Kompas TV internasional kompas dunia

Corona Melonjak, PM Suga Tidak Terapkan Keadaan Darurat & Promosi Wisata Tetap Jalan

Kompas.tv - 21 November 2020, 09:50 WIB
corona-melonjak-pm-suga-tidak-terapkan-keadaan-darurat-promosi-wisata-tetap-jalan
Pusat perbelanjaan di Musashi Koyama Tokyo Jepang. (Sumber: Andylala)
Penulis : Dian Septina

TOKYO, KOMPAS.TV - Ditengah melonjaknya angka penularan infeksi Virus Corona, Pemerintah Jepang tetap akan melanjutkan kampanye promosi wisata domestik.

Dikutip dari Kyodo News, Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga  pada hari Jumat (20/11/2020) mengatakan,  kampanye promosi pariwisata domestik yang diberi nama 'Go to Travel' ini adalah untuk menopang perekonomian Jepang di tengah Pandemi Virus Corona.

Hal ini tetap dilakukan  meski ada permintaan dari dokter dan tenaga medis untuk menangguhkan program subsidi itu di  tengah kebangkitan kembali infeksi virus Corona di Jepang.

"Kami berada dalam situasi di mana kehati-hatian maksimum diperlukan. Kami telah meninjau program tersebut dengan mendengarkan pendapat para ahli dan bisnis yang terlibat. Kami akan terus menjalankannya dengan tepat," kata Yoshihide Suga di parlemen.  

Sementara itu, Menteri Revitalisasi Ekonomi Jepang Toshio Nakagawa yang bertanggung jawab atas tanggapan virus corona pemerintah, kepada wartawan setelah menerima mengatakan, pemerintah belum berencana menyatakan keadaan darurat terkait kembali melonjaknya penularan Virus Corona.

"Kami akan mengambil langkah-langkah kuat pada tahap ini untuk menghindari pernyataan keadaan darurat," kata Yasutoshi Nishimura.

Satuan tugas Virus Corona mengusulkan agar pemerintah pusat dan daerah mempertimbangkan untuk mempersingkat jam buka restoran dan juga meninjau kampanye 'Go to Travel' selama tiga minggu ke depan di daerah-daerah di mana infeksi menyebar dengan cepat.

Program subsidi 'Go to Travel',  secara efektif menutupi setengah dari pengeluaran wisatawan, diluncurkan pada akhir Juli untuk mendukung industri pariwisata setelah terkena dampak pandemi yang parah.

Sejauh ini, sekitar 40 juta perjalanan telah tercakup oleh skema tersebut dengan 176 pengguna ditemukan telah terinfeksi virus, menurut pemerintah.

Toshio Nakagawa, Kepala Asosiasi Medis Jepang, mengatakan meskipun tidak ada bukti konkret yang menunjukkan bahwa program tersebut bertanggung jawab atas lonjakan kasus virus corona baru-baru ini di negara tersebut.



Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x