Kompas TV internasional kompas dunia

Pengunjuk Rasa Beragam Lapisan Sosial Myanmar Turun ke Jalan Besar-Besaran Abaikan Larangan Militer

Kompas.tv - 11 Februari 2021, 05:45 WIB
pengunjuk-rasa-beragam-lapisan-sosial-myanmar-turun-ke-jalan-besar-besaran-abaikan-larangan-militer
Demonstran meneriakkan slogan-slogan yang menyerukan pembebasan pemimpin nasional Aung San Suu Kyi yang ditahan di Yangon, Myanmar, Rabu, 10 Februari 2021. Para pengunjuk rasa terus berkumpul Rabu pagi di Yangon melanggar keputusan penguasa militer baru Myanmar yang secara efektif melarang protes publik damai di dua kota terbesar di negara itu. (Sumber: AP Photo)
Penulis : Edwin Shri Bimo

 

Di Naypyitaw dan Mandalay pada hari Selasa, polisi menyemprotkan kanon air dan melepaskan tembakan peringatan untuk membubarkan pengunjuk rasa.

 

Di Naypyidaw, polisi menembakkan peluru karet dan tampaknya peluru tajam, melukai seorang pengunjuk rasa wanita, menurut saksi mata dan rekaman di media sosial.

Laporan tersebut tidak dapat dikonfirmasi secara independen. Human Rights Watch mengutip seorang dokter di rumah sakit Naypyitaw yang mengatakan wanita itu dalam kondisi kritis.

Dokter mengatakan wanita itu memiliki proyektil yang bersarang di kepalanya, diyakini sebagai peluru yang menembus bagian belakang telinga kanan, dan telah kehilangan fungsi otak yang signifikan.

Baca Juga: Terdengar Suara Tembakan, Beberapa Pengunjuk Rasa di Myanmar Terluka Saat Unjuk Rasa

Kaum mahasiswi turun ke jalan menentang junta militer Myanmar. Demonstran meneriakkan slogan-slogan yang menyerukan pembebasan pemimpin nasional Aung San Suu Kyi yang ditahan di Yangon, Myanmar, Rabu, 10 Februari 2021. Para pengunjuk rasa terus berkumpul Rabu pagi di Yangon melanggar keputusan penguasa militer baru Myanmar yang secara efektif melarang protes publik damai di dua kota terbesar di negara itu. (Sumber: AP Photo)

Dokter mengatakan seorang pria juga telah dirawat dengan luka di tubuh bagian atas yang mirip dengan peluru tajam.

Jaringan televisi negara MRTV, dalam salah satu dari sedikit laporannya tentang protes tersebut, pada Selasa malam menyiarkan berita yang menunjukkan para pengunjuk rasa adalah pihak yang bertanggung jawab atas kekerasan tersebut.

Tidak ada insiden besar yang terpantau pada unjuk rasa besar hari Rabu di Mandalay. Pengguna media sosial mengatakan 82 orang yang ditangkap sudah dibebaskan aparat kepolisian.

Pengunjuk rasa yang turun ke jalan sangat beragam dan mencerminkan banyak lapisan masyarakat Myanmar. Terlihat mahasiswa kedokteran, tenaga kesehatan, pengacara, biksu budda, kelompok pecinta binaraga, ikut turun ke jalan.

Baca Juga: Protes di Myanmar Kian Marak, Junta Militer Berlakukan Aturan Pembatasan Baru

Kaum ibu-ibu berdiri di pinggirjalan mendukung aski yang menentang junta militer Myanmar. Demonstran meneriakkan slogan-slogan yang menyerukan pembebasan pemimpin nasional Aung San Suu Kyi yang ditahan di Yangon, Myanmar, Rabu, 10 Februari 2021. Para pengunjuk rasa terus berkumpul Rabu pagi di Yangon melanggar keputusan penguasa militer baru Myanmar yang secara efektif melarang protes publik damai di dua kota terbesar di negara itu. (Sumber: AP Photo)

Sosial media, walau begitu, didominasi gambar pengunjuk rasa dari kaum pecinta binaraga, atau anak gym, yang berpawai di Mandalay menentang junta militer

Selain itu ada serombongan besar perempuan muda yang turun ke jalan, mengenakan gaun pengantin, yang tampak lebih cocok di pelaminan.

Hari Selasa malam, militer menggeledah markas partai NLD yang dipimpin Suu Kyi, yang asalnya akan memerintah lima tahun ke depan berdasarkan hasil pemilu November kemarin namun dikudeta oleh militer.

Juru bicara partai NLD, Kyi Toe, di Facebook menulis militer masuk dan menggeledah kantor pusat NLD di Yangon dan sebuah kantor lain, membawa dokumen dan computer. Hari Rabu, kantor itu terlihat berantakan dan acak-acakan.




Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x