Kompas TV bisnis ekonomi dan bisnis

Ganjar: Tetangga Kiri-Kanan Kurangi Produksi, tapi 97 Perusahaan Relokasi ke Jateng

Kompas.tv - 9 Desember 2022, 06:02 WIB
ganjar-tetangga-kiri-kanan-kurangi-produksi-tapi-97-perusahaan-relokasi-ke-jateng
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menyebut, 97 perusahaan melakukan relokasi pabrik ke berbagai daerah di Jateng. (Sumber: Kompas.tv/Ant)
Penulis : Dina Karina | Editor : Gading Persada

SEMARANG, KOMPAS.TV- Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Ganjar Pranowo menyebut,  97 perusahaan melakukan relokasi pabrik ke berbagai daerah di Jateng.

Menurut Ganjar, relokasi bahkan ekspansi pabrik tersebut merupakan bukti kepercayaan para investor kepada Pemprov Jateng.

Oleh karena itu, kepercayaan para investor harus terus dijaga di tengah kondisi seperti ini, salah satunya adalah menjaga situasi industri yang kondusif di Jateng.

“Hingga akhir tahun ini setidaknya sudah ada 97 perusahaan yang merelokasi pabriknya ke berbagai daerah di Jateng,” kata Ganjar di Semarang, seperti dikutip dari Antara, Kamis (8/12/2022). 

“Ini mesti dijaga dan kami juga sudah mendapatkan informasi beberapa pabrik yang ada di tetangga kiri-kanan sudah mengurangi produksi. Menariknya di Jawa Tengah masih stabil bahkan kemarin kurang lebih ada 97 perusahaan yang relokasi ke Jateng, gede itu,” lanjutnya. 

Baca Juga: Daftar UMK 27 Kabupaten Kota di Jawa Barat 2023, Kab. Karawang Tertinggi, Kota Banjar Terendah

Ia menjelaskan, dengan semakin banyak industri masuk ke Jateng, serapan tenaga kerja makin banyak, perimbangan akan terjadi. 

Perimbangan yang dimaksud, salah satunya berkaitan dengan upah minimum kabupaten/kota (UMK) yang nanti tidak terpaut jauh antara daerah satu dengan lainnya.

“Tentu saja itu akan terjadi jika produktivitas dan kapasitas industri terus terjaga atau konsisten,” ujar Ganjar. 

Salah satu alasan banyak perusahaan merelokasi pabriknya ke Jateng, adalah karena upah buruh di Jateng lebih murah. Misalnya dibanding Jawa Barat, untuk UMK 2023 tertinggi di provinsi itu adalah Rp5,1 juta. Yakni di Kabupaten Karawang dan Bekasi. 

Sedangkan di Jateng, UMK 2023 tertingginya adalah Kota Semarang sebesar Rp3 juta.

Baca Juga: UMK Jateng 2023 Sah! Cek Daftar Upah 35 Kabupaten/Kota dari Cilacap Sampai Tegal

Selain itu, lanjut Ganjar, konsistensi dalam menjaga produktivitas yang didukung dengan situasi kondusif wilayah itu, juga menjadi jaminan bermunculannya industri baru di Jawa Tengah.

Dengan kata lain, lapangan pekerjaan yang selama ini masih menjadi pekerjaan rumah dapat ditingkatkan seiring masuknya investasi di Jateng.

"Hitung-hitungan saya sampai dengan akhir tahun depan itu PR saya yang mesti dikejar salah satunya adalah lapangan pekerjaan. Nah ini kami bukakan. Saya terima kasih dari kawan-kawan banyak yang kemudian ekspansi pabriknya ke banyak tempat di Jawa Tengah. Inikan ada di Jepara, Pemalang, Batang," tutur politisi PDI Perjuangan tersebut.

Relokasi pabrik ke Jawa Tengah ini sebelumnya juga pernah disampaikan Menteri Investasi Bahlil Lahadalia. Ia mengatakan, adanya PHK di Indonesia juga dibarengi dengan pembukaan  industri baru yang serupa di tempat lainnya.

“Data kami menunjukkan bahwa betul terjadi penutupan di satu wilayah provinsi, tapi buka di provinsi lain. Judul di media ngeri-ngeri sedap, katanya terjadi PHK massal padahal yang tutup cuma dua perusahaan. Itu saya cek, dan itu cuma relokasi saja,” kata Bahlil di Nusa Dua, Bali,  Senin (14/11/2022).

Baca Juga: Ternyata Ini Biang Kerok Badai PHK Startup: Bunga Acuan, Inflasi, dan Perang Rusia-Ukraina

Ia mengungkapkan, ada izin usaha di Jawa Tengah yang keluar di saat pabrik di Jawa Barat ditutup. Artinya, meski ada kemungkinan terjadi PHK di Jawa Barat, tetapi terjadi penciptaan lapangan kerja baru di Jawa Tengah.

Menurutnya, pabrik sepatu atau pakaian di Jawa Barat kemungkinan tutup karena biaya operasional yang tinggi akibat upah pekerja yang tinggi di wilayah tersebut. 

Padahal, profit perusahaan tersebut sangat bergantung dari pendapatan. Sedangkan upah di Jateng memang lebih murah. 


 

“Kalau capex (belanja modal) dia sudah tinggi di satu wilayah, dia akan mencari daerah lain yang capex-nya lebih rendah. Nah, kebetulan di Jawa Tengah itu upaya tenaga kerja murah, operasional murah. Harga nasi pecel di Jateng dan Jabar beda, tenaga kerja beda, sewa beda, jadi mereka tutup sebagian di Jabar tapi mereka bangun di Jateng,” tutur Bahlil. 

Baca Juga: Resesi Seks Ternyata Bisa Menimbulkan Lonely Economy, Apa Itu?

Selama relokasi bisnis masih dilakukan di dalam negeri seharusnya bukan masalah besar. Ia menilai hal tersebut wajar di industri padat karya. 

“Bagi saya selama mereka di RI, oke-oke saja. Yang kita khawatir itu tutup di Jabar, pindah ke negara lain,” ucap mantan Ketua HIPMI itu. 

“Terjadi penurunan, yes, tapi ada juga yang baru masuk. Jadi ya biasalah. Orang di padat karya begitu semua, mencari suasana baru," tambahnya.




Sumber : Antara, Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x