Kompas TV ekonomi ekonomi dan bisnis

Luhut Bantah Tom Lembong soal Tesla 100 Persen Pakai LFP: Masih Pakai Nikel

Kompas.tv - 25 Januari 2024, 11:56 WIB
luhut-bantah-tom-lembong-soal-tesla-100-persen-pakai-lfp-masih-pakai-nikel
Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan saat bertenu dengan Bos Tesla Elon Mask pada 2023 lalu. Luhut membantah pernyataan Co Captain Timnas AMIN Tom Lembong, yang menyebut Tesla sudah tidak memakai nikel untuk mobil listriknya. (Sumber: Instagram @luhut.pandjaitan)
Penulis : Dina Karina | Editor : Vyara Lestari

Baca Juga: Momen Ketika Jokowi Tunjuk Prabowo Jadi Pimpro Food Estate: Pertahanan Bukan Hanya Alutsista

“Sering bicara LFP-LFP, lithium ferro phospat, Tesla nggak pakai nikel. Ini kan kebohongan publik, mohon maaf, Tesla itu pakai nikel,” lanjutnya. 

Saat ini, kata Gibran, Indonesia merupakan negara dengan cadangan nikel terbesar di dunia, dan itu merupakan kekuatan serta bargaining Indonesia.

“Jangan malah membahas LFP, itu sama saja mempromosikan produknya China,” ucapnya. 

“Saya nggak tahu Pak Tom Lembong dan timsesnya sering nggak diskusi dengan cawapresnya. Masa cawapresnya nggak paham. Aneh, lho,” sambungnya. 

Intinya, lanjut Gibran, ada negara yang tidak mau menggunakan nikel, dan apakah Muhaimin juga anti nikel.

Menjawab pertanyaan Gibran, Muhaimin mengatakan, dirinya setuju bahwa potensi sumber daya alam Indonesia harus dipromosikan.

Baca Juga: Cara dan Syarat Pengajuan Bantuan Operasional Masjid Rp 15 Juta Kemenag 2024, Musala Rp10 Juta

“Saya setuju bahwa potensi sumber saya alam kita harus terus kita promosikan, tetapi harus dicatat, gara-gara kita mengeksplorasi nikel ugal-ugalan, lalu hilirisasi tanpa mempertimbangkan ekologi, sosialnya, buruh kita diabaikan, malah banyak tenaga kerja asing, dan juga yang terjadi korban kecelakaan.” tutur Cak Imin. 

“Di sisi yang lain, pemasukan dai nikel kita juga sangat kecil. Dan yang paling parah nikel kita berlebih produknya sehingga bukan harga tawar kita menaik, malah kemudian kita menjadi korban policy kita sendiri,” kata Muhaimin.

Sementara, lanjut Muhaimin, masa depan Indonesia menjadi tidak jelas, dan di sisi lain juga mengorbankan lingkungan dan sosial sekaligus keuntungan yang sangat terbatas untuk negara.

Dalam debat tersebut, awalnya Gibran menanyakan, apakah Muhaimin anti-nikel, yang dijawab oleh Muhaimin bahwa semua ada etikanya.

“Terima kasih, tenang Pak Gibran, semua ada etikanya, termasuk kita di sini bukan tebak-tebakan definisi, tebak-tebakan singkatan.Kita levelya adalah maslah policy dan kebijakan. Prinsipnya sederhana, semua kembali kepada etika, Pak Gibran. Etika.”

“Etika itu adalah etika lingkungan. Apa pun yang menjadi kebijakan kita, menyangkut produksi, pengambilan tambang sumber daya alam, juga apa pun yang kita gunakan seluruh potensi bangsa ini rujukannya adalah etika lingkungan,” kata Muhaimin.

Baca Juga: Jokowi Naikkan Tunjangan Kinerja PNS Kementerian ATR BPN 2024, Paling Besar Rp33 Juta

Menurutnya, intinya adalah keseimbangan antara meletakkan manusia dan alam. Keseimbangan ini, tambah dia, tidak bisa ditawar-tawar.

“Agar pembangunan kita berkelanjutan, agar melibatkan semua pihak yang ada, sehingga produksi yang kita munculkan pun, dari tambang, dari lithium, dari apa pun itu tidak sembrono dan tidak sewenang-wenang, bahkan yang lebih parah lagi tidak mempertimbangkan lingkungan dan keberlanjutan masa depan.”

“Sekali lagi intinya bukan hanya etika lingkungan, tapi etika bahwa forum ini adalah forum policy yang berharga, jangan-jangan kalau kita tebak-tebakan definisi di sini, saya ragu kita ini levelnya SD, SMP ,atau jangan-jangan ijazah kita palsu semua di sini,” ungkapnya.

 

 



Sumber :


BERITA LAINNYA



Close Ads x