu akan menempatkan Vaksin Abdala di deretan papan atas vaksin paling efektif bersama BioNTech-Pfizer dan Moderna.

Tepuk tangan meriah meledak di auditorium CIGB, Havana, minggu ini ketika hasil yang mengesankan itu diumumkan.

Istimewanya, Vaksin Abdalla bukanlah vaksin vektor, dan juga tidak bekerja dengan teknologi mRNA, melainkan apa yang disebut vaksin protein.

Itu berarti virus membawa sebagian spike protein yang digunakan virus untuk mengikat dirinya ke sel manusia. Ini merapat ke reseptor spike protein virus itu sendiri, sehingga memicu reaksi kekebalan tubuh. Para ilmuwan menggunakan ragi sebagai domain pengikat reseptor.

Abdala diberikan dalam tiga dosis, dengan interval selama dua minggu setiap suntikan vaksin. Berdasarkan rencana ambisius pemerintah Kuba, 70 persen dari populasi harus menerima suntikan mereka pada bulan Agustus.

Baca Juga: Ratusan Anak akan Terlibat Uji Vaksin Corona di Kuba

Bintang pengembangan vaksin mandiri Kuba ini salah satunya adalah Gerardo Enrique Guillen Nieto, direktur penelitian biomedis di Pusat Rekayasa Genetika dan Bioteknologi (CIGB) di Havana tempat Abdala dikembangkan. (Sumber: Television Cubana via Deutsche Welle)

Target itu berpacu dengan waktu karena jumlah infeksi baru di Kuba terus melonjak dengan lebih dari 2.000 kasus per hari. Hampir 1.200 orang telah meninggal karena Covid-19 di Kuba.

Program vaksinasi pemerintah Kuba diluncurkan pada pertengahan Mei dengan Abdala dan vaksin buatan sendiri yang kedua, Soberana 2, bahkan sebelum selesainya uji klinis fase ketiga.

Ini adalah vaksin pertama  sejak Kuba menolak mengimpor vaksin apa pun dari Rusia atau China.

Vaksin asli Kuba itu dinamai Abdala mengambil bait syair dramatis pahlawan kemerdekaan mereka, Jose Marti. Dalam syair itu, Abdala sang pahlawan muda berperang mempertahankan tanah air dengan penuh semangat tanpa takut musuh lebih kuat. 

Dari perspektif banyak orang Kuba, itu adalah nama yang sempurna untuk vaksin Covid-19 pertama yang dikembangkan di Amerika Latin.

Vaksin Abdala juga merupakan gambaran sempurna upaya Kuba menunjukkan mereka tidak dapat dipatahkan oleh virus mematikan dan blokade ekonomi 60 tahun oleh Amerika Serikat.

Bintang pengembangan vaksin mandiri Kuba ini salah satunya adalah Gerardo Enrique Guillen Nieto, direktur penelitian biomedis di Pusat Rekayasa Genetika dan Bioteknologi (CIGB) di Havana tempat Abdala dikembangkan.

Baca Juga: Kuba Segera Punya Pemimpin Baru, Raul Castro Serahkan Kekuasaan kepada Miguel Diaz-Canel Hari Senin

Program vaksinasi pemerintah Kuba diluncurkan pada pertengahan Mei dengan Abdala dan vaksin buatan sendiri yang kedua, Soberana 2, bahkan sebelum selesainya uji klinis fase ketiga. Hingga akhir minggu, 2,2 juta orang Kuba telah menerima vaksinasi pertama mereka, 1,7 juta kedua dan 900.000 dosis ketiga. (Sumber: AP Photo)

Kuba juga memutuskan tidak bergabung dengan inisiatif COVAX yang didukung PBB, "Kami tahu bahwa pada akhirnya kami selalu harus mengandalkan diri sendiri, pada kekuatan dan kemampuan kami sendiri," kata Guillen Nieto, menyinggung isolasi politik yang disebabkan oleh embargo AS.

"Hasilnya adalah sistem perawatan kesehatan yang tidak hanya bebas biaya tetapi juga dikendalikan secara terpusat, dan yang telah menyempurnakan kemampuan untuk merespons bencana dengan cepat, baik itu dengan uji klinis, dengan kampanye vaksinasi atau bahkan produksi vaksin."

Menurut Guillen Nieto, 2,2 juta orang Kuba telah menerima vaksinasi pertama mereka, 1,7 juta kedua dan 900.000 dosis ketiga.

Guillen Nieto mengandalkan kampanye vaksinasi untuk memberinya keunggulan atas semua negara lain di dunia dalam perang melawan virus.

"Di sini ada tingkat kepercayaan yang belum pernah terjadi sebelumnya pada sistem kesehatan Kuba. Misalnya, kami tidak pernah memiliki masalah dalam menemukan sukarelawan dalam hal uji klinis."

Di Kuba, orang sangat ingin divaksinasi. Tidak seorang pun di sini akan berpikir untuk tidak disuntik karena semua orang tahu betapa pentingnya vaksinasi.”

Sebuah panel ahli independen di Havana sekarang akan meneliti vaksin Abdala, dan persetujuan darurat resmi diharapkan dalam dua minggu ke depan. Setelah itu, Kuba juga dapat mengajukan permohonan ke Organisasi Kesehatan Dunia WHO mendapat persetujuan bagi vaksin Abdala untuk penggunaan internasional.

Bolivia, Jamaika, Venezuela, Argentina dan Meksiko telah mengisyaratkan minat mereka

Baca Juga: Kuba Segera Punya Pemimpin Baru, Raul Castro Serahkan Kekuasaan kepada Miguel Diaz-Canel Hari Senin

Raul Castro, sekretaris pertama Partai Komunis dan mantan presiden, melambai kepada anggota di sesi pembukaan Kongres VIII Partai Komunis Kuba, ketika Presiden Kuba Miguel Diaz-Canel, kanan, bertepuk tangan di Convention Palace, di Havana, Kuba, Jumat, 16 April 2021. (Sumber: Ariel Ley Royero/ACN via AP)

WHO berbagi optimisme
Tapi apakah Abdala benar-benar vaksin ajaib yang dijanjikan angka-angka itu? Mungkin Jose Moya adalah orang yang paling tepat untuk menilai ini.

Dokter asal Peru itu memulai karir sebagai ahli epidemiologi 30 tahun yang lalu di Ayacucho, dan kemudian bekerja untuk Doctors Without Borders di Guatemala, Mozambik dan Nigeria.

Selama dua tahun terakhir, Moya menjadi perwakilan di Kuba dari PAHO (Organisasi Kesehatan Pan Amerika), sebuah organisasi regional WHO dengan 27 negara dan, dia mempercayai hasil yang diraih Kuba.

"Institut Penelitian CIGB memiliki pengalaman 30 tahun dalam penelitian vaksin. Saya percaya hasil yang telah dipublikasikan. Ini adalah studi serius, dengan partisipasi para peneliti dan lembaga yang berkomitmen pada sains," kata Moya.

Bukti terbaik adalah fakta bahwa 80 persen dari semua vaksin Kuba diproduksi di negara itu sendiri, kata Moya.

Dia tidak terkejut dengan kemanjuran tinggi Abdala,  sebab itu hanyalah konsekuensi logis dari sistem perawatan kesehatan yang telah berkinerja baik selama beberapa dekade.

“Sudah, hasil yang dipublikasikan para ilmuwan menunjukkan respon yang baik dalam hal produksi antibodi,” katanya.

Presiden Kuba Miguel Díaz-Canel, bagaimanapun, tidak ingin berkutat pada penilaian ilmiah dari vaksin baru.Baginya, dorongan negara untuk mengejar solusi dalam negeri daripada mengimpor vaksin asing adalah kemenangan industri biotek Kuba.

"Keberhasilan ini hanya bisa dibandingkan dengan kebesaran pengorbanan kita. Ini adalah contoh kebanggaan sebuah negara memperlakukan industri farmasinya, yang telah hidup dengan embargo ekonomi AS sejak tahun 1962," katanya.




Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x