Kompas TV internasional kompas dunia

Tangisan Suster di Myanmar yang Berlutut Memohon kepada Polisi agar Demonstran Tidak Ditangkapi

Kompas.tv - 2 Maret 2021, 10:31 WIB
tangisan-suster-di-myanmar-yang-berlutut-memohon-kepada-polisi-agar-demonstran-tidak-ditangkapi
Suster di Myanmar yang menangis dan memohon kepada Polisi agar tidak menangkapi para demonstran. (Sumber: Twitter @CardinalMaungBo)
Penulis : Rizky L Pratama

NAYPYIDAW, KOMPAS.TV – Kejadian yang menyentuh hati terjadi di Myanmar ketika seorang suster yang berlutut di hadapan polisi memohon agar polisi tidak menangkapi para demonstran. Foto ini pun lalu viral di Twitter.

Foto ini pertama kali dibagikan oleh Uskup Agung Katolik Roma di Yangon, Myanmar, Kardinal Charles Maung Bo melalui akun Twitter-nya pada Mingu (28/2/2021).

Dalam ungggahannya, Maung Bo menyebut suster yang bernama Ann Nu Thawng itu berlutut di depan barisan polisi itu.

Baca Juga: Mencekam! Demo Antikudeta di Myanmar, 18 Orang Tewas

Suster Ann Nu Thawng yang sedang berlutut di hadapan barisan polisi Myanmar. (Sumber: Twitter @CardinalMaungBo)

Sambil menangis, suster Ann Nu Thawng ternyata memohon kepada polisi untuk tidak menangkap para pengunjuknya rasa.

Berkat aksi Ann Nu Thawng ini, Maung Bo mengatakan ada 100 pengunjuk rasa yang akhirnya tidak jadi ditangkap polisi.

“Hari ini (Minggu), kerusuhan parah melanda seluruh negeri. Polisi menangkap, memukuli, dan bahkan menembaki rakyat,” tulis Maung Bo.

Baca Juga: Utusan Untuk PBB: Junta Militer Myanmar Seperti Kelompok Teroris

“Dengan berurai air mata, suster Ann Nu Thawng memohon dan menghentikan polisi untuk berhenti menangkap para pengunjuk rasa,” imbuh Maung Bo.

Dilansir KompasTV dari KOMPAS.com, hari Minggu (28/2/2021) kemarin disebut sebagai hari paling berdarah dalam serentetan aksi protes menentang kudeta militer yang dilakukan 1 Februari 2021 yang melengserkan pemimpin de facto Aung San Suu Kyi.

Dalam tragedi itu, kantor Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melaporkan bahwa setidaknya 18 orang tewas dan 30 lainnya luka-luka saat sedang berdemo.

Baca Juga: Pemimpin Dunia Kutuk Tewasnya 18 Demonstran saat Unjuk Rasa Tolak Kudeta Myanmar

“Pasukan polisi dan militer menghadapi para pengunjuk rasa damai, menggunakan kekuatan mematikan dan kekuatan yang kurang mematikan – menurut informasi terpercaya yang diterima Kantor HAM PBB – menyebabkan sedikitnya 18 orang tewas dan lebih dari 30 terluka,” jelas kantor HAM PBB.

Dilansir Reuters, Junta militer mengatakan seorang anggota polisi juga tewas dalam kerusuhan tersebut.

Atas kejadian tersebut, dunia militer juga mengecam tindakan kekerasan yang dilakukan polisi Myanmar untuk membubarkan massa.

Baca Juga: Demonstrasi di Myanmar Semakin Panas, Polisi Tangkap Wartawan Media Asing

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres, melalui Juru Bicara PBB Stephane Dujarric pada Minggu, mengecam tindakan junta militer sebagaimana dilansir Al Jazeera.

"Penggunaan kekuatan mematikan terhadap pengunjuk rasa damai dan penangkapan sewenang-wenang tidak dapat diterima," kata Dujarric.

Selain itu, Kepala Diplomatik Uni Eropa Josep Borrell mengutuk tindakan keras yang diterapkan junta militer Myanmar terhadap demonstran sebagaimana dilansir AFP.

Baca Juga: Kudeta Myanmar: 18 Orang Tewas Akibat Brutalitas Aparat

Selain itu, Borrel mengonfirmasi bahwa blok tersebut akan memberikan sanksi terhadap junta militer Myanmar sebagai balasan atas tindakan keras mereka.

Sebelum mengunggah foro suster tersebut, Kardinal Charles Maung Bo pada 4 Februari 2021 di Twitter-nya juga mengunggah pernyataan resmi yang menolak kudeta militer tersebut.

“Anda (militer Myanmar) juga berjanji untuk mengadakan pemilu multipartai setelah satu tahun. Bagaimana Anda akan mendapatkan kepercayaan dari rakyat?” tulis Maung Bo.

Baca Juga: Junta Militer Pecat Duta Besar Myanmar untuk PBB yang Mengutuk Kudeta

Dia menambahkan rakyat hanya bisa percaya jika janji-janji yang ada diimbangi dengan tindakan yang tulus.

“Kedamaian bisa dicapai. Kedamaian adalah satu-satunya jalan. Demokrasi adalah satu-satunya cahaya yang menuntuk ke jalan itu,” imbuh Maung Bo.

Sebelumnya, kerusuhan yang terjadi di Myanmar pada Minggu (28/2/2021) kemarin menewaskan 18 orang dan 30 orang lain terluka saat berunjuk rasa menolak kudeta Militer.

Para korban tewas tersebar di berbagai wilayah seperti Yangon, Dawei, Mandalay, Myeik, Bago dan Pokokku.




Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x