Kompas TV internasional kompas dunia

PBB Setujui Vaksin AstraZaneca, Benarkah Negara Miskin Jadi Prioritas Penerima Vaksin?

Kompas.tv - 16 Februari 2021, 07:20 WIB
pbb-setujui-vaksin-astrazaneca-benarkah-negara-miskin-jadi-prioritas-penerima-vaksin
Seorang perawat Maroko memberikan vaksin Covid-19 buatan Oxford AstraZeneca kepada seorang petugas kesehatan, di Rumah Sakit Cheikh Khalifa di Casablanca, Maroko, Sabtu 20 Januari 2021. Organisasi Kesehatan Dunia pada Senin 15 Februari 2021, memberikan otorisasi darurat untuk vaksin virus corona yang dibuat oleh AstraZeneca. (Sumber: AP / Abdeljalil Bounhar)
Penulis : Tussie Ayu

TORONTO, KOMPAS.TV - Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) telah memberikan otorisasi darurat untuk penggunaan vaksin virus corona AstraZeneca. Otorisasi ini akan memungkinkan dikirimkannya ratusan juta dosis vaksin ke negara-negara yang telah mendaftar untuk upaya COVAX yang didukung PBB.

COVAX merupakan program yang bertujuan untuk mengirimkan vaksin kepada negara-negara paling rentan di dunia. Namun benarkah pengiriman vaksin akan diprioritaskan pada negara-negara miskin?

WHO dan mitranya, termasuk aliansi vaksin GAVI, belum menyebutkan negara mana yang akan menerima vaksin pertama dari COVAX. Namun seperti dikutip dari the Associated Press, rencana awal menunjukkan beberapa negara kaya yang telah menandatangani kesepakatan vaksin dengan produsen swasta, juga akan menerima vaksin awal dari COVAX.

Beberapa ahli kesehatan masyarakat menyebut kebijakan itu "sangat bermasalah".

“Kanada telah memesan dosis yang cukup untuk memasok vaksin lima kali lipat dari populasi mereka dan sekarang mereka ingin menerima bagian dosis dari COVAX, yang (seharusnya) diberikan kepada negara-negara miskin,” kata Anna Marriott, pimpinan kebijakan kesehatan untuk Oxfam International.

Kepala ilmuwan WHO Dr. Soumya Swaminathan mengatakan negara-negara kaya yang telah mendaftar untuk menerima vaksin dari COVAX tidak akan ditolak permintaannya.

“Fasilitas COVAX tidak akan menghukum negara,” katanya awal Februari.

Setelah menjanjikan lebih dari AS$ 400 juta untuk COVAX tahun lalu, Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau mengatakan bahwa negaranya selalu berniat untuk mendapatkan vaksin melalui COVAX.

Marriott mengatakan negara-negara kaya yang berencana untuk mengambil vaksin dari COVAX harus mempertimbangkan kembali niat mereka. Negara kaya harus mengingat seruan mereka sebelumnya tentang tujuan utama program ini, yaitu akses yang sama bagi vaksin, baik untuk negara kaya atau miskin.

“Sepertinya sangat munafik,” katanya. "Negara-negara kaya yang memiliki persediaan mereka sendiri harus melakukan tindakan yang benar dan tidak mengambil vaksin dari negara-negara yang benar-benar berada dalam situasi yang mengerikan,” tambahnya.

Sebelumnya, dalam sebuah pernyataan pada Senin (15/2/2021), WHO mengatakan telah memberikan persetujuan untuk vaksin AstraZeneca yang dibuat oleh Serum Institute of India dan AstraZeneca-SKBio yang dibuat di Korea Selatan.

Baca Juga: Brasil Setujui Penggunaan Sinovac dan AstraZaneca, Tolak Penggunaan Sputnik V

Lampu hijau WHO untuk vaksin AstraZeneca merupakan yang kedua yang dikeluarkan, setelah mengesahkan penggunaan vaksin Pfizer-BioNTech pada bulan Desember. Pengumuman ini akan memungkinkan dikirimkannya ratusan juta dosis vaksin ke negara-negara yang telah mendaftar untuk upaya COVAX yang didukung PBB. COVAX merupakan program yang bertujuan untuk mengirimkan vaksin kepada negara-negara paling rentan di dunia.

“Negara-negara yang tidak memiliki akses ke vaksin hingga saat ini, akhirnya dapat mulai memvaksinasi petugas kesehatan dan populasi yang berisiko,” kata Dr Mariângela Simão, Asisten Direktur Jenderal WHO untuk Akses ke Obat dan Produk Kesehatan, seperti dikutip dari the Associated Press.

Pandemi virus corona telah menginfeksi sekitar 109 juta orang di seluruh dunia dan menewaskan sedikitnya 2,4 juta di antaranya. Namun banyak negara-negara miskin di dunia yang belum memulai program vaksinasi. Sedangkan negara-negara kaya harus menghadapi kekurangan dosis vaksin karena produsen masih berjuang untuk meningkatkan produksi.

Baca Juga: Rusia dan AstraZaneca Tandatangani Kerjasama Pembuatan Vaksin Covid-19

Vaksin AstraZeneca telah disahkan di lebih dari 50 negara, termasuk Inggris, India, Argentina, dan Meksiko. Vaksin ini lebih murah dan lebih mudah digunakan daripada vaksin Pfizer-BioNTech, yang membutuhkan penyimpanan dingin. Penyimpanan dingin tidak tersebar luas di banyak negara berkembang.

Kedua vaksin tersebut membutuhkan dua kali dosis suntikan per orang, selama selang beberapa minggu.

Pekan lalu, pakar vaksin WHO merekomendasikan penggunaan vaksin AstraZeneca untuk orang berusia di atas 18 tahun, termasuk di negara-negara yang sudah mendeteksi varian baru Covid-19, seperti varian Inggris dan Afrika Selatan yang lebih menular.

Baca Juga: Indonesia Batal Beli Vaksin AstraZaneca, Airlangga: Kita Belum Putuskan



Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x