Kompas TV internasional kompas dunia

Wolf Moon, Fenomena Langit Tersisa di Akhir Januari 2021

Kompas.tv - 28 Januari 2021, 10:14 WIB
wolf-moon-fenomena-langit-tersisa-di-akhir-januari-2021
ilustrasi bulan purnama (Sumber: Thinkstockphotos via Kompas.com)
Penulis : Gading Persada

JAKARTA,KOMPAS.TV- Sejumlah fenomena langit nampak sepanjang Januari 2021, mulai hujan meteor hingga berbagai peristiwa konjungsi.

Tapi masih ada fenomena yang tersisa yakni munculnya Bulan Purnama Wolf Moon pada Kamis malam (28/1/2021).

Bulan Purnama Wolf Moon  atau Bulan Purnama Serigala diambilkan berdasarkan kalender Almanak Tua petani-petani di Amerika Serikat.

Disarikan dari berbagai sumber, Bulan Purnama Wolf Moon muncul pada hari ini Kamis, 28 Januari 2021.

Selain disebut Wolf Moon, bulan purnama ini juga mendapat julukan Old Moon dan Moon after Yule.

Baca Juga: Cantik! Ini Penampakan Bulan Purnama di Tiongkok

Pada bulan ini, Bulan akan bersinar dekat dengan rasi Gemini atau Cancer.

Sebelumnya, sejumlah fenomena langit sudah nampak di awal tahun 2021 ini.
Diawali pertunjukan hujan meteor Quadrantid di langit dari tanggal 28 Desember 2020-12 Januari 2021. Dengan puncaknya terjadi pada 3 - 4 Januari 2021.

Hujan meteor ini disaksikan di arah rasi Bootes yang terbit pukul 02:43 WIB di arah timur laut. 

Bulan cembung yang terbit pukul 21:48 WIB jadi polusi cahaya alami dalam perburuan meteor Quadrantid.

Hujan meteor Quadrantid berasal dari puing-puing Komet Wirtanen saat berpapasan dengan Bumi pada tahun 1974. 

Melansir Space, nama Quandratid diberikan karena hujan meteor ini dulu dapat diamati di arah rasi Mural Quandrant. Tapi, rasi itu saat ini sudah tak lagi digunakan. 

Baca Juga: Jumat Pagi, Bulan Purnama Muncul Tepat di Atas Ka'bah

Konstelasi nama rasi ini pertama kali digunakan pada 1795 yang berada antara rasi Bootes dan Draco.

Saat ini nama rasi itu tak terdaftar pada daftar Persatuan Astronomi Internasional, seperti dilaporkan CNN. 

Berbeda dengan hujan meteor lainnya, intensitas maksimum hujan meteor Quadrantid hanya terjadi beberapa jam.

Saat malam puncak, pengamat bisa menikmati setidaknya 110 meteor per jam yang bergerak dengan kecepatan 41 km/detik.

Akan tetapi, bagi pengamat di belahan Bumi Selatan, hujan meteor Quadrantid tidak sebaik pengamat di Utara dan banyaknya meteor yang bisa dinikmati juga lebih sedikit, seperti dikutip dari Langit Selatan. 

Konjungsi Bulan dan Venus

Fenomena langit berikutnya yang sudah terjadi yakni bulan sabit tua akan berdekatan dengan Venus sebelum fajar menyingsing pada 12 Januari 2021 lalu.

Venus terbit lebih dahulu pada pukul 04:28 WIB disusul Bulan sabit pukul 04:32 WIB.

Keduanya hanya terpisah 1,48 derajat dan berada pada ketinggian 13 derajat dari ufuk ketika Matahari terbit.

Keduanya mudah terlihat pada pagi hari menjelang Matahari terbit. 

Baca Juga: NASA Siapkan Astronot Perempuan Pertama yang Akan Menginjakkan Kaki di Bulan

Puncak hujan meteor Gamma-Ursae Minorid

Hujan meteor Gamma-Ursae Minorid aktif pada 15-25Januari 2021.

Puncak hujan ini berlangsung pada 20 Januari pukul 05:00 WIB. Sehingga pemandangan terbaik untuk menyaksikan hujan ini sebelum fajar.

Seperti namanya, hujan meteor ini bisa terlihat di rasi bintang Ursa Minor.

Dari Jakarta, hujan meteor ini terlihat pada dini hari sekitar pukul 02:11 WIB di arah horizon timur. Hujan meteor akan terus aktif hingga fajar menjelang pukul 05:30 WIB, seperti dilansir In The Sky. 

Konjungsi Bulan-Mars

Berikutnya pada 21 Januari 2021, bulan berkonjungsi dengan Mars dan diamati setelah Matahari terbenam sampai tengah malam.

Keduanya berada pada ketinggian 67 derajat saat Matahari terbenam di ufuk barat. 

Bulan berada 4,5 derajat di selatan Mars dan diamati sampai kisaran pukul 23:57 WIB saat keduanya mulai menghilang di horison.

Baca Juga: Kreasi Kuliner dengan Teknik Gastronomi Molekuler

Konjungsi Mars-Uranus

Hari berikutnya pada 22 Januari 2021 

Arah barat daya dihiasi dengan konjungsi Mars-Uranus pada tanggal tersebut selepas senja. Keduanya bisa dilihat di arah 7 derajat barat daya.

Mars pun terlihat lebih cerah dibanding Uranus yang jauh lebih redup.

Uranus bakal terpisah 1,6 derakat atau seukuran ibu jari pengamat dari Mars.

 




Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x