Kompas TV bisnis ekonomi dan bisnis

Begini Hitung-hitungan Jumlah Penumpang Terlantar Kalau Impor KRL Gagal Tahun Ini

Kompas.tv - 7 Maret 2023, 10:30 WIB
begini-hitung-hitungan-jumlah-penumpang-terlantar-kalau-impor-krl-gagal-tahun-ini
Penumpang KRL Commuter Line memadati stasiun saat transit di Stasiun Manggarai, Jakarta, Senin (30/5/2022). Kepastian impor kereta dari Jepang masih akan menunggu hasil audit Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) keluar. Jika impor kereta gagal, akan ada banyak penumpang yang terlantar. (Sumber: Kompas.tv/Ant)
Penulis : Dina Karina | Editor : Iman Firdaus

JAKARTA, KOMPAS.TV- Kepastian impor kereta dari Jepang masih akan menunggu hasil audit Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) keluar. Jika impor kereta gagal, akan ada banyak penumpang yang terlantar.

Vice Presiden Public Relations Joni Martinus menjelaskan, setiap gerbong kereta mengangkut 175 penumpang. 

"Kapasitas angkut 1 gerbong itu bisa mencapai 175 lebih kurang. Artinya ya tinggal kita berhitung aja ketika satu rangkaian beberapa gerbong dikali satu gerbong, totalnya berapa. Kemudian gerbong itu secara simultan bolak-balik bisa puluhan ribu penumpang yang bisa diangkut gerbong itu," kata Joni  kepada media di Bandung, Senin (6/3/2023).

Joni menyampaikan, pihak KAI mengajukan permohonan impor kereta untuk meningkatkan kapasitas angkut. Sehingga berdampak pada pelayanan kepada masyarakat.

Baca Juga: Penumpang Kereta Tak Perlu Bawa Kartu Vaksin, Karena Migrasi PeduliLindungi ke SatuSehat Lancar

"Karena itu terkait dengan kapasitas angkut. Kita ingin mobilitas masyarakat itu tidak terganggu, pelayanan tetap baik. Kita tahu sendiri kebutuhan masyarakat terhadap KRL sangat tinggi maka tentu kita harus menjaga," ujar Joni seperti dikutip dari Kompas.com.

Sebelumnya, Vice President Corporate Secretary KAI Commuter Anne Purba mengatakan, pihaknya akan melakukan optimalisasi rekayasa pola operasi KRL, selama proses perizinan belum diberikan.

"Saat ini kami melayani lebih dari 800 ribu pengguna per hari (Sebelum pendemi sudah dapat melayani 1,2 juta pengguna per hari)," ucap Anne seperti diberitakan Kompas TV sebelumnya.

Sebagai informasi, impor kereta dari Jepang diajukan oleh KAI, karena beberapa rangkaian kereta sudah tidak bisa digunakan lagi. Namun, izin impor kereta belum keluar karena ada perjanjian kerja sama dengan BUMN produsen kereta, PT INKA untuk memasok kereta untuk kebutuhan dalam negeri.


 

Tapi, kereta produksi PT INKA itu baru siap 2-3 tahun lagi.  mengatakan, pihaknya juga sebenarnya sudah bekerja sama dengan INKA.

Baca Juga: Luhut Putuskan soal Impor KRL dari Jepang Setelah Audit BPKP Keluar

Hal ini sesuai dengan program jangka panjang perusahaan karena diprediksi volume pengguna yang semakin meningkat setiap tahunnya.

"16 trainset sudah dipesan dengan nilai kurang lebih 4 Triliun, bahkan kesepakatan awal Memorandum of Understanding (MoU) sejak tahun 2022 sudah ditandatangani. Kereta ini akan dapat dioperasikan pada tahun 2025-2026," kata Anne.

KAI Commuter juga merencanakan Pengadaan Kereta Bukan Baru yakni untuk mengganti/me-replace kereta yang rencananya akan dikonservasi mulai tahun ini (2023).

Adapun Jumlah kereta yang akan dikonservasi sebanyak 10 pada tahun 2023, dan 19 pada tahun 2024.

Dalam pemenuhan kebutuhan kereta baru dan bukan baru ini, KAI Commuter telah melakukan Forum Group Discussion (FGD) terlebih dulu, dengan melibatkan para stakeholders baik dari Kementerian, Pengamat dan komunitas pengguna commuterline.

Baca Juga: Ini Daftar 85 Pinjol Ilegal yang Ditutup OJK Selama Februari 2023

"Hasilnya, impor kereta bukan baru memang menjadi pilihan utama untuk menggantikan kereta-kereta yang dikonservasi. Terdapat pilihan lain dengan melakukan upgrade teknologi pada kereta yang akan dikonservasi, hanya saja pilihan tersebut membutuhkan waktu 1-2 tahun untuk pengerjaannya," tutur Anne.

KAI Commuter juga sudah berdiskusi dengan PT INKA, Jepang dan Spanyol terkait sharing upgrade teknologi ini.

Anne menjelaskan, kereta bukan baru yang sebelumnya dilakukan oleh KAI Commuter tidak serta merta langsung digunakan untuk operasional commuterline.

Namun, KAI Commuter melakukan upgrade pada gerbong-gerbong kereta yang diimpor itu. Misalnya, mengganti air conditioner (AC) di dalam kereta, bangku-bangku di setiap kereta dengan barang-barang yang memiliki tingkat TKDN (Tingkat Komponen Dalam) yang tinggi.

"Setelah dilakukan pekerjaan di interior dan eksterior kereta ini, dari hitungan KAI Commuter tingkat TKDN setiap trainset kereta menjadi 40%-an, di atas standar yang ada. Semua produk yang digunakan merupakan produk dalam negeri. Saat ini KAI Commuter masih belum mendapat izin untuk Kereta bukan baru tersebut," ungkap Anne.




Sumber : Kompas.com, Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x