Kompas TV entertainment film

Angkat Isu Kekerasan Seksual, 'Penyalin Cahaya' jadi Film Panjang Pertama Wregas Bhanuteja

Kompas.tv - 12 Agustus 2021, 14:02 WIB
angkat-isu-kekerasan-seksual-penyalin-cahaya-jadi-film-panjang-pertama-wregas-bhanuteja
Penyalin Cahaya, film panjang pertama Wegas Bhanuteja. (Sumber: Instagram/@ wregas_bhanuteja)
Penulis : Aryo Sumbogo | Editor : Gading Persada

JAKARTA, KOMPAS.TV - Sutradara muda Indonesia, Wregas Bhanuteja, baru saja mengumumkan film panjang pertamanya yang berjudul Penyalin Cahaya.

Film yang digarap bersama Rekata Studio dan Kaninga Pictures tersebut mengangkat cerita dengan isu utamanya yakni kekerasan seksual.

Lewat 'Penyalin Cahaya', Wregas hendak menyuarakan perlawanan ketidakadilan di dalam masyarakat terhadap penyintas kekerasan seksual.

"Latar belakang yang paling kuat dalam membuat 'Penyalin Cahaya' adalah banyaknya kejadian dari para penyintas kekerasan seksual yang mendapat ketidakadilan," ujar Wregas dalam siaran persnya, Selasa (10/8/2021).

Baca Juga: Seputar Proklamasi Kemerdekaan: Sayuti Melik, Pengetik Naskah Proklamasi yang Jadi Bintang Film

Wregas menyebut banyak penyintas kekerasan seksual yang memutuskan untuk memendam kejadian yang mereka alami karena kondisi tidak memungkinkan untuk bersuara.

Seperti ketiadaan support system, ruang aman, dan pengetahuan masyarakat akan kekerasan seksual sehingga memunculkan berbagai macam stigma terhadap penyintas.

"Film ini adalah suara untuk melawan ketidakadilan yang terjadi di masyarakat kita hari ini," tegas Wregas yang juga menjadi penulis skenario filmnya.

Peraih penghargaan film pendek terbaik di Semaine de la Critique-Cannes Film Festival 2016 tersebut pun mengaku, cerita film 'Penyalin Cahaya' tak lahir begitu saja, tapi ia bangun dari pengamatan yang mendalam.

Cuplikan proses produksi film Penyalin Cahaya. (Sumber: Dok. Rekata Studio)

Adapun sinopsis film 'Penyalin Cahaya' dimulai dengan kisah Sur yang kehilangan beasiswa karena dianggap mencemarkan nama baik fakultas setelah swafotonya dalam keadaan mabuk beredar.

Sur yang baru pertama kali datang ke pesta kemenangan komunitas teater kampusnya, tidak bisa mengingat apapun yang terjadi pada dirinya tadi malam.

Untuk mencari tahu apa yang sesungguhnya terjadi pada dirinya di malam pesta itu, Sur pun minta bantuan teman masa kecilnya, Amin, seorang tukang fotokopi di sekitaran kampusnya.

Lalu, apakah Amin akan menolong Sur atau sebaliknya, semua itu dapat terjawab dalam film 'Penyalin Cahaya' setelah resmi diluncurkan.

Baca Juga: Sinopsis Film "Cinta Dalam Kardus", Segera Tayang di Bioskop KompasTV!

Sementara itu, menurut Produser film 'Penyalin Cahaya' dari Rekata Studio, Adi Ekatama, topik yang diangkat dalam film tersebut memang masih perlu mendapat banyak perhatian bersama.

"Perjuangan Sur sebagai tokoh utama di film ini untuk mengungkap kebenaran adalah gambaran di mana kita harus selalu berpihak pada penyintas," jelas Adi.

Termasuk, Adi menambahkan, usaha lebih untuk menyuarakan pada masyarakat mengenai pentingnya melawan kekerasan dan pelecehan seksual.

Adi juga berharap film 'Penyalin Cahaya' mampu mendorong terciptanya environment yang benar-benar aman dan mampu melindungi seluruh golongan masyarakat dalam beraktivitas.

Baca Juga: Raditya Dika Ungkap Cerita di Balik Film “Cinta Dalam Kardus”

Dalam film yang rangkaian proses produksinya telah dilakukan sejak 2020 di Jakarta dan sekitarnya itu, Rekata Studio berkolaborasi dengan produser Willawati bersama Kaninga Pictures.

Kaninga Pictures adalah sebuah rumah produksi yang pernah memproduksi film Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak (2017).

Sebagai informasi, sebelum membuat 'Penyalin Cahaya', Wregas sudah berkarya dengan membuat film-film pendek yang mencuri perhatian penikmat sinema Tanah Air hingga luar negeri.

Film-film pendek Wregas yang sukses di antaranya seperti 'Lemantun' (pemenang Film Pendek Terbaik di XXI Short Film Festival 2015) dan 'Lembusura' (berkompetisi di Berlin International Film Festival 2015).

Tak ketinggalan, ada juga 'Prenjak' (pemenang Film Pendek Terbaik di Semaine de la Critique-Cannes Film Festival 2016 dan Piala Citra FFI 2016) dan 'Tak Ada yang Gila di Kota Ini' (pemenang Piala Citra FFI 2019 dan berkompetisi di Sundance Film Festival 2020).




Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x