Kompas TV internasional kompas dunia

Konflik Erdogan dan Macron Turut Membuat Hubungan Turki dan Uni Eropa Menjadi Panas

Kompas.tv - 27 Oktober 2020, 03:08 WIB
konflik-erdogan-dan-macron-turut-membuat-hubungan-turki-dan-uni-eropa-menjadi-panas
Sekelompok pengunjuk rasa meneriakkan protes antiPrancis di Istanbul, Turki, Minggu (25/10/2020). (Sumber: Associated Press)
Penulis : Tussie Ayu

Baca Juga: Kaum Muslim Serukan Boikot Produk Prancis

Pada pertemuan puncak awal bulan ini, negara-negara anggota Uni Eropa setuju untuk meninjau perilaku Turki pada bulan Desember mendatang.

Mereka mengancam akan menjatuhkan sanksi jika "provokasi" Erdogan tidak berhenti, kata sebuah pernyataan dewan seperti dilansir dari the Associated Press.

Juru bicara Uni Eropa Peter Stano mengatakan pada hari Senin bahwa Uni Eropa akan mendiskusikan tindakan yang akan mereka lakukan kepada Turki.

"Kami jelas mengharapkan perubahan dalam tindakan dan deklarasi dari pihak Turki," kata Stano dalam sebuah konferensi pers.

Dia mengatakan akan ada banyak diskusi untuk melihat apakah mereka masih akan menunggu atau mengambil tindakan pada Turki lebih awal.

Baca Juga: Macron Dianggap Hina Islam, Petinggi Negara Muslim Mengecam

Beberapa pemimpin negara anggota Uni Eropa berkumpul di sekitar Prancis dalam perselisihan Macron dengan Erdogan.

Perdana Menteri Belanda Mark Rutte mengatakan negaranya berdiri bersama Prancis untuk kebebasan berbicara dan melawan ekstremisme dan radikalisme.

Menteri Luar Negeri Jerman Heiko Maas menggambarkan penghinaan Erdogan terhadap Macron sebagai poin baru di titik yang rendah.

Dia menekankan solidaritas Jerman dengan Prancis dalam perang melawan ekstremis Islam.

Di Yunani, Presiden Katerina Sakellaropoulou mengatakan retorika Erdogan memicu fanatisme agama dan intoleransi atas nama benturan peradaban dan tidak dapat ditoleransi.

Presiden Siprus Nicos Anastasiades mengatakan pernyataan Erdogan menggunakan frasa dan karakterisasi yang tidak dapat diterima dalam praktik dan diplomasi internasional.

"Serangan terhadap Presiden Prancis oleh seorang pemimpin negara kandidat untuk masuk ke Uni Eropa adalah penghinaan terhadap nilai-nilai dan prinsip-prinsip Eropa," kata Anastasiades.

Namun, Stano bersikeras bahwa Turki tetap menjadi "mitra yang sangat penting" bagi blok 27 negara dan bahwa tidak ada yang akan mendapat keuntungan dari konfrontasi ini.

Turki saat ini masih dalam tahap negosiasi untuk bergabung dengan Uni Eropa. Proses ini telah berlangsung sejak tahun 2005 tetapi terhenti dalam beberapa tahun terakhir.

Turki adalah mitra dagang terbesar kelima Uni Eropa dan blok itu bergantung pada Ankara untuk menghentikan migran memasuki Uni Eropa melalui perbatasannya dengan Yunani dan Bulgaria.



Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x