Kompas TV internasional kompas dunia

Kamala Harris, Perempuan Kulit Hitam dan Asia Selatan Pertama yang Jadi Wapres AS

Kompas.tv - 8 November 2020, 02:17 WIB
kamala-harris-perempuan-kulit-hitam-dan-asia-selatan-pertama-yang-jadi-wapres-as
Kamala Harris menorehkan sejarah sebagai perempuan kulit hitam pertama yang terpilih sebagai Wakil Presiden AS, Sabtu (7/11) waktu setempat. (Sumber: AP Photo / Tony Avelar)
Penulis : Vyara Lestari

WASHINGTON, KOMPAS.TV – Kamala Harris (56) menorehkan sejarah sebagai perempuan kulit hitam pertama yang menjadi wakil presiden (wapres) Amerika Serikat (AS) terpilih, Sabtu (7/11) waktu setempat. Terpilihnya Harris menghancurkan stigma bahwa hanya kaum laki-laki yang sebagian besar didominasi kulit putih yang bisa bercokol di level tertinggi politik AS selama lebih dari dua abad.  

Harris yang juga menjadi orang pertama keturunan Asia Selatan yang menjadi wapres AS terpilih ini mewakili multi kulturalisme yang mendefinisikan AS, namun sebagian besar tidak terwakili dalam pusat-pusat kekuasan di Washington. Identitasnya sebagai perempuan kulit hitam memudahkannya berbicara secara personal tentang kebrutalan polisi dan rasisme sistemik yang terjadi di AS. Sebagai perempuan berposisi tertinggi yang pernah terpilih dalam pemerintahan AS, kemenangan Harris memberi harapan bagi kaum perempuan yang terpukul oleh kekalahan Hillary Clinton pada pilpres AS empat tahun silam.  

Baca Juga: Debat Cawapres AS: Harris Tuding Penanganan Corona Rezim Trump Sebagai Kegagalan Terbesar

Harris telah menjadi bintang baru dalam politik Demokrat selama dua dekade belakangan. Ia sempat menjabat sebagai  jaksa wilayah San Fransisco dan jaksa agung California sebelum menjadi senator AS. Usai Harris mengakhiri kampanye presiden 2020 –nya sendiri, Joe Biden (77) menunjuknya sebagai pasangannya. Mereka akan dilantik sebagai presiden dan wakil presiden pada 20 Januari 2021.

Kamala Harris dan Joe Biden. (Sumber: AP Photo / Carolyn Kaster)

Pemilihan pasangan Biden ini menambah makna, karena Biden akan menjadi presiden AS tertua yang pernah dilantik, pada usia 78 tahun, dan belum berkomitmen untuk mencari masa jabatan kedua pada 2024.

Perempuan Kulit Hitam dalam Dunia Politik AS

Dalam kampanyenya, Harris kerap menyebut bahwa pencalonannya merupakan bagian dari warisan para perempuan kulit hitam pionir yang kerap diremehkan sebelum dia, termasuk pendidik Mary McLeod Bethune, aktivis hak sipil Fannie Lou Hamer dan Shirley Chisholm, kandidat presiden perempuan kulit hitam pertama dari Partai Republik di tahun 1972.

Terlepas dari luapan kegembiraan atas kemenangan Harris, dia dan Biden menghadapi beragam tantangan terjal, termasuk tensi rasial yang kian memanas di tengah pandemi yang telah menelan banyak korban jiwa dan pembunuhan polisi terhadap warga kulit hitam AS. Pekerjaan Harris di masa lalu sebagai jaksa penuntut telah memicu rasa skeptis di kalangan para pemilih muda dan progresif yang mengharapkannya mendukung perubahan kelembagaan atas reformasi bertahap di tubuh kepolisian, kebijakan narkoba, dan hal lainnya.

Baca Juga: Perayaan Kemerdekaan Amerika Serikat: Presiden Trump dan Rasisme

Harris adalah perempuan kulit hitam kedua yang terpilih di jajaran Senat pemerintahan AS. Rekannya, Senator Cory Booker, yang juga berkulit hitam, mengatakan, kehadiran Harris membuat institusinya jadi lebih mudah diakses oleh lebih banyak orang. Booker juga menyebut hal yang sama atas keberhasilan Harris menjadi wapres AS terpilih.

Warga desa Painganadu, Tamil Nadu, India, menempel poster Kamala Harris dan bersiap merayakan kemenangan Harris jika ia menang, Jumat (6/11). (Sumber: AP Photo / Aijaz Rahi)

Darah India dan Wakil Berbagai Ras di AS

Harris dilahirkan tahun 1964 dari orang tua yang aktif terlibat dalam gerakan hak-hak sipil. Shyamala Gopalan dari India dan Donald Harris dari Jamaica bertemu di Universitas California, Berkeley yang kemudian menjadi sarang aktivisme di tahun 1960an. Keduanya bercerai saat Harris dan saudara perempuannya masih kecil. Harris lalu dibesarkan oleh mendiang ibunya, yang disebut Harris sebagai sosok paling berpengaruh dalam hidupnya.

Dalam bahasa Sansekerta, Kamala berarti bunga lotus, dan sepanjang masa kampanye, Harris tidak menyembunyikan warisan darah Indianya. Saat Senator Georgia David Perdue mengejek namanya dalam kampanye bulan lalu, tagar #MyNameIs muncul di Twitter, dan cuitan warga Asia Selatan memenuhi linimasa Twitter yang membagikan arti nama mereka.

Baca Juga: Serang Kamala Harris, Donald Trump: Sosialis Tak Bisa Jadi Presiden, Apalagi Wanita

Ejekan atas namanya dari kaum Republik, termasuk Trump, hanya satu dari banyak serangan yang dihadapi Harris. Terlepas dari sosoknya yang netral, Trump dan sekutunya mencap Harris sebagai sosialis radikal, sebuah upaya untuk menciptakan ketidaknyamanan atas prospek kepemimpinan seorang perempuan kulit hitam. Harris menjadi target penyebaran misinformasi daring yang diwarnai rasisme dan seksisme untuk menjegal langkahnya sebagai presiden.

Kamala Harris. (Sumber: AP Photo / Justin Sullivan)

Anggota Kongres dari Washington Pramila Jayapal mengatakan, kekuatan Harris tidak hanya berasal dari pengalaman-pengalaman hidupnya, tapi juga orang-orang yang sudah ia wakili. California merupakan negara bagian terpadat dengan warga yang beragam, hampir 40% warganya orang Latin dan 15% orang Asia. Di Kongres, Harris dan Jayapal bekerja sama merancang undang-undang untuk memastikan perwakilan hukum bagi kaum muslim yang menjadi target larangan bepergian Trump di tahun 2017, juga memberikan hak bagi para pekerja rumah tangga.

“Itulah jenis kebijakan yang terjadi ketika Anda memiliki suara seperti kami,” ucap Jayapal, yang di tahun 2016 menjadi perempuan Asia Selatan pertama yang terpilih sebagai anggota DPR AS, disusul Harris di tahun yang sama.

Harris, Kebanggaan Perempuan Lintas Ras

Ibunda Harris membesarkan kedua putrinya dengan pemahaman bahwa dunia akan tetap memandang mereka sebagai perempuan kulit hitam, kata Harris, dan begitulah ia menggambarkan dirinya saat ini.

Harris menimba ilmu di Universitas Howard, salah satu institusi pendidikan kaum kulit hitam, dan bergabung dalam Alpha Kappa Alpha, persaudaraan pertama yang dibuat oleh dan untuk perempuan kulit hitam. Ia berkampanye secara teratur di HBCU dan menyemangati para lelaki dan perempuan muda kulit hitam dalam upaya membongkar rasisme sistemik.

Kemenangannya dapat mendorong lebih banyak perempuan kulit hitam dan berwarna untuk terjun ke dalam dunia politik.

Walikota San Fransisco London Breed, yang menganggap Harris sebagai mentor, memandang kesuksesan Harris dari kacamata identitasnya sebagai cucu seorang petani bagi hasil.

“Posisi orang Afrika Amerika tidak lepas jauh dari perbudakan dan rasisme di negara ini, dan hingga kini kami masih merasakan dampaknya dari cara kami diperlakukan dan apa yang tengah terjadi dalam huru-hara rasial ini,” katanya. Breed menambahkan, “Pencalonan Harris menanamkan kebanggaan dan harapan, juga kegembiraan tentang apa yang mungkin.”

Kamala Harris bersama suaminya, Douglas Emhoff. (Sumber: AP Photo / Patrick Semansky)

Harris menikahi seorang Yahudi, Douglas Emhoff, yang anak-anak dari pernikahan terdahulunya memanggil Harris dengan sebutan ‘Momala’. Luapan kegembiraan atas pencalonannya menyebar ke seluruh perempuan lintas ras.



Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x