Kompas TV ekonomi ekonomi dan bisnis

Bapanas Minta Masyarakat Tak Panic Buying Beras, Maret Harganya Turun karena Panen Raya

Kompas.tv - 24 Februari 2024, 20:45 WIB
bapanas-minta-masyarakat-tak-panic-buying-beras-maret-harganya-turun-karena-panen-raya
Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi mengimbau masyarakat untuk tidak membeli beras secara berlebihan atau panic buying. (Sumber: Antara)
Penulis : Dina Karina | Editor : Desy Afrianti

JAKARTA, KOMPAS.TV- Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi mengimbau masyarakat untuk tidak membeli beras secara berlebihan atau panic buying. 

Meski harga beras saat ini mahal, tapi Arief menjamin pasokannya tetap ada sehingga masyarakat tidak akan kekurangan. 

“Jadi sebenarnya beras itu ada dan kami jamin cukup. Masyarakat tidak perlu panic buying karena memang pemerintah sudah mempersiapkan jauh jauh hari,” kata Arief di Jakarta, Sabtu (24/2/2024).

Arief menyampaikan, per 19 Februari stok beras secara nasional yang dikelola oleh Bulog totalnya ada 1,4 juta ton. Penyerapan beras yang bersumber dari petani dalam negeri di tahun ini realisasinya telah menyentuh angka 107.000 ton.

Baca Juga: Jadwal Pasar Murah Bulog Siaga di Jakarta pada Sabtu-Minggu, Ada Beras hingga Gula

Sementara itu untuk stok Cadangan Beras Pemerintah Daerah (CBPP) hingga minggu kedua Februari, total secara keseluruhan terdapat 7.500 ton.

Ia menjamin harga beras akan mulai turun saat bulan Maret, karena musim panen raya akan dimulai. Panen raya di dalam negeri akan menghasilkan 3,5 juta ton beras. 

Namun demikian, Arief juga menilai pentingnya menjaga nilai tukar petani (NTP) agar tidak mengalami penurunan yang signifikan.

Menurutnya, kenaikan harga beras di Indonesia juga dipengaruhi oleh harga gabah. Di mana jika harga gabah naik, harga beras pun akan mengikuti.

“Misalnya rata-rata Rp8.000-Rp8.500 memang harga berasnya akan Rp16.000. Kenapa demikian? Memang ini terjadi di seluruh dunia, tidak hanya di Indonesia. Tapi percayalah pemerintah akan menyeimbangkan antara harga di hulu dengan harga di hilir," tuturnya. 

Baca Juga: Harga Beras Cetak Rekor Tembus Rp18 RIbu Per Kilogram, Apa Penyebabnya?

Penyebab lainnya adalah berkurangnya produksi beras dalam negeri dalam 8 bulan terakhir. Ditambah lagi indeks harga beras dunia sudah naik 13 persen pada awal tahun ini, dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Namun, pemerintah telah mengambil langkah-langkah yang tepat dengan melakukan importasi beras untuk memperkuat Cadangan Pangan Pemerintah (CPP) dan melakukan stabilisasi harga di pasaran lewat penyaluran beras program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP).

Selain itu, bantuan pangan beras 10 kg yang menyasar 22 keluarga penerima manfaat. Serta Gerakan Pangan Murah (GPM) yang mendatangi langsung ke permukiman penduduk atau tempat keramaian untuk menjual beras dengan harga yang dapat dijangkau masyarakat.

Baca Juga: Bahlil: Anggaran Program Makan Siang dan Susu Gratis dari APBN

Bapanas juga bekerja sama dengan Kementerian Pertanian untuk meningkatkan luas panen padi. Sehingga produksi beras dapat meningkat dan dapat memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat.


“Kami close coordination dengan Bapak Menteri Pertanian yang hari ini bersama jajarannya bekerja keras untuk melakukan tanam. Jadi panennya bisa 2,5 juta ton per bulan dan ini confirm memang harus dikerjakan. Kemarin sempat tertunda tanam karena ada climate change El Nino di akhir tahun," ujarnya.



Sumber : Antara


BERITA LAINNYA



Close Ads x