Kompas TV ekonomi ekonomi dan bisnis

LRT Bali Dibangun 2024, Membentang 20 Km dari Bandara ke Canggu, Investornya Asal Korsel

Kompas.tv - 28 September 2023, 11:43 WIB
lrt-bali-dibangun-2024-membentang-20-km-dari-bandara-ke-canggu-investornya-asal-korsel
Provinsi Bali sebentar lagi akan mempunyai transportasi publik berupa light rapid transit (LRT). (Sumber: AP Photo/Achmad Ibrahim)
Penulis : Dina Karina | Editor : Desy Afrianti

JAKARTA, KOMPAS.TV - Provinsi Bali sebentar lagi akan mempunyai transportasi publik berupa light rapid transit (LRT). Di Indonesia, LRT saat ini baru ada di Jabodebek dan Palembang, Sumatera Selatan. Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan menyatakan, Pembangunan LRT Bali akan dimulai pada 2024.

"Kita harap groundbreaking early next year, awal tahun depan, kita bisa groundbreaking karena itu studinya sudah lama dilakukan, tapi karena terbentur COVID-19, tadi kita hidupkan lagi," kata Luhut kepada wartawan, usai rapat terbatas soal transportasi publik bersama Presiden Joko Widodo di di Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (27/9/2023).

Ia menjelaskan, Bali membutuhkan LRT karena pada 2026 diprediksi akan terjadi penumpukan penumpang di Bandara Ngurah Rai Bali. Mereka mayoritas wisatawan yang akan berwisata ke Bali, namun terkendala transportasi publik.

Kata Luhut, dalam rapat itu Presiden Jokowi menginstruksikan agar studi LRT Bali dilanjutkan, seperti halnya studi untuk LRT Bogor. Rencananya, LRT Bali akan beroperasi dari Bandara Ngurah Rai ke Seminyak hingga ke Canggu.

"Dari lapangan terbang sampai ke Seminyak dan kalau perlu nanti terus sampai ke Canggu itu 20 kilometer, dan nanti kita sedang pertimbangkan memasukkan harga tiket 1 dolar AS, 2 dolar AS, setiap penumpang pakai tidak pakai, sehingga dengan pembiayaan publik juga akan bisa jalan," ujarnya.

Baca Juga: Minta LRT Diteruskan ke Bogor, Jokowi: Sekarang Penuh Terus

Di kesempatan berbeda, Dinas Perhubungan (Dishub) Bali menyatakan pihaknya memang tengah menyiapkan transportasi publik yang ramah lingkungan. Seperti LRT atau MRT. Hal ini sejalan dengan target pemerintah Indonesia untuk bebas emisi atau net zero emission pada 2060.

“Khusus dalam konteks perhubungan, transportasi saat ini menjadi sektor penyumbang emisi tertinggi nomor dua, satunya pembangkit energi. Dari sisi perhubungan strateginya pertama kita akan mendorong penggunaan moda transportasi ramah lingkungan melalui saat ini teknologi kendaraan listrik,” kata Kepala bidang Multi Moda Dishub Bali I Kadek Mudarta, seperti dikutip dari Antara, Rabu (27/9).

“Emisi itu banyak dihasilkan kendaraan bahan bakar fosil, dan akan lebih parah kalau jumlahnya besar dan kemacetan. Kalau kita lihat satu kendaraan dengan 1 liter BBM menempuh 50 km, tapi rasanya di perkotaan akan jauh lebih di bawah (karena macet), sehingga emisinya lebih besar, jadi mau tidak mau Bali mengarah ke transportasi publik,” ujarnya.

Ia mengungkap, dari data yang dihimpun Dishub Bali pada tahun 2027 mendatang Pulau Dewata akan kedatangan 27 juta penumpang dari Bandara I Gusti Ngurah Rai. Sehingga sebelum kemacetan yang saat ini terjadi semakin parah maka harus segera terealisasi.

Sementara itu, dari hasil survei KemBali Becik terhadap pariwisata, nyatanya wisatawan yang datang ke Bali turut membawa emisi. Mengacu data BPS 2022, terdapat 10,2 juta wisatawan yang datang ke Bali, dan dari perhitungan tim KemBali Becik wisatawan saat itu menghasilkan 3,5 juta ton CO2.

Baca Juga: Jokowi Keluarkan 5 Instruksi terkait Transportasi Publik, Ada soal Diskon Harga Tiket dan LRT Bogor



Sumber : Kompas.tv, Antara


BERITA LAINNYA



Close Ads x